Share

Bingkisan Spesial

- 7 Sumpah -

Kemarin kudengar kau ucap

Kata cinta, seolah dunia bagai 

Di musim semi

Kau datang padaku

Membawa luka lama

Ku tak ingin salah semua seperti dulu

( Taxi -- Hujan kemarin )

---------------------------------

Semilir angin membawa udara yang dingin di tengah malam yang indah, bertabur bintang dan rembulan yang menyinari bumi kala gelap telah datang.

Airin mengendarai motor besarnya ketempat usaha bunganya, ada sedikit masalah yang melibatkan pegawai serta tanamannya disana.

Meski telah malam namun Airin menepati janjinya untuk datang pada pegawainya, meski terkesan dingin namun Airin tetaplah Airin yang baik hati dan tak mudah menyinggung siapun lawan bicaranya. Namun jika sekali saja dengan sengaja orang itu berbuat salah padanya maka pembalasan Airin akan lebih kejam di banding dengan apa yang mereka lakukan.

Headset bluetooth setia menemani telinganya sepanjang hari. Itu memudahkan Airin melakukan aktifitas dan menjawab panggilan si Bos kala dia berada jauh dari jangkauan Bos-nya.

"Ya katakan ...." Airin menjawab telepon dari salah satu sahabatnya.

"Rin ... di mana? Kenapa belum pulang? Lu baik 'kan?" Suara Olin menggema ditelinga Airin.

"Gue baik geng's ada sedikit kendala mungkin gue sedikit terlambat pulang, apa kalian butuh sesuatu? Gue akan bawakan nanti." jawab Airin dengan santai.

"Airin, gue mau sate Betawi, cilok di pinggir sentra kuliner Manis, sama martabak telur ya ...." sahut Zia yang selalu semangat no 1 jika sudah mengenai makanan. Namun herannya dia tak pernah gendut.

"Oke ... ada lagi? Sastra? Zen?" sambung Airin menayakan semua temannya.

"Aku nitip salam saja sama rembulan di atasmu katakan jangan pernah menghilang di malam yang indah bahkan mendung yang telah datang." Zen bersyair bak seseorang yang menggoda kekasihnya.

"Katakanlah sendiri, dia takkan mendengar apa yang gue katakan, dia hanya mau mendengarkanmu saja," kata Airin menolak perintah Zen yang terkesan konyol.

"Rin ... aku nggak jaluk opo-opo, njalukku awakmu ndang Bali selamet yo Rin. Memang dasar koncomu edan kabeh awakmu urung balek ngasi sak yahene malah njaluk seng reno-reno." sambung Sastra ( Rin ... aku tidak minta apapun, aku hanya mau kau pulang dengan selamat, memang temenmu gila semua, kamu belum pulang sampai selarut ini namun malah minta yang aneh-aneh).

"Oke geng's udah dulu ya gue udah sampai tujuan, gue akan bawakan pesanan kalian nanti, bye ...." Airin menutup panggilan ponselnya. Lewat tombol di headset bluetoothnya.

Airin turun dan melangkahkan kaki ke tokonya. Membuka pintu utama. Toko Airin di desain se-epick mungkin, nampak dari luar kecil hanya seperti rumah bunga kecil dengan jendela di samping kiri dan kanan yang memperlihatkan pajangan bunga yang segar dan siap di pinang oleh siapapun yang menginginkannya.

Namun begitu masuk kedalam ada pintu yang terhubung ke taman belakang yang banyak sekali tanaman hias, mulai dari harga termurah sampai termahal ada di toko Airin. Tanaman dengan harga ratusan juta sampai milyaran rupiah tersedia di sana.

Semua kalangan bisa datang ke toko Airin karena Airin tahu bahwa pecinta bunga dan tanaman hias tak semua mereka adalah orang berada, untuk itu dia menyediakan beragam bunga.

"Selamat malam ... maaf gue telat." Airin meminta maaf pada pegawainya yang seharusnya tak dia lakukan, namun Airin juga sadar bahwa dia hanya manusia biasa, dan pegawainya pun manusia. Dia juga harus meminta maaf jika dia melakukan kesalahan.

"Katakan apa masalahnya!" Airin memberikan perintah pada pegawainya saat tahu semua sudah berkumpul.

"Salah satu pestisida yang kita gunakan memiliki presentasi dari batas maksimum Nona. Dan itu menyebabkan tanaman semakin rusak dan juga membahayakan pemakai Nona, seperti yang dialami Rida siang tadi dia mual, muntah dan gatal-gatal setelah terpapar oleh pestisida itu." jelas Clara pada Airin dengan singkat dan begitu mudah diterima oleh Airin.

"Darimana kalian membelinya? Siapa yang membeli? Berapa tanaman yang terkena dampaknya?" Pertanyaan beruntun telah memenuhi setiap telinga pegawai Airin.

"Adi yang membeli Nona, dan saya tidak tahu dimana dia membelinya karena dia hari ini tidak masuk, dan beruntung tanaman yang terkena hanya sekitar seratus tanaman yang bernilai dibawah rata-rata Nona." Clara menjelaskan kembali.

"Rida?" Airin hanya mengatakan itu namun Clara pun langsung tanggap dengan apa yang ditanyakan Airin.

"Dia sudah ditangani oleh dokter diklinik terdekat Non, tapi saya masih belum bisa menghubungi Adi saya tidak tahu kemana dia pergi, sejak pagi saya tak berhasil menghubunginya, maafkan saya Nona. " Clara meminta maaf atas kesalahannya pada Airin dan menundukkan pandangannya ke arah kakinya.

"Baiklah besok kau kasih lebih banyak udara dan cahaya kau siram dengan benar dan jaga selalu kelembaban udara untuk tanaman yang sakit tadi, jika tetap tak bisa tolong kalian buka saja penutup di atas itu supaya tanaman yang lain tak kena imbasnya, jangan sampai hal ini terulang lagi, dan saya yang akan cari tahu tentang Adi, tolong Clara kau cari orang yang benar-benar bisa kamu percaya untuk membeli semua yang dibutuhkan oleh tanamanku." tutur Airin dan langsung pergi.

Namun sampai di depan pintu Clara menghentikan langkah Airin.

"Nona saya lupa ada bingkisan untuk Nona tadi." ucapnya dan memberikan bingkisan besar pada Airin, Airin menerimanya, berterima kasih dan pergi.

Sebelum sampai di tempat tujuannya dia sempatkan untuk membelikan pesanan semua pesanan sahabatnya dan juga makanan lainnya.

- 7 Sumpah -

Tak ingin lagi rasanya aku bercinta

Setelah kau tinggal pergi

Kegagalan ini membuatku tak berdaya

Tak dapat lagi rasanya aku bercinta

Setelah kurasa perih

( Tadi -- Hujan kemarin )

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status