Bukan hanya Max yang terkejut. Laras pun ikut terkejut tatkala melihat pemandangan di depannya. lelaki itu memunculkan ekspresi bertanya tanya pada ayah dan ibunya.
"Dia, mama yang ngundang" Ucap Bu Tina ketika Max menatapnya.
Mendengar itu Max tak bergeming, tak menolak dengan semua perilaku wanita yang sedang menatapnya dan sudah mendongakkan wajah dalam pelukannya.
"Aku kangen banget sama kamu" kata Ria tersenyum sambil terus kembali menempelkan wajahnya itu dalam lekuk leher Max.
Laras yang berdiri di belakang lelaki itu lantas membuang wajahnya ke lain arah. Ekspresi sedih nya kini terlihat jelas. Hal itu tak luput dari penglihatan Rinto di depannya.
"Ehem...Bisa kita mulai acara makan malam ini?" seru pak Rinto me
Perlahan ia menutup kedua matanya, ketika pada akhirnya ia pun terbuai, merasakan ciuman lembut itu pada bibirnya. Laras hanya bisa mengikuti hanyutnya gerakan lembut bibir Max di atas bibirnya. Mendapati itu membuat Laras sedikit ingat kalau semua ini menjadi ciuman pertama untuk dirinya. Seketika semua mimpi pada setiap tidurnya kini menjadi nyata. Melihat ternyata memang benar Max yang telah mengambil first Kiss nya malam ini. Namun mengapa ia merasa ciuman ini seperti tak asing?.Max melepaskan tautan bibirnya dengan begitu saja. Ia kembali menatap Laras yang kini masih memejamkan matanya. Senyum simpul di bibirnya pun muncul ketika melihat wanita itu mengintip dan sudah tak menangis lagi. Max mengusap bibir tipis itu dengan lembut. Dan berhasil membuat Laras kembali membuka mata sempurnaTerlihat jelas kegugupan pada wajah serta tubuh Laras ketika Max teru
Alex masih menatap Ria dengan tatapan tak bisa. Apalagi melihat ekspresi dan tubuh wanita itu menegang dan langsung menyembunyikan ponsel ke belakang tubuhnya membuat Alex penasaran kenapa wanita itu yang bisa berada di bar seorang diri."Lo ngapain disini?" tanya Alex. Masih menatap Ria dengan kedua alis yang masih mengerut.Ria sedikit menunjukan respon gelagapan pada posisinya,ia pun lantas mengatur ekspresi wajahnya dan sedikit mengatur suaranya agar lelaki itu tidak menaruh curiga."Gue lagi main aja ke sini" jawab Ria gugup membenarkan posisi duduknyaAlex melepaskan cengkraman pada pundak wanita itu, mendengar jawaban Ria membuat Alex mengalihkan tatapan mata pada penampilan wanita itu."Dengan baju seperti ini" ucap A
Laras yang melihat tulisan itu lantas langsung mengecek seluruh ruangan pada kosan. Namun nihil ketika tak ada satu barang pun yang hilang atau berantakan. Lalu siapa yang sudah berani memasuki kamarnya tanpa meninggalkan jejak sedikitpun seperti ini?Deru nafasnya masih tak teratur. Tubuhnya bergetar lemas.ia sandarkan tubuhnya pada tembok dapur untuk sekedar menormalkan rasa takutnya terlebih dulu. Bagaimana tidak. baru pertama kali ia mendapat teror seperti itu. Siapa yang melakukanya ?Setelah keadaan dirinya sudah sedikit tenang sontak ia pun sedikit berlari dan langsung mengunci semua pintu lalu menutupi jendela rapat rapat. iIa nyalakan semua lampu di setiap ruangannya. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju dapur mengambil pembersih kaca , dan dengan tergesa ia langsung membersihkan tulisan berwarna merah itu hingga menghilang. Setelah semua selesai La
Wanita yang masih dalam dakapannya itu kini sudah bergetar hebat. Max melihat wajah Laras yang sudah menahan tangisan dengan tatapan kosongnya. Max pun langsung menelusuri tubuh Laras, memastikan jika Laras tak terluka. Helaian nafas lega keluar tatkala melihat wanita yang masih melamun itu tak terluka sedikit pun. Lantas Max bangun dengan satu gerakan cepat Max bopong Laras yang masih shock akan kejadian tadi. Tak lama pelayan kedai pun datang membantu mengiringi Max ke tempat yang aman.Pelayan itu membawa Max ke sebuah ruangan Office kedai tersebut. Setelah sampai dengan perlahan Max menurunkan tubuh Laras pada sebuah sofa panjang berwarna coklat. Wanita itu masih terdiam dengan tatapan kosongnya. Max yang sedari tadi melihatnya akhirnya mencoba buka suara tatkala pelayan kedai membawanya sebuah air untuk Laras."Apa ada yang terluka" tanyanya sambil memberi
