***
"Siang." Daver tersenyum pada adik kelasnya yang sudah memakai baju futsal.
Mereka semua dengan semangat menjawab, "Siang, Kak Daver!"
Anara berdiri jauh di belakang Daver. Hari ini ia tidak bertugas, melainkan hanya mengamati saja. Ia memipihkan matanya, melihat sinis para adkel cewek yang mendadak jadi sok alim di depan Daver.
"Hari ini tutor hari keempat. Walaupun terakhir, harus tetep semangat."
"Pasti, lah, gila. Orang Kak Daver yang latih," celetuk Lavie, perempuan yang Daver kenal adiknya Evan.
Daver tersenyum tipis. Itu saja gantengnya udah minta ampun bagi Anara. Apalagi bag
"You're the one who controls yourself."-Daver Negarald***"Ada apa?"Tiga satpam mulai berdatangan ke tempat di mana peluru itu ditembakkan. Salah satu satpam membawa pistol. Itu menjadi sasaran senjata Daver."Pak." Tangan Daver menengadah, meminta pistol yang dipegang Pak Satpam."Eh, gak boleh. Kamu masih kecil!"Daver berdecak. "Bapak mau mati?"DUAR!Satpam itu menggeleng cepat. Wajahnya mulai ketakutan ketika pistol
***Sudah dua belas kali Daver menelepon Anara dan hasilnya nihil. Hingga pada pukul enam malam, ia belum juga menemukan Anara.Daver bingung sekaligus menyesal. Seharusnya kemarin malam ia tidak perlu meminta Anara untuk menemaninya dalam tutor.Daver telah memperingati Fara untuk tidak mendekatinya karena ini yang ditakutkannya. Dan sekarang Anara yang kena. Ia merutuki dirinya sendiri.Daver mengembuskan napasnya kasar. Ia mengerang. Ia sudah pergi ke beberapa tempat yang mungkin menjadi tempat Anara disembunyikan. Namun, ia tetap tidak menemukan gadis itu.Drrrrrt!Ponsel Daver berdering. Ia d
"I loved you and still. Therefore, i'm waiting here."-Anara Emiley***"Sssh.. sakit." Anara menahan napas saat Daver menekan pelan lukanya dengan kapas yang dibasahi oleh obat merah.Setibanya diapartmentDaver tadi, Anara diberi istirahat selama dua puluh menit dulu untuk minum dan menenangkan diri.Daver tahu bahwa Anara membutuhkan waktu untuk menenangkan napasnya yang memburu akibat menangis.Setelah dirasa cukup, Daver langsung memulai mengobati luka Anara.Daver dengan wajah yang konsentrasi sedang fokus m
....Daver mengernyitkan alisnya. Dengan santai, ia memakai bajunya, lalu berjalan mendekati Anara. "Liat apa?""Gak liat apa-apa! Lagian kenapa pake bajunya gak di dalem aja?"Daver tertawa. Ia menarik tangan Anara yang sedang menutup wajah. "Maksudnya, lagi ngeliat apa?" Daver menunjuk meja dengan matanya. "Itu?"Anara menyengir. Ia salah tangkap. Kirain, Daver menanyakan tentangkotak-kotakyang dilihatnya."Sorry," ujar Anara polos. "Itu foto-fotonya. Lucu.""Iya, emang." Daver sombong.Anara memutar bola matanya, lalu
"Our memories are togetherness."-Zhenix***"Telat hampir dua jam.Good," sambar Evan saat Daver dan Anara masuk ke pekarangan rumah Elena.Daver mendekati cowok-cowok, sedangkan Anara langsung berlari memeluk Elena dan loncat-loncat kegirangan. Mereka sudah lama sekali tidak bertemu, makanya sesenang itu."Eh, aw, sakit." Anara mengeluh spontan saat Elena menyentuh lengannya.Elena melepas pelukannya. Ia melihat lengan Anara yang sebenarnya tertutuphoodie."Eh, maaf, maaf. Kenapa?" tanyanya sambil melihat tubuh Anara.
..."Emang Fara yang lagi deket sama Daver, bukan gue," ujar Anara menimpali."Apaan. Enggak!" bantah Fara dalam perkataannya, tidak tahu kalau di dalam hati."Terserah, deh, siapa yang mau deket sama Daver. Asal jangan rebutan, ya." Elena tertawa.Evan berdiri dari duduknya, lalu mendekati Anara dkk. "Ra, bakarin gue jagung, dong!""Lah, kok jadi gue?""Dari tadi udah Fara. Terus Elena yang bikinin kita minum. Tolong napa. Kalo gue yang bakar bisa-bisa kebakaran gimana?" Wajah Evan memelas."Buatin, tuh, buat si Bayi gede." Fara menggamit lengan Anar
"This is unusual."-Daver Negarald***Anara pulang pada pukul sebelas malam. Ia diantar oleh Ander tadi karena jalan rumah mereka searah. Kebetulan, Anara berpapasan dengan Jeff—ayahnya—yang baru pulang kerja."Anara," panggil Jeff dengan suara beratnya.Anara menoleh malas. Mengingat betapa buruk karakter yang dimiliki ayahnya, Anara benar-benar sudah kehilangan respek dengan laki-laki paruh baya itu.Jeff melepas sepatunya, lalu melempar ke rak. Ia memandang Anara dengan mata mengantuk. "Kenapa kamu baru pulang?""Ada acara tad
...Daver tahu Anara suka padanya. Kadang, Daver suka memilah kata dulu kalau mau membahas tentang Fara pada cewek itu. Namun, saking tidak mau Anara memutuskan panggilan, Daver buru-buru mengucapkan topik apa pun yang ada di pikirannya.Di balik layar sana, Anara mengerutkan alis, bingung. "Hah? Oooh, gitu.." ucap Anara berusaha menjadi pendengar yang baik. Lagian, apa harus banget membuat dirinya tahu?"Mau ikut?"Daver gila kali, atau gak dia lagi mengkhayal. Padahal, kan, aneh kalau jalan bertiga dan dia-nya cowok sendiri. Apalagi dua cewek itu Anara dan Fara.Benar-benar segitu tidak ada topiknya dan tidak tahu mau membicarakan apa. Daver sebenarnya ingin