Di dalam sebuah ruangan yang di dominasi warna putih, terlihat seorang lelaki yang berprofesi sebagai dokter itu sibuk berkutat dengan catatan medis pasiennya dibelakang meja kerjanya. Sesekali melalui kacamatanya, mata sipitnya memperhatikan jam yang tergantung di dinding ruangannya. Sambil, menghela napas pelan, laki-laki itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Profesi yang baru ia tekuni selama 9 tahun itu memang sangat menyita waktu bahagianya bersama sang istri. Namun bukan karena terpaksa, melainkan ia mempunyai tujuan tertentu menekuni profesi ini. Ia sangat menginginkan kehamilan terjadi pada sang istri, yang telah dinikahinya lama. Lelaki
Simpan semua itu untuk kisah yang akan datang. Jangan pernah mengharapkan hal apapun dariku. Aku lelah, silahkan pergi sejauh yang kau bisa. Buat aku tidak lagi melihat wajahmu. Aku muak.Sepasang manik hitam bergeming dalam kediamannya. Langkahnya berjalan menuju rumahnya semakin berat. Kepalanya terus tertunduk kebawah, memandang kaki-kakinya yang setia mengikuti arah yang ia tuju. Tapi, pikiran Odelia tidak berada disana. Ia berjalan seakan seperti mayat hidup.Kejadian yang baru saja ia alami dirumah sakit membuat sesuatu dalam pikirannya seperti berubah haluan. Tangannya, yang selama ini tidak pernah ia gunakan untuk menyakiti fisik orang lain, kini telah menampar pipi kakaknya sendiri hingga memerah. Masih tertanam dibenaknya bagaimana terkejutnya Adela saat ia menamparnya. Ada sedikit rasa bersalah
Mendaki jalan terjal untuk bersamamu, aku menyerah. Keputusanku sudah bulat, aku akan pergi. Kau bertahanlah disini sendiri, rasakan apa yang pernah kau tinggalkan untukku."R-Riska...."Wanita yang baru saja muncul diantara kedua orang itu hanya tersenyum angkuh mendengar namanya disebut dengan terkejutan yang berlebihan. Harusnya wanita itu mengetahui bahwa kehadirannya tentu sudah dapat diprediksi. Jika Jean ada disini, dirinya pasti akan mengikuti kemana anak sulungnya itu pergi."Wah, sepertinya kau terkejut ya." Pandanganya turun ke arah perut buncit Odelia. Senyumnya berubah menjadi seringaian sinis ketika melihat pemandangan itu. "Dan, sepertinya kau tidak lagi sendirian."Odelia langsung memeluk peru
Aku tak tahu apakah aku masih bisa memegang janjiku untuk tetap bersamamu. Haiku telah remuk. Hancur bersamaan dengan kenyataan pahit yang membentang jauh diantara kita. Kau bertanya apakah aku sanggup bertahan? Jawabanku, Tidak."Kami bersaudara?"Suara Odelia nyarus tak terdengar. Hanya suara hembusan angin yang menyertai suara itu. Akan tetapi, Jean mampu mendengarnya. Pria itu terhenyak menyadari jika usahanya telah sia-sia. Odelia tidak boleh goyah. Wanita itu akan tetap bersamanya apapun yang terjadi."Tidak, Odelia. Jangan percaya. Itu semua palsu!" Katanya berusaha untuk menyadarkan wanita itu. Matanya memerah memandangi Odelia yang masih melirih ditempatnya."Jean!" Hardik Riska. Wanita itu mem
Aku berlari, mencoba berpindah tempat ke jalan yang tak kukenali, dan tidak mengenaliku. Aku berusaha untuk menata semuanya untuk kembali menjadi baru dan melupakan semua yang telah kutinggalkan. Namun, ketika aku mencoba untuk meniatkannya, bayanganmu selalu singgah seperti hantu.Clara berlari sepanjang lorong rumah sakit dengan napas pendek. Matanya dengan liar mencari nomor kamar yang tadi diberitahukan oleh seorang wanita yang memberitahukan keberadaan Odelia saat ini. Dibelakangnya Marko pun tak ada bedanya dengan Clara. Pria itu juga sibuk mencari nomor ruangan yang baru saja disebutkan oleh si penelepon pada Clara.Mereka nyaris saja mengalami kecelakaan karena Marko mengerem mobilnya secara mendadak saat Clara memberitahukannya. Sepanjang perjalanan wanita itu terus menangis dalam pelukannya. Cla
