Share

Part 4: Kehidupan Sekolah

"Hello," ucap Higiri kepada teman sebelahnya. Meja mereka tidak terlalu berdekatan karena satu anak satu meja sendiri. 

Namun di sebelah kanan Higiri hanya bangku dan kursi kosong, dan di sebelah kirinya adalah Kaito. Ia berambut hitam dengan bola mata berwarna coklat. Tingginya sama seperti Higiri, sekitar seratus delapan puluh sentimeter. 

Kaito hanya melirik Higiri dan tidak membalas sapaannya, tatapan mata Kaito sangat ketus. Higiri merasa mulai tidak nyaman dan ya, apa boleh buat, mungkin Kaito memang seperti itu sifatnya. 

Mereka mengikuti kelas pagi itu. Setelah bel istirahat berbunyi, tentu semua murid boleh keluar. Higiri memutuskan untuk berkeliling sekolahnya sendiri, namun yang mengganggunya, adalah para gadis yang terus melirik dan tersenyum kepadanya. 

Bahkan ada yang sengaja bertabrakan dengannya sambil berbisik, "Kau tampan sekali!!"

Ada juga yang melambaikan tangannya, namun Higiri sama sekali tidak menggubris mereka. 

Higiri hanya menggelengkan kepalanya sambil membuat wajah kesal. Ia lalu memutuskan untuk naik ke atas atap sekolah sendirian. 

Sesampainya di atas, Higiri lalu meregangkan seluruh badannya sambil bergumam, "Angin bumi, sangat segar, jauh lebih baik daripada planetku. Namun penduduknya sangat aneh. Apa mereka tidak pernah melihat seorang pria? Sewaktu aku kecil, tidak seperti ini, tatapan para gadis itu sangat mengganggu, tidak nyaman sekali!" 

"Tentu, mereka para gadis tidak pernah melihat pria. Pria tampan sepertimu hanya membuang waktu saja, gadis-gadis hanya akan memikirkanmu dan nilai mereka bisa jelek. Konsentrasi mereka akan buyar, mereka tidak akan mau belajar untuk ujian tahun depan yabg akan dipersulit soalnya. Mereka akan berpikir segala cara untuk mendapatkan dirimu. Hanya ketampanan saja yang kau punya, kan?" sahut Kaito yang rupanya dari tadi ada di belakang Higiri, duduk sendirian di sebuah bangku sambil menaikan kaki kirinya ke atas kaki kanannya dan meletakkan kedua tangannya di belakang kepala. 

"Apa katamu? Kita baru saja berkenalan dan kau sudah ingin membuat musuh?" tanya Higiri dengan tatapan sinis, kali ini ia merasa kesal, memang wajah Kaito yang tampan namun sifat dinginnya itu, membuat orang mudah kesal kepadanya. 

"Aku tidak tertarik dengan lawan jenis, atau bermain musuh dan kawan. Sebaiknya luangkan waktumu disini untuk mencari apa yang kau inginkan," lalu Kaito beranjak pergi meninggalkan Higiri. 

Higiri dibuat penasaran dengan kata-katanya, "Siapa Kaito ini? Apakah dia tahu bahwa aku hidup di galaksi yang berbeda? Apa dia tahu tujuanku kemari? Mengapa ia menyuruhku fokus saja mencari apa yang seharusnya kucari di dunia manusia ini? Ah tidak mungkin, ia hanya manusia yang asal ngomong saja!" 

Higiri mengikuti sekolah sampai jam pulang berbunyi. Tentu saja, Higiri ingin cepat kembali ke tempat tinggal sementaranya di dunia manusia ini, sebuah kamar kost kecil, sambil melihat sekeliling apakah gadis yang ia cari bisa ia temukan, mungkin di sekolah ini. Namun ketika hendak keluar gerbang sekolah, ia dicegat sekumpulan gadis berjumlah lima orang. 

Gadis-gadis tersebut sepertinya satu geng, karena pimpinannya sendiri adalah seorang gadis yang berjalan paling depan. Gadis tersebut langsung saja mendekati Higiri. Kali ini, Higiri benar-benar merasa tidak nyaman. 

"Higiri? Sebentar dulu. Kau harus mengenalku. Namaku Ichigo. Ada baiknya kau memanggilku Ichigo saja. Aku ingin berteman denganmu," ucap Ichigo, gadis yang tingginya sekitar seratus tujuh puluh sentimeter, dengan rambut berwarna merah muda, dan bola mata hitam. Ia adalah ketua geng para gadis di sekolah itu. 

