Share

Part 5: Sebuah Harapan

PART 5: Sebuah Petunjuk 

Teng... Teng... Bel masuk sekolah. Hari berjalan seperti biasa. Namun ketika bel pulang berbunyi, Higiri langsung mengambil langkah seribu, dan mencari toko yang menjual benda bernama telepon genggam pintar itu. 

Pikirannya, si gadis yang ia cintai, mungkin juga punya nomor telpon. Ia masuk ke sebuah toko telepon genggam. 

"Aku ingin yang paling bagus dan mahal!" serunya. Penjaga toko kaget sesaat, namun setelahnya, ia memberikan beberapa pilihan. Higiri lalu bertanya tentang nomor telepon. Ia juga membeli nomornya sendiri. Penjaga toko membantu mengatur ponselnya dan Higiri bisa langsung menggunakannya. 

Ketika hendak keluar toko, tiba-tiba saja Ichigo muncul, "Oh, si tampan di sini. Baru saja membeli ponsel ya?"

Langsung saja ponsel baru Higiri direbut Ichigo. 

"Hei, hei! Kembalikan!" seru Higiri, namun Ichigo menolaknya.

"Tunggu, kita saling tukar nomor saja, ini simpan nomorku, dan aku akan menyimpan nomormu, tunggu," balas Ichigo sambil mengetik nomor ponselnya di ponsel Higiri, lalu menyimpannya dan mengembalikannya kepada Higiri. 

Tak lupa, Ichigo mencoba menelpon nomornya sendiri dengan ponsel Higiri, dan jadilah mereka bertukar nomor. 

"Aku tidak menghendaki ini," ucap Higiri sambil mengambil ponselnya dari tangan Ichigo dengan kasar, lalu langsung berjalan menuju stasiun kereta MRT. 

Ichigo hanya bergumam, "Pria payah, memangnya aku kurang cantik? Aku sangat cantik dan pintar, semua pria menginginkanku, namun apa yang dilakukan pria satu ini? Bodoh! Tapi lihat saja nanti. Lagi pula, aku sendiri sudah bosan di dunia manusia, kalau bukan karena perintah raja bodoh itu!” 

Ichigo lalu pergi begitu saja. 

Tentu saja, Higiri melakukan rutinitasnya. Ia pulang sekolah, menaiki kereta MRT sambil melihat sekelilingnya, sampai ia pulang ke rumah melewati jalan setapak yang sama. Namun kali ini, ada pesan teks di ponselnya. 

"Makanlah yang banyak!" tulis pesan singkat itu. 

Ternyata itu dari Ichigo. Higiri belum mengerti cara menggunakan ponselnya. Ia memutuskan untuk tidak akan pernah membalas pesan Ichigo. Sama sekali tidak tertarik. Benar-benar gadis yang berani sekali kepada orang yang baru ia kenal! 

Esok harinya, pekerjaan berulang. Higiri akan naik kereta MRT ke sekolahnya, dan tentu, Ichigo terus menerus memberikannya pesan teks acak. Mengganggu saja, pikir Higiri, dan dia tidak pernah membalas Ichigo. Higiri hanya fokus kepada pencariannya. Sekiranya, sudah satu minggu terlewat. Tidak disangka, pagi ini Ichigo kembali berulah. Ia mengumpulkan para gadis di bawah pohon besar yang terletak di halaman depan sekolah. 

Higiri baru saja tiba, ia lalu melewati gerbang sekolah, lalu melihat Ichigo di bawah pohon sedang berteriak mengumpulkan para gadis. Ichigo sendiri melihat Higiri yang baru saja tiba. 

"Perhatian semua!!!!!" teriak Ichigo, "Aku akan mengumumkan, bahwa, pria di sana (menunjuk Higiri) dan diriku, Ichigo, sudah resmi berpacaran! Ingat kalian semua, dia adalah pasanganku! Jika aku melihat kalian sedang menggodanya, tentu saja, aku tidak akan tinggal diam!”

Higiri terbelalak matanya, kaget sampai jantungnya terasa mau loncat keluar dari dadanya. 