Maafkan aku yang telah mengingkarimu selama bertahun-tahun. Rasanya menyakitkan menyadari bahwa takdir telah menampar perasaan angkuhku yang menolak kehadiranmu. Ketika melihatmu menderita seperti yang kuingini, aku malah tak sanggup membayangkannya."Ya, dan dia adalah wanita itu. Odelia."Rian bergeming. Keterkejutannya tertelan bersama dengan kalimat yang akan diucapkannya. Matanya memandang kosong pada Adela yang nyaris tak dikenalinya. Wanita yang telah bertahun-tahun hidup bersamanya seperti bukanlah Adela yang ada dihadapannya. Wanita itu nampak berbeda. Adela yang ada dihadapannya begitu dingin dan menderita. Tak ada kepercayaan diri yang melekat padanya.Rian nyaris tak mengenali tatapan penuh dendam itu.
Aku cinta kepadamu, aku rinduk dipelukmu. Namun, kukeliru telah membunuh cinta dia dan dirimu.TIGA BULAN KEMUDIANBandung.Di kota Bandung yang santer akan ketenangan, sebuah rumah yang terletak di salah satu kaki bukit perkebunan teh menjadi salah satu singgahan yang paling enggan ditinggalkan oleh siapapun, termasuk pemiliknya. Setiap pagi, udara sejuk selalu menyapa siapa saja yang berani membuka jendela. Menyambut sekumpulan embun pagi yang menyegarkan penciuman.Pagi ini tentunya akan menjadi pagi yang sama seperti yang sudah dilewatinya. Odelia akan selalu menyambut indahnya pagi dengan membuka jendela kamarnya yang langsung menghadap ke arah matahari pagi. Wanita itu tak pernah absen meman
Aku dan kamu takkan tahu mengapa kita tak berpisah. Walau kita takkan pernah satu, biarkan aku menyimpan bayangmu dan biarkan semua menjadi kenangan, yang tahu isi dalam hatiku.Tak ubahnya seperti Grace yang menangis meraung seperti yang berkesudahan, sosok pria yang merupakan kepala keluarga tertua Rahardi itu tak kuasa menahan tangisnya memperhatikan kondisi Jean yang semakin hari memburuk. Berawal dari sikap Jean yang semakin pemarah. Anak sulungnya sering sekali mengamuk bahkan membanting apapun yang ada disekitarnya. Jean ditarik paksa meninggalka rumah lamanya. Yonash tak bisa membiarkan anak sulungnya itu tinggal lebih lama seorang diri. Rumah lamanya pun telah dijual.Saat ini didepan mata tuanya, ia melihat sendiri kondisi Jean yang semakin parah. Wajah anaknya yang dulu terlihat tegas dan kokoh seper
Aku terpaksa, aku ingin diakui. Aku sudah muak menjadi yang kedua. Aku ingin cinta, aku ingin dicintai. Salahkah jika aku menginginkan hal seperti itu?"Kakak, aku tidak mau pergi."Pagi ini di rumah yang ditempati Odelia, terjadi keributan. Kebisingan telah tercipat sejak Odelia selesai mandi dan siap untuk menyantap sarapan paginya. keributan kali ini tentunya bukan berasal darinya yang biasanya memerintah orang-orang dirumah itu menuruti rasa ngidamnya, melainkan dari rengekkan wanita termuda yang ada disana. Clara terus menolak ketika Marko memaksanya ikut dengannya ke Yogyakarta. Karena ada pekerjaan yang mendesaknya untuk ada disanna selama tiga hari, mau tidak mau Marko mengajak Clara untuk mengurus segala keperluannya. Namun, mengingat sebentar lagi Odelia akan meliharikan sepertinya wanita itu me