Share

A Modern Fairytale
A Modern Fairytale
Penulis: Esteifa

1. Positive

Have you ever feeling something bittersweet? Or something just bitter and bitter?

Love? Life? Or... both?

Than, congratulation. Wellcome to the club!

——

Gadis itu terdiam, wajahnya pias sementara ia memandang bagaimana bayangan dirinya sendiri didepan cermin sana.

Menunggu.

Padahal hanya perlu tiga puluh detik.

Namun jemari yang bergetar dan hela napas gugup menjadi tanda mutlak bahwa tiga puluh detik dipagi hari yang damai itu adalah pagi yang amat riskan sepanjang ia hidup.

Maria mengangkat benda pipih panjang berwarna campuran antara biru dan putih itu, benda yang beberapa detik lalu ditenggelamkan pada air seninya.

Menanti apakah keresahan dan juga perubahan dari tubuhnya benar-benar karena hal ini. Hal yang dihindari mati-matian oleh semua anak remaja di bumi.

Maria menunduk sekilas setelah menarik napas, netra bulatnya bergetar, dengan ragu ia meraih alat tes kehamilan yang ia letakan diatas wastafle. Menatapnya nanar, melihat dengan jelas dua garis merah yang terpampang.

Jantung tak lagi berfungsi dengan baik. Hela napas menyapu cemas.

Terduduk diatas kloset yang tertutup Maria kemudian memejamkan mata, desah frustasi muncul dari dua belah bibirnya sementara jemari yang masih memegang testpack itu ia gunakan untuk menyugar rambut pirangnya kebelakang.

Ia harus bagaimana?

“Mar! Lama amat, sih! Gantian! Gue bisa telat!” teriakan itu terdengar dari luar sana, Maria bergeming, tak menanggapi, bahkan hingga pintu kamar mandi itu dibuka dari luar dan muncul satu wanita lengkap dengan omelannya Maria tetap duduk disana seakan kehilanga nyawa.

Masih kelu untuk berkata saat tau ada sesuatu yang tumbuh dalam perutnya.

Melihat Maria duduk tanpa menyahut atau menoleh sedikitpun, teman Maria yang baru saja membuka pintu itu sontak bertanya.

“Mar! lo kenapa?”

Sahabat Maria sekaligus teman satu rumahnya itu mendekat dengan ragu, wajahnya menampilkan ekspresi campuran antara risau dan juga ada percikan sebal yang amat ketara.

Dan nyawa Maria belum kembali, malaikat pembawa pesan masih meminjam jiwa gadis dua puluh enam tahun itu. Membawanya keluar menjelajahi dunia yang kacau sebelum menghempaskannya ke tanah keras.

Jane- pramugari yang merupakan sahabat Maria sejak SMA, menangkap benda kecil yang ada diampitan jemari Maria. Cepat-cepat ia mengambil benda itu dengan kening berkerut.

Sebelum melebarkan mata lengkap dengan jeritan tertahan. Tersadar.

Kala itu Maria baru mendapatkan nyawanya kembali. Mendongak dengan mata yang datar sebelum menciptakan senyum ironi.

“Surprise!” katanya tanpa nyawa.

Positive.

Diantara kebingungan tentang hadirnya segumpal daging dirahimnya, Maria masih mampu mengingat tentang malam itu. Malam dimana ia melakukan hal yang ia tau akan disesali seumur hidup, malam dimana ia meluruhkan semua kekacauan dalam gemuruh erangan panjang, malam di Hawai bersama orang tak terduga.

Hening melanda.

Para gadis dua puluh empat tahun itu ditimpa keterkejutan. Mereka sama-sama lajang. Belum ada yang pernah mendapat lamaran atau mengucap janji suci didepan altar bersama satu pria pujaan. Dan salah satu dari mereka hamil?

“Siapa?” tanya Jane dengan nada suara yang mencicit pelan. Menanyakan dengan pria mana Maria berhasil berkembang biak.

Maria terdiam lama.

“Nggak inget,” jawabnya setelah beberapa saat.

 Jelas sekali, Maria yang mengatakannya saja merasakan keraguan utuh dari genangan suranya, apalagi Jane sang pengamat jeli. Jane tau betul kalau Maria tengah berbohong.

Maria jelas tau siapa orangnya namun tidak mau memberitahukan itu.

“Sinting! Lo nggak mungkin nggak inget,” selak Jane marah. “Gue tau lo liar, tapi not free sex. I know that, Mar.”

Jemari Maria beralih mengusap kasar wajah cantiknya. Mencoba menyadarkan diri. Memilih untuk tidak menjawab. Menunduk dengan mata memejam.

“Justin?” tebak Jane setelah beberapa lama. Ada genagan marah yang ketara saat gadis itu mengucap nama manusia terakhir yang berhubungan dengan Maria, mereka sudah putus sekitar tiga bulan lalu dan Maria masih merana karenanya. Maria mendongak menatap Jane yang menatapnya sangsi, tak menyangka.

“Si Goblok itu?” lanjut Jane.

Kini gelengan dilayangkan Maria. Menjawab singkat. “Bukan.”