Max sampai pada tempat dimana Alex bilang tadi. Rumah bergaya minimalis itu membawa kembali ingatan dirinya akan remaja dulu. Rumah yang dulu menjadi tempat serbaguna semasa remajanya ternyata masih sama dan tak banyak berubah. Alex lelaki itu hanya tinggal sendiri di kota ini. Kuliah dan pekerjaan membuatnya jauh dari kedua orang tuanya. Tak heran jika lelaki itu sangat mandiri dan sudah bersikap dewasa di usia muda. Mengingat lelaki itu sering sekali memberikan saran dan siap mendengarkan keluh kesan orang lain. Membuat Max senang berteman dengannya sampai sekarang.Max berjalan menaiki tangga dan langsung mengetuk pintu rumah tersebut. Terlihat Alex yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk membukakan pintu untuknya. Lantas Max pun langsung masuk kedalam tanpa mendengar terlebih dulu perintah dari lelaki itu. Kemudian Max mendudukan dirinya pada sofa hitam ruang tamu. ia melonggarkan dasi dan membuk
Max masuk kedalam kosan Laras begitu saja. Sedangkan Laras yang masih shock akan semua itu lantas mengerjapkan matanya dan buru buru menutup pintu. Kini melihat Max yang berada dalam kosannya membuat Laras menjadi gugup. Dia bingung harus mulai berbicara apa.Max menelusuri kosan kecil Laras, mengecek dan memeriksa setiap sudut ruangan tersebut. Tatkala Dia mengingat ucapan wanita itu tentang teror yang telah membuat wanita itu sangat takut. Setelah beberapa menit Dia menyelusuri semua ruangan dan tidak menemukan sesuatu yang membahayakan, sejenak dirinya sedikit tenang, Lalu Max kembali menatap wanita yang masih berdiri di belakang nya."Kamu nggak papa kan?" tanya Max khawatir akan keadaan Laras.Laras bergerak kikuk. "Aku gapapa kok" mendengar itu Max menghela nafas tenang.
Laras mencoba kembali memejamkan matanya. Tubuhnya terbaring kaku. Untuk bergerak sedikit pun ia ragu. Ia semakin mengeratkan genggaman pada selimut untuk sekedar menyembunyikan suara detak jantung yang semakin berdebar kencang. ia harap lelaki itu tak mendengar semua ini.Betapa ia sangat malu jika itu terjadi. Sampai tiba tiba suara lelaki tersebut membuat Laras kembali membuka matanya lebar."Apa kamu sudah tidur?" tanya Max yang ternyata belum bisa memejamkan matanya.Laras yang mendengar itu sontak bergerak menoleh ke samping melihat lelaki itu yang masih pada posisi membelakangi dirinya."Be..lum" jawabnya dengan suara gugupMax menghela nafas kecil ia memandang kosong arah depan."kamu tahu, karena saya kamu jadi nggak
Setelah berbicara dan membuat janji dengan Ria. Max langsung memutuskan sambungan pada ponselnya begitu saja. ia tak mau membiarkan masalah lebih lama atas apa yang sudah terjadi. Kemudian Max menghubungi Alex untuk datang ke apartemen nya. Hari ini Max akan memberi tahu rencana yang sudah ia susun kepada Alex. Ia juga ingin mencari tahu siapa lelaki yang mengincar Laras selama ini. Dan pasti ia akan mendapatkan siapa lelaki itu.Ia langsung membuka laptopnya dan memasukan flashdisk berisi salinan cctv waktu kejadian di kedai kemarin. Dengan teliti Max melihat setiap menit video tersebut. Tepat ketika wajah lelaki itu melihat ke kamera, ia pun langsung men zoom wajah tersebut, tak lupa ia terangkan sedikit layar laptopnya dan benar saja terlihat jelas wajah lelaki yang selama ini membuatnya penasaran. Sudah Max duga ternyata lelaki ini. Lelaki yang memang sejak awal bertemu dengannya sudah menunjukan keter