Share

Chapter 6

Saat yang dinanti tiba. Hari telah memasuki waktu malam, dan keramaian di pesta pertunangan Naura telah mulai terasa. Arch, dan Sarah, telah sampai di lokasi pesta tanpa terlambat, meski Naura sempat menyatakan kritik terselubung bahwa seharusnya mereka datang lebih awal, mengingat Sarah adalah sepupu Naura. 

Kritik terselubung itu sejatinya juga didasari pertimbangan lain, bahwa ketika pesta telah dimulai maka itu artinya Naura tak kan punya cukup kesempatan untuk menjalin komunikasi pribadi dengan tamu undangan dadakannya, Arch, dalam rangka mengorek keterangan darinya tentang sejauh mana kedekatan si pemuda dengan saudari sepupunya. Alasan kedua ini, meski tak dipaparkan oleh Naura, namun dipahami dengan baik oleh Sarah sejak sebelum keberangkatannya. Itulah kenapa dia memilih untuk tak berangkat lebih awal, sehingga dia akan selamat dari cercaan pertanyaan tak penting. 

Naura, menyambut Sarah di tengah para tamu yang mulai ramai berdatangan, dan dia berbisik pelan ke telinga Sarah, "Bagus, kupikir sepupuku yang perhatian akan datang lebih awal dari yang lain tapi rupanya tidak. Sekarang kita tidak punya banyak waktu lagi untuk mengobrol. Sambutlah teman-teman Eric di sebelah sana. Aku akan mengambilkan gelang milik—ah, dimana Arch?"

"Entahlah," jawab Sarah yang juga terlihat bingung mencari Arch. Namun saat beberapa detik kemudian melihat posisi keberadaan si pemuda, dia lantas berujar, "Ah, itu dia!" sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat ke arah Arch.

Naura tertawa. "Rupanya rombongan gadis-gadis genit sudah merebutnya darimu. Haha! Mereka adalah sebagian kecil dari teman-teman SMA-ku. Mereka memang tak tahu malu sejak dulu. Ah, ya Tuhan! Kasihan Arch! Lihatlah! Dia terlihat tak berminat, tapi kesulitan untuk pergi."

"Sudahlah. Mereka pasti melakukannya karena mengira Arch temanmu. Ah, sekarang dimana teman-teman Eric? Oh, itu mereka! Aku akan ke sana," Sarah berkata lalu berjalan menuju ke segerombolan muda-mudi yang merupakan rekan-rekan Eric, yang semuanya mengenal Sarah dengan baik. Mereka adalah muda-mudi yang terlibat dalam liburan ke Bali lebih dari empat tahun lalu, yang kemudian terus menjalin persahabatan dengan Sarah dan Naura hingga kini. Ada banyak rekan-rekan Eric yang lain, tapi rombongan ini menjadi prioritas Sarah saat ini. 

Di kesempatan yang sama, Naura masuk ke dalam kamarnya guna mengambil kotak perhiasan kecil berisi gelang milik Arch, dan membawa kotak itu di tangannya ketika dia keluar dari kamar. Naura baru sampai di dekat sebuah meja di taman, namun salah asisten rumah tangganya menghentikannya. "Nona," ucapnya, "Nona meninggalkan ponsel Nona di dapur."

"Oh, astaga!"

"Ada yang menelepon Nona berulang kali. Cobalah Nona angkat."

"Baik, Bi. Terima kasih," kata Naura sembari meletakkan kotak perhiasan kecil itu di meja taman, lalu menerima ponsel dari tangan si Bibi dan berlalu meninggalkan tempat itu sembari sibuk berbincang dengan si penelepon. Kabar yang rupanya disampaikan oleh si penelepon—yang adalah salah satu teman kuliah Naura—adalah bahwa si penelepon tidak bisa hadir di acara pertunangan Naura, dan untuk itu dia minta maaf. Permintaan maaf diterima, dan Naura lalu kembali masuk ke kamarnya untuk menyimpan ponselnya dengan baik di sana. 

Disambut dengan panggilan 'sayang' oleh sang tunangan, Naura lalu membaur bersama para tamu, menenggelamkan diri di tengah hiruk-pikuk para undangan. Tepat di saat itu, Sarah yang melihat Naura tertawa-tawa riang gembira bersama teman-temannya tanpa membawa apapun di tangannya, dengan cepat menyimpulkan bahwa sepupunya itu telah melupakan si kotak perhiasan yang malang. Sarah berpikir, sang sepupu mungkin belum mengambilnya, atau mungkin dia meninggalkannya di suatu tempat. Kemungkinan kedua terasa menakutkan bagi Sarah, hingga membuatnya akhirnya dengan terpaksa menginterupsi keasyikan sang sepupu bersama para tamu dengan berkata, "Naura, kau terlihat luar biasa. Tapi Sayangku, kita perlu bicara sebentar. Eric, maaf, aku harus meminjam calon tunanganmu sebentar."

