Share

Bab_12 Pesona Nalira Elvandale

Penulis: Pearlysea
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 18:26:21

Langkah kaki para dayang terdengar lirih saat mereka memasuki istana, tubuh mereka sedikit membungkuk karena kelelahan. Mereka telah menghabiskan waktu berjam-jam mencari gaun yang sesuai dengan keinginan Putri Nalira, menyusuri hampir seluruh sudut pasar, hingga akhirnya menemukannya di sebuah butik mewah yang menjual pakaian impor.

Di tangan salah satu kepala dayang sebuah kotak kayu dengan ukiran emas dibawa dengan penuh hati-hati. Kotak itu tampak berharga, dengan ukiran pola anggun yang menunjukkan bahwa isinya tidak sembarangan.

Salah satu dari mereka menghela napas pelan lalu berbisik dengan penuh keluhan.

"Tuan Putri itu benar benar menyebalkan, apa maksudnya dia terus menerus membandingkan kerajaan kita dengan kerajaannya yang kaya dan makmur?"

"Demi Dewa, dari banyaknya tamu yang kita layani, baru kali ini aku seperti melayani seorang Ratu! Bahkan permaisuri Raja Cedric saja tidak secrewet itu!" sahut yang lain dengan nada jengkel.

Seorang dayang lainnya melirik ko
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_14 Akhirnya bertemu

    Nalira tersenyum tipis, jelas menikmati kegelisahan samar yang berusaha disembunyikan Aaron. "Tentang apa? Kekejamanmu? Atau mungkin tentang bagaimana kau ingin membunuhku setelah aku membuka mulut?" Aaron menyipitkan mata. Wanita ini terlalu pintar. "Dengar," katanya, dengan suara dalam. "Kau mungkin membenciku dan aku tidak perduli, tapi aku tidak bisa membiarkanmu berbicara pada pasukan Astheria. Jadi Jika kau diam, aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan." Nalira tertawa kecil. Pria ini memang menarik. Ia tahu betul bahwa Aaron tidak akan menawarkan sesuatu tanpa alasan. "Apa pun?" tanyanya, lalu tersenyum sinis. Aaron mengangguk sekali. Wajahnya tetap dingin dan datar. Nalira melangkah mendekat, memutari tubuh tegap sang Duke. "Lalu bagaimana jika aku memintamu untuk berlutut di depanku? Akankah kau melakukannya?" Mata Aaron menyipit. Jelas bahwa pria itu tidak suka diremehkan. Namun, sebaliknya, Nalira justru tersenyum lebih lebar. Ia bisa melihat deng

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_13 Di Bawah Tatapan Sang Jendral

    Tetapi tatapan itu tidak bertahan lama. Aaron, yang tengah memberikan instruksi, menyadari bahwa ada seorang prajurit yang tidak memperhatikan. Tanpa banyak bicara, ia mendekat dengan langkah cepat, lalu... BUGH!! tinjunya melayang keras ke wajah prajurit itu, membuatnya terjatuh dengan darah mengalir dari pelipisnya. "Apa kau tuli?!" suara Aaron menggelegar. "Siapa yang memberimu izin intuk melamun seperti anjing bodoh!" Prajurit itu berusaha bangkit sambil terbatuk, gemetar ketakutan, tetapi Aaron tidak memberi kesempatan baginya untuk menjawab. Ia kembali menyerang dengan mendorong perut prajurit itu menggunakan salah satu kakinya dengan keras. Prajurit itu kembali tersungkur dengan darah segar yang muncrat dari mulutnya, saking kerasnya tendangan itu. Para prajurit yang menyaksikan hanya diam mematung, mata mereka sedikit menyipit melihatnya, pemandangan itu memang sudah biasa terjadi, siapa yang berani lengah dari intruksi sang jendral maka bisa saja kematian itu