Decak frustasi kembali dilayangkan Jane. “Terus siapa?”

Apa penting sekali mengetahui siapa itu orangnya? Maria justru lebih khawatir tentang reaksi keluarganya ketika mengetahui hal ini. Bisa mampus secara harfiah dirinya. Ayah bisa mengeluarkan nama Maria dari kartu keluarga. Dan ibunya? Nenek? Maria bahkan tidak ingin mengira-ira apa yang bisa para wanita itu lakukan.

Untuk kali ini Maria benar-benar harus berusaha dengan baik.

Dan sama seperti sebelumnya, Maria tidak menjawab pertanyaan Jane. Maria mendesah kecil, memandang Jane sejenak.

Mengalihkan topik bicara.

“Katanya lo telat.” Maria mengingatkan alasan Jane sampai menerobos pintu kamar mandi dan mengomel sepagian, pramugari ini hampir terlambat terbang. “Lo mandi gih, gue lanjut tidur.”

Jane mengibas tangan kasar, tak peduli. Lebih-lebih tercengang dengan Maria yang menunjukan reaksi cukup tenang.

“PHK juga bodo amat,” selak Jane jujur. “Bilang, siapa yang bikin lo bunting?”

Dan tentu saja. Tidak semudah itu mengganti topik.

“Gue nggak mau bilang,” balas Maria dengan nada yang lirih. Kelopak matanya menutup pening. Karena tanpa disuruh otak sialan yang ada didalam kepala Maria lagi-lagi membawa gadis itu pada ingatan satu malam di Hawai.

Sialan!

Mendengar kalimat lelah Maria itu Jane mulai melunak, hembusan napasnya menghembur prihatin, ia menunduk sekilas, sadar kalau tidaklah tepat menekan Maria padahal dibanding orang lain Maria lah orang yang paling dikejutkan. Maria juga pasti takut.

“Kenapa?” tanya Jane akhirnya. Mulai mampu menata sabar. Ia menunggu jawaban, namun belum juga dijawab Jane lebih dulu menyipitkan mata curiga. “Jangan bilang lo mau rahasiakan kehamilan lo ini?”

Dan kesabaran itu hilang kembali. Meluap tinggi bersama dengan jeritan keras yang ia keluarkan. Menjadi ibu tunggal itu tidak mudah! Kendati ia tau betul wanita seperti apa itu Maria, mandiri dan berbeda dengan wanita-wanita diluar sana, namun tetap saja. Semua tidak akan semudah yang dibayangkan.

“Gue seneng lo pinter sekarang,” jawab Maria dengan sedikit senyuman main-main, dengan wajah pucat itu senyum Maria justru terlihat mengerikan bagi Jane.

“Gak usah sok jadi Kylie Jenner deh!” jerit Jane marah, dia tidak mengerti jalan pikiran Maria.

Dan bukannya melanjutkan rasa frustasi karena tau dirinya hamil, Maria malah tertawa melihat tingkah sahabatnya yang mulai hilang kesabaran.

Jane heran. “Mar! Bukan saatnya buat ketawa-ketawa sekarang!”

“Lo beneran gak mau kasih tau gue?” lanjut Jane. Jari telunjuk pramugari dua puluh enam tahun itu mengacung yakin. “Justin. Pasti Justin. Keparat brengsek, dasar tai! Nggak cukup apa dia—.”

“Je,” potong Maria tiba-tiba yang membuat Jane segera berhenti bicara.

Maria terdiam sejenak. Matanya memandang datar. Hela napasnya normal, namun wajah gadis yang biasanya ceria itu nampak kosong. Menoleh pada Jane yang sedang menunggu lanjutan kata-katanya.

“Gue pen muntah,” lanjut Maria tanpa diduga.

Dengan begitu, Maria langsung berdiri, membuka tutup kloset yang ia duduki dan memuntahkan semua isi lambungnya disana. Sumpah. Maria belum memakan apapun namun mual membuat ia harus menguras semua isi lambung yang hanya ada air. Sampai perih, hingga terasa pahit.

Maria merasa satu tangan Jane memegangi rambutnya yang panjang tergerai sementara satu tangan yang lain memijat belakang lehernya.

Maria mengangkat wajah. Selesai dengan morning sickness pada sesi ini. Menarik napas lalu mengeluarkannya dengan satu gurat menyesal.

Mengumpat dalam hati.

Kenapa harus dia?

Diantara dua orang yang pernah menaruh sperma dirahimnya kenapa harus milik Edgar yang berhasil berkembang.

Kenapa harus mantan pacar Jane- sahabatnya. Kenapa harus dia yang Maria temui di Hawai. Kenapa harus si uler kangkung! Kenapa casanova itu!

Dan yang paling penting, kenapa Edgar bisa kecolongan macam perjaka amatir begini!

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ar_ga
baru mulai baca nih,kesian si Maria
goodnovel comment avatar
Ningsih Dwi
rambut rapunsel ada disini...lanjutlah setelah mba jane bahagia...
goodnovel comment avatar
yussan Joss
sip iki ketoke, lanjuttttt5tttttttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status