"Oh, astaga!" pekik Naura lemah, yang kemudian disambut dengan senyum permintaan maaf. "Gelang itu, Sarah. Aku melupakannya. Aku minta maaf."

Dibarengi dengan anggukan kepala penuh senyum dari Eric, Naura kemudian undur diri sejenak bersama Sarah, untuk mengambil si perhiasan. "Aku tadi lupa meninggalkan kotak perhiasan itu di meja taman. Iya. Aku ingat. Di meja taman," ucap Naura sembari berjalan, ketika mereka sampai di lorong menuju taman.

"Ya Tuhan! Semoga perhiasan itu tidak hilang lagi," sahut Sarah. "Entah kenapa, gelang itu seolah seperti belut yang licin. Dia seolah melupakan pemiliknya dan tidak mau kembali."

Naura tertawa mendengar perumpamaan yang dikatakan Sarah. Dengan sedikit menyesal, dia meningkahi, "Maaf, maaf, yang terakhir ini murni keteledoranku. Aku tadi harus mengangkat telepon dari temanku, dan alhasil melupakannya."

"Itu persis seperti yang terjadi padaku, tadi pagi. Aku melupakan gelang itu, karena harus mengangkat telepon darimu," timpal Sarah yang membuat tawa Naura semakin lepas. "Kau tahu?" lanjut Sarah, "Bahkan Arch sendiri juga melupakan gelang itu, dengan membiarkannya bertahan di kantong jaketnya yang dia serahkan pada Meira untuk dicuci. Sungguh malang nasib gelang itu! Seperti kata Arch, gelang itu dilupakan dan diabaikan oleh banyak orang!"

"Haha! Lucu benar kau ini! Tapi, ya ampun," sela Naura masih dengan sisa tawanya, "aku melupakan Arch. Ngomong-ngomong di mana dia sekarang?"

Sarah mendadak berhenti dari langkahnya, yang diikuti pula oleh Naura, dan dengan ekspresi sedikit berpikir Sarah berkata, "Aku tidak tahu." Sarah mendesah. "Aku tadi sempat mencoba mencarinya tapi dia tidak terlihat dalam jarak pandangku. Tapi kesibukanku menyambut tamumu lalu membuatku melupakannya. Ah, sudahlah! Dia tidak akan pergi meninggalkan pesta ini tanpa aku, dan setelah ini aku akan mencarinya lagi dengan membawa gelang itu."

"Kalau begitu, ayo!" timpal Naura. "Aku meninggalkannya di taman, di mana orang lain bisa bebas keluar masuk area itu. Jangan sampai orang iseng mengambilnya lebih dulu."

"Ah, jangan sampai!"

Dengan tergesa-gesa, Sarah dan Naura menyelesaikan langkah-langkah mereka menuju taman, dan tepat ketika mereka mulai memasuki area taman, mereka berhenti sesaat karena melihat beberapa orang tengah berdiri di tepi taman. Salah seorang dari mereka langsung menyapa tanpa sungkan, begitu melihat kedatangan duo gadis itu, "Hei, Naura, sahabatku yang akan segera bertunangan!" serunya sembari mendekat ke arah Sarah dan Naura. "Pestamu sungguh meriah. Selamat atas pertunanganmu!" lanjutnya kemudian. Saat ini orang itu telah sampai di depan Naura. Pandangannya lalu bergeser penuh makna pada Sarah, dan dia berujar tenang, "Hai, Sarah."

Naura tersenyum jahil. Diliriknya Sarah yang tersenyum masam, lalu Naura berujar, "Terima kasih, Ben, atas kedatanganmu. Aku tidak tahu kenapa kau dan beberapa teman—ah, hai!" Naura melambaikan tangan pada empat orang yang tersisa dari rombongan Ben, yang kemudian membuat keempat orang itu mendekat ke arahnya. "Aku tidak mengerti kenapa kalian malah berdiam diri di taman. Seharusnya kalian berada di ruang pesta."

"Maafkan kami, Naura," timpal salah satu dari mereka dengan tawa, "tadi kami hanya berniat mencari udara segar sejenak sembari ngobrol ringan di antara kami. Baiklah. Ayo, Ben, kita masuk ke ruangan pesta! Naura, kau sungguh hebat! Pestamu sangat meriah. 

"Ah, terima kasih!" sahut Naura, yang dalam sekali lirik saja, langsung bisa melihat bahwa tatapan Ben begitu fokus tertuju pada Sarah. Naura pun memberikan interupsi, "Em—tidakkah sebaiknya kita masuk ke ruangan pesta sekarang? Kalian—bukankah kalian juga merindukan teman-teman lama kita yang lain? Aku baru saja melihat, rombongan mereka yang baru datang dari luar kota. Ayo sekarang kita bergabung dengan mereka!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status