MasukRizky memandang ke luar jendela hotel dengan gelisah. Jam dinding menunjukkan pukul empat sore, tapi sosok istrinya belum juga terlihat. Pesan-pesannya tidak dibalas. Teleponnya tidak diangkat. Maya seolah menghilang ditelan bumi.
"Maya, kamu di mana?" gumamnya cemas, jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan tidak sabar.
Rizky memutar kembali kejadian beberapa jam terakhir dalam benaknya. Setelah lamaran dramatis Faris yang diakhiri dengan jawaban "ya" dari Alya, suasana reuni berubah menjadi perayaan ganda. Semua orang bersukacita, memberi selamat kepada dua pasangan bahagia. Foto-foto diambil, kue dipotong, dan tarian-tarian spontan bermunculan di lantai dansa.
Saat itu, Maya masih ada di sampingnya, tersenyum bahagia menyaksikan lamunan sahabatnya berjalan lancar. Mereka bahkan masih sempat berdansa sebagai suami istri baru di tengah lantai dansa, diiringi sorakan teman-teman. Lalu tiba-tiba Maya pamit ke toilet, dan sejak itu tidak kembali.
Awalnya Rizky
Maya tidak pernah membayangkan bahwa pernikahan atau lebih tepatnya walimah pertamanya akan berlangsung di ballroom hotel tempat reuni SMA, dihadiri oleh seluruh teman sekelasnya dulu, dan menjadi bagian dari konspirasi besar yang ia rancang sendiri. Tapi di sinilah dia, berdiri di samping Rizky, menerima ucapan selamat dari satu per satu teman lamanya."Selamat ya, Maya, Rizky," kata Pak Surya, mantan guru BK mereka yang kini menjadi bagian penting dalam rencana Maya. "Semoga pernikahan kalian diberkahi dan langgeng hingga maut memisahkan.""Aamiin," jawab Maya dan Rizky bersamaan."Terima kasih juga untuk bantuannya, Pak," tambah Maya dengan senyum tulus. "Tanpa Bapak, rencana ini tidak mungkin berhasil."Pak Surya tertawa kecil. "Aku hanya membantu sedikit, Maya. Kamu yang merancang semuanya dengan begitu brilian.""Dan syukurlah semuanya berjalan lebih baik dari yang direncanakan," tambah Rizky, merangkul pinggang istrinya dengan
Luna tidak pernah menyangka akan berada dalam situasi seperti ini. Dia, seorang detektif swasta yang selalu mengandalkan logika dan bukti, kini duduk di tengah-tengah rencana pernikahan massal bersama teman-teman SMA-nya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia duduk sangat dekat dengan seorang aktor yang baru dikenalnya beberapa hari lalu."Kamu terlihat serius," bisik Dika di telinganya, membuat Luna sedikit tersentak. "Memikirkan kasus baru?"Luna tersenyum tipis. "Lebih tepatnya, memikirkan betapa anehnya situasi ini.""Aneh dalam arti baik atau buruk?" tanya Dika, matanya menyelidik seperti karakter detektif yang pernah ia perankan dalam sebuah film indie."Aneh dalam arti... tidak terduga," jawab Luna jujur. "Seminggu lalu, aku sedang menyelidiki kasus perselingkuhan klienku. Sekarang, aku duduk di reuni sekolah, menyaksikan mantan teman sekelasku menikah, dan membantu merencanakan pernikahan massal."Dika tertawa kecil. "Hidup mem
