Maya menyesap kopi hitamnya yang mulai mendingin. Kedai kopi ini sudah hampir tutup, tapi pemiliknya, Pak Jamal, terlalu baik untuk mengusirnya. Lagipula, Maya adalah pelanggan setia. Setiap Sabtu malam, dia selalu duduk di sudut yang sama, dengan laptop yang sama, dan segelas kopi hitam yang sama."Masih nulis, Mbak?" tanya Pak Jamal sambil mengelap meja di sebelahnya.Maya tersenyum tipis. "Selalu, Pak."Yang tidak diketahui Pak Jamal adalah bahwa yang ditulis Maya bukan sekadar cerita fiksi biasa. Buku catatan di sebelah laptopnya berisi diagram rumit hubungan antara teman-teman SMA-nya. Garis-garis penuh warna menghubungkan nama-nama dengan keterangan rinci: siapa menyukai siapa, siapa pernah menyakiti siapa, dan yang paling penting, siapa yang masih menyimpan perasaan untuk siapa.Maya bukan sekadar penulis novel. Dia adalah pengamat, pencatat, dan kadang-kadang, pengendali boneka.Ponselnya bergetar. Pesan dari Luna. Tangkapan layar percakapan di grup "SMA Tanpa Drama"."Mereka
Last Updated : 2025-09-03 Read more