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_12 Pesona Nalira Elvandale

    Langkah kaki para dayang terdengar lirih saat mereka memasuki istana, tubuh mereka sedikit membungkuk karena kelelahan. Mereka telah menghabiskan waktu berjam-jam mencari gaun yang sesuai dengan keinginan Putri Nalira, menyusuri hampir seluruh sudut pasar, hingga akhirnya menemukannya di sebuah butik mewah yang menjual pakaian impor. Di tangan salah satu kepala dayang sebuah kotak kayu dengan ukiran emas dibawa dengan penuh hati-hati. Kotak itu tampak berharga, dengan ukiran pola anggun yang menunjukkan bahwa isinya tidak sembarangan. Salah satu dari mereka menghela napas pelan lalu berbisik dengan penuh keluhan. "Tuan Putri itu benar benar menyebalkan, apa maksudnya dia terus menerus membandingkan kerajaan kita dengan kerajaannya yang kaya dan makmur?" "Demi Dewa, dari banyaknya tamu yang kita layani, baru kali ini aku seperti melayani seorang Ratu! Bahkan permaisuri Raja Cedric saja tidak secrewet itu!" sahut yang lain dengan nada jengkel. Seorang dayang lainnya melirik ko

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_11 Harga Sebuah Gaun

    Tiga orang dayang menunduk lalu bergegas keluar ruang mandi dan menyiapkan gaun untuk Nalira. Sementara dua dayang lagi mengangkat lengan atas wanita itu dengan hati hati, membantunya bangkit dari bak mandi. Uap susu masih membumbung tipis di kulitnya yang putih bersinar di bawah cahaya lentera dan Aroma susu yang lembut masih melekat pada tubuhnya, sementara butiran air mengalir turun dari rambut panjangnya yang basah. satu dayang bergegas maju, memegang kain panjang berwarna putih kusam. Mereka bertiga bekerjasama dengan hati-hati, melilitkan kain itu mengikuti lekuk tubuh Nalira, tetapi saat ujung kain menyentuh bahunya, wanita itu mendesis pelan. "Kenapa kasar sekali?" protesnya. Salah satu dayang langsung menunduk lebih rendah. "Maafkan kami, Tuan putri, kain ini yang terbaik yang ada di sini." Nalira mengerling tajam, lalu mengangkat tangannya, membiarkan mereka menyelesaikan tugasnya. Namun, bibirnya tak berhenti berkomentar. "Istana sebesar ini, tapi kainnya bah

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_10 Vranshold_Blackthorn Citadel

    Semua kepala menoleh bersamaan ke sumber suara. Dari kejauhan, bendera besar dengan lambang Rusa Emas berkibar gagah. Pasukan berkuda yang di juluki The Silver Wings, (Sayap perak) adalah pasukan berkuda terbaik Astheria yang di kenal dengan kecepatan dan ketangkasannya di medan perang. Kilauan pedang berkilat, Jenderal Gavriel dan pasukan Astheria tiba dalam formasi sempurna. Kudanya berhenti mendadak di depan para Bloodhounds yang kini menyipitkan mata tajam, mereka semakin mengeratkan genggaman pedangnya. "Kami datang membawa perintah dari Raja Arthur!" Gavriel menyapu pandangan ke sekitar, matanya menangkap tubuh Pangeran Felix yang tertunduk dalam genggaman Bloodhounds, masih setengah berlutut dengan darah mengalir di sudut bibirnya. "Serahkan pangeran kami sekarang juga," seru Jendral Gavriel, tegas dan berwibawa. "Jika tidak, anggap ini sebagai deklarasi perang." Sontak, Sorakan kecil terdengar dari pasukan Bloodhounds. Pemimpinnya terkekeh seraya mengangkat bahu. "

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_9 The Bloodhounds

    Kegaduhan di halaman istana menarik perhatian semua orang. Raja Arthur, yang tengah duduk di singgasananya, mengangkat alis saat suara gaduh itu semakin jelas. Tak lama kemudian, pintu besar ruang utama istana terbuka, dan seorang pria berperawakan tinggi besar muncul. Jendral Gavriel masuk dengan langkah cepat menghadap Raja, di belakangnya, Duke Elvandale dan istrinya mengikuti dengan wajah tegang. Raja menatap mereka dengan ekspresi tenang dan penuh kewibawaan. "Ada apa Jendral? Aku mendengar seperti ada keributan di luar?" Jendral Gavriel masih sedikit terengah-engah setelah berusaha mengejar Felix, ia lalu menunduk hormat di hadapan Raja. "Situasi berbahaya Yang Mulia… Pangeran Felix, dia pergi menemui Nalira" Mata Raja Arthur menyipit. "Ke mana dia pergi?" Gavriel mengatupkan rahangnya, kemudian menjawab dengan penuh penyesalan. "Dia menuju Vransco." Ruangan seketika menjadi hening, para menteri dan petinggi yang hadir di istana saling pandang. Begitu pula Du