Ballroom hotel semakin ramai saat malam semakin larut. Alih-alih menurun, energi para alumni justru meningkat. Mungkin karena fakta bahwa reuni ini telah menghasilkan tidak hanya satu, tapi tiga pasangan resmi: Maya dan Rizky yang sudah menikah, Bimo dan Nadia yang baru bertunangan, serta Alya dan Faris yang akan memulai proses taaruf. Belum lagi pasangan-pasangan lain yang mulai terlihat akrab selama acara berlangsung."Aku tidak percaya tahun depan kita semua mungkin sudah menikah," komentar Luna saat mereka semua berkumpul kembali di meja mereka untuk menikmati hidangan penutup."Atau setidaknya bertunangan," tambah Dika, melirik Luna dengan senyum penuh arti.Luna tersedak minumannya. "Jangan terburu-buru, Tuan Aktor. Kita baru kenal beberapa hari.""Tapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun," balas Dika dengan kedipan mata yang membuat pipi Luna memerah."Yah, kalian masih punya waktu," kata Maya dengan senyum puas. "Sementara Al
Alya masih tidak bisa percaya dengan semua yang terjadi malam ini. Dari pernikahan Maya dan Rizky, ceramah menginspirasi sang ustadz, hingga revelasi mengejutkan bahwa orang tua mereka ternyata bagian dari konspirasi besar ini. Rasanya seperti hidup dalam novel romansa yang, yah, memang benar adanya."Masih syok?" tanya Faris lembut, jarinya masih bertautan dengan jari Alya di atas meja."Sangat," Alya menggelengkan kepala tidak percaya. "Kamu?""Entahlah," Faris tersenyum tipis. "Antara syok, malu, dan... lega.""Lega?""Ya," Faris menatap matanya dalam-dalam. "Lega karena ternyata bukan hanya kita yang masih peduli pada hubungan ini. Bahkan orang tua kita...""...telah merencanakan perjodohan kita sejak SMA," Alya melengkapi dengan tawa kecil. "Gila, kan?""Sangat gila," Faris mengangguk. "Tapi entah mengapa, aku tidak keberatan."Alya merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. "Aku juga tidak."Musik k
Luna tidak pernah menyangka bahwa ia akan berdansa dengan seorang aktor di tengah ruangan penuh mantan teman sekolahnya. Terlebih, seorang aktor yang awalnya disewa untuk berpura-pura menjadi suami orang lain. Hidup memang penuh kejutan."Jadi," Dika berbisik di telinganya sambil memutar tubuh Luna dengan lembut, "seorang detektif berdansa dengan aktor. Siapa yang akan menduga?""Tidak ada dalam prediksi investigasiku," Luna tersenyum. "Dan aku selalu membanggakan kemampuan analisaku.""Mungkin ada beberapa hal yang tidak bisa diprediksi," Dika mendekatkan wajahnya. "Seperti kimia antara dua orang yang bertemu dalam situasi paling tidak terduga."Luna merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. Sebagai detektif, dia terbiasa menyembunyikan emosi, menjaga jarak, dan selalu rasional. Tapi entah mengapa, di dekat Dika, semua pertahanan itu runtuh."Kamu tahu," Luna memutuskan untuk jujur, "awalnya aku menyelidikimu karena mencurigai ada
Rizky berdiri di samping Maya, masih tidak percaya dengan kenyataan bahwa wanita cantik di sampingnya kini resmi menjadi istrinya. Bukan lagi sekadar nikah siri yang mereka lakukan tiga bulan lalu, tapi pernikahan yang disaksikan oleh seluruh teman sekolah mereka. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan."Rizky," suara MC memecah lamunannya. "Sebagai seorang ustadz, mungkin kamu ingin memberikan sedikit ceramah atau nasihat pernikahan untuk semua yang hadir di sini?"Rizky menoleh ke arah Maya yang mengangguk menyemangati. Dia tidak merencanakan untuk berbicara, tapi entah mengapa hatinya tergerak. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan. Tentang perjalanannya dari seorang playboy menjadi ustadz. Tentang bagaimana cinta bisa menjadi pendorong perubahan terbesar dalam hidup seseorang. Dan tentang bagaimana Tuhan selalu memiliki rencana yang lebih indah dari yang bisa dibayangkan manusia.Dengan satu tarikan napas dalam, Rizky berjalan ke tengah