"Aku tidak berminat," balas Higiri, dengan nada ketus dan tatapan mata yang benar-benar menunjukan bahwa ia tidak tertarik sama sekali. 

"Oh kalau begitu kau tidak akan bisa keluar dari sini” balas Ichigo sambil menarik lengan Higiri, lalu langsung melepaskannya, namun, Ichigo langsung memegang bahu Higiri. 

Higiri mulai kesal, dan ingin rasanya memakai kekuatan bintangnya untuk menjauhkan Ichigo agar dia bisa keluar secepatnya. Namun urung dilakukan, karena ini dunia manusia, bukan suku Harmoni - jika Higiri menunjukan kekuatan magisnya, secepatnya ia sendiri harus pergi dari dunia manusia dan kembali ke suku Harmoni saat itu juga.

"Aku tidak ingin melakukan kekerasan kepada perempuan. Aku tidak tertarik, silakan minggir," balas Higiri sambil memegang tangan Ichigo lalu menggesernya, lalu Higiri mengambil langkah cepat keluar dari sekolah itu, dan berlari menuju stasiun kereta MRT.

Ichigo melihatnya mengambil langkah seribu, namun Ichigo hanya tersenyum licik sambil berkata dalam hatinya, “Hmm, menarik!”

Akhirnya, Higiri sampai juga di stasiun kereta MRT terdekat, "Gadis itu, aku harus menemukannya! Waktuku hanya dua bulan di sini dan para gadis mulai membuatku mual!" seru Higiri, sambil terengah-engah mengambil nafas, ia lalu menunggu kereta MRT datang. 

Sebuah pengumuman terdengar, lalu akhirnya kereta MRT yang ditunggu datang juga, dan ia masuk kedalam sambil memperhatikan sekelilingnya, mencari gadis yang hilang itu. Berhenti di setiap stasiun dan akhirnya Higiri turun di stasiun terdekat dari kost-an-nya yang ia sewa dua bulan penuh hanya untuk mencari gadis tersebut. 

Kamar kost sewaan yang dia sewa dari seorang wanita tua dengan harga murah. Seluruh uang yang ia dapatkan, semata hanyalah dari orangtuanya, sang raja dan ratu. Mendapatkan uang mudah tentunya, karena kekuatan magis, namun tidak untuk disalahgunakan, tentu. 

Kamar kost ini sangat kecil, hanya satu lantai, dan hanya untuk satu orang saja yang tinggal. Higiri tinggal sendiri disini, setiap pergi dan pulang sekolah, ia akan melihat dan mempehatikan sekitarnya, berharap gadis tersebut bisa ia temukan, walau hanya mengingat fisik dan nama gadis tersebut. Setelah seharian kegiatannya, ia pasti akan kembali ke kamar kost ini, beristirahat sampai malam tiba, tidur, dan paginya, mengulangi lagi kegiatannya. 

Pagi ini, sejak Higiri tiba di sekolah, beberapa anak laki-laki sedang sibuk sembunyi-sembunyi di bawah pohon besar, sambil memainkan sesuatu dengan jari mereka. 

Higiri tentu penasaran, lalu menghampiri mereka, "Benda apa itu?" 

"Serius kau tidak tahu? Ini sudah jaman maju, apa kau baru tahu???" seru seorang anak lelaki. Higiri masih bingung dengan jawaban itu. 

"Wajah tampan namun ternyata kurang pergaulan. Payah," sahut Kaito. 

Higiri dengan muka kesal membalas, "Tentu saja, aku hanya pergi pulang sekolah saja, tinggal sendiri, sampai rumah, aku hanya belajar, tentu tidak sempat tahu tren ini, bukankah kau yang bilang bahwa tahun depan soal ujian akan dipersulit?” ucap Higiri. 

Kaito tertawa kecil, "Kita namakan ini telepon genggam pintar, belilah satu, kudengar orang tuamu kaya raya, benda ini bisa memberikan kau hiburan, kau bisa bertukar nomor telepon dengan beberapa gadis di sini, agar kau tidak kesepian, namun guru disini ketat, atau ini benda akan disita, haha!"

M.D.Samantha

revisi pertama, mohon di acc. alur cerita diperjelas dan sedikit koreksi.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status