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_8 Kepergian Pangeran Felix

    Aaron ncengkeram jubah Dominic lebih erat. "Kau pikir aku akan tunduk pada permainan gilamu ini?" desisnya. Dominic hanya tersenyum tipis, wajahnya tetap tenang meski rahangnya mengeras. "Kau ingin takhta, bukan?" suaranya rendah, hanya cukup untuk didengar Aaron. "Maka terkadang, lawan harus dipeluk sebelum akhirnya dihancurkan." Aaron menyipitkan mata. "Jangan bermain kata denganku, Dominic." Dominic menghela napas pendek, lalu mendekat sedikit. "Kau harus tahu bahwa Wanita itu bukan wanita biasa, dia adalah kunci. Jika kita memperlakukannya dengan buruk, dia akan menjadi duri dalam rencana kita. Namun, jika kita membuatnya merasa berharga…" Dominic melirik sekilas ke arah Nalira, yang tengah memperhatikan mereka dengan ekspresi dingin. "Dia akan lebih mudah dimanfaatkan." Aaron tak segera menjawab. Ia benci mengakui bahwa Dominic ada benarnya. Jika Nalira benar-benar calon Ratu Astheria, maka dia memiliki nilai yang lebih dari sekadar seorang putri Duke. Aaro

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_7 Keangkuhan Yang Di Tundukan

    Para prajurit yang menyaksikan saling berpandangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Bahkan Nalira sekalipun tak mengerti dengan sikap pria tua itu. Terlebih lagi Aaron, matanya menyipit tajam. "Apa yang kau lakukan Dominic?" tanya Aaron, penuh penekanan. Dominic tak memberinya jawaban, pria itu justru semakin menunduk, dan memerintahkan seluruh prajurit di ruangan itu untuk bertekuk lutut pada Nalira. Serentak mereka semua menunduk, kecuali sang Jendral. Aaron masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Ia memandang Nalira dari ujung kepala hingga ujung kaki, mencoba memahami sesuatu yang seharusnya mustahil. "Tuan Putri, kami telah melakukan kesalahan, ampuni kami." Nalira mengangkat dagunya dengan ekspresi tegas. "Kau tahu siapa aku?" Dominic menunduk lebih rendah. "Tuan Putri… Kau adalah ksatria wanita yang sangat mahsyur. Bukan hanya karena kecerdasan dan dedikasimu sebagai pejuang, tapi juga karena kau adalah..." Dominic menghel

  • A Love- Hate Affair 'The Northern Duke's Touch'   Bab_6 Kejutan Di Balik Tawanan

    Perlahan Aaron menurunkan garpunya, matanya lalu memindai kondisi tubuh Nalira dengan seksama. Sedetik kemudian seringai tipis terulas di sudut bibirnya. "kau terlihat seperti... Hantu" Aaron terkekeh mengejek, suara tawanya yang berat membuat rahang wanita itu mengeras. Mata Aaron lalu bergerak ke hidangan di depannya yang nampak seperti pakan hewan. "Kau pasti lelah.. Makanlah jika kau lapar juga." tawarnya tanpa rasa bersalah. Nalira menahan diri untuk tidak meludahi makanan itu, matanya menyorot tajam, menatap Aaron dengan penuh kemarahan. "Kau monster menjijikan. Lepaskan aku!" teriaknya, nyaring. Aaron tertawa kecil, seolah kemarahan Nalira adalah hiburan baginya. "Kau akan menyadarinya," Aaron berdiri. Dan dengan langkah pelan ia mendekat ke arah Nalira. "Aku bukan hanya sekedar monster. Lebih dari itu, aku adalah penderitaan dan kematian bagi setiap orang yang mencoba menantangku dan menghalangiku." Mata Nalira nyalang menatapnya. "Dan kau pikir aku akan takut padamu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status