"Wanita gila!!!!" pikirnya. 

Seluruh gadis melihatnya dengan mata sinis. 

"Aku, aku tidak pernah, dan tidak mau! Dia sudah gila, kami baru saja berkenalan sekali, berani sekali!” teriak Higiri sambil berdiri dengan perasaan bingung, membalas tatapan mata para gadis yang mulai menatap sinis ke arahnya. 

Mereka pun bubar. Ichigo lalu menghampiri Higiri, "Kita sedang berpacaran, bukan?" tanya Ichigo sambil meraih tangan Higiri. 

"Aku tidak mau, tidak perlu, terima kasih, kau sudah gila” balas Higiri sambil membuang genggaman tangan Ichigo. 

"Oh tidak bisa. Kita akan pulang bersama, oke?! Aku tidak menerima penolakan, kau tahu, aku pemimpin para gadis di sini, fisikku bahkan yang paling cantik di antara mereka, dan aku melihat dirimu sebagai pria paling tampan di sini, bukankah kita cocok?” tanya Ichigo sambil memandang Higiri dengan tatapan agak manis. 

"Tidak, aku tidak menyukaimu. Aku tidak pernah menyukai gadis manapun yang ada di sekolah ini, maaf saja, hatiku sudah ada gadis lain”, balas Higiri, lalu pergi berlalu begitu saja dari hadapan Ichigo. 

Ichigo hanya tersenyum saja. Higiri lalu masuk ke dalam kelasnya. Hari di kelas berlalu, Ichigo sekarang selalu pulang bersama Higiri walaupun Higiri tidak pernah setuju dan tidak pernah mau. 

Bahkan, menatap Ichigo saja, sama sekali tidak mau. Sungguh pemaksaan, pikir Higiri. Benar-benar tidak nyaman sekali berada dekat dengan Ichigo, tentu saja, karena Higiri fokus mencari gadis idamannya, takut jika gadis tersebut melihatnya bersama Ichigo, tentu akan ada kesalahpahaman. 

"Kau akan menyukaiku, haha!" bisik Ichigo.

Selalu, setiap mereka pulang sekolah bersama. Higiri diam saja. Sejak saat itu, Higiri pulang sekolah selalu ada Ichigo disampingnya, walaupun Higiri tidak pernah menunggu Ichigo, bahkan Higiri akan langsung mengambil langkah seribu, dan entah kenapa Ichigo selalu lebih cepat, namun Higiri tidak pernah menatapnya, bahkan semua pesan teks dari Ichigo, tidak pernah ia balas. 

Sampai pulang pun, Higiri hanya mencari dan melihat sekelilingnya, mungkin gadis tersebut tidak ada disitu lagi? Pagi, siang, sore, malam, Higiri hanya fokus mencarinya, namun belum terlihat gadis itu, sama sekali tidak ada. 

Malam. Malam ini sudah malam ke empat-belas, Higiri berada di dunia manusia. Tidak ada tanda sama sekali tentang gadis itu. Higiri mulai kecewa dengan keputusannya sendiri dan mulai kesal. Kesedihan terlihat dari matanya. Ia lalu tidur di atas ranjangnya sambil menatap jendela yang penuh bintang berkelap-kelip. 

"Apakah ia sudah pindah? Apakah ia tidak mengingatku sama sekali? Haruskah aku kembali dan menikah dengan pilihan orangtuaku?" gumamnya dalam hati. 

Higiri mulai menangis. Ya, pria bisa menangis. Hatinya sakit. Ia sangat sakit, memukul dadanya sendiri, dan malam ini, ia sangat sangat sedih. Usahanya seakan, seolah, sia-sia saja. Apalagi, ia terkesan melawan keputusan ayahandanya. Kembali ke dunia manusia bukan perkara mudah, namun pulang dengan tangan kosong, tentu akan membuatnya berada dalam masalah. 

Keesokan paginya, Higiri pergi menuju sekolah dengan wajah murung. Ia mulai menyerah mencari gadis pujaannya. Bahkan ia tidak bisa fokus belajar di sekolah. Ichigo terus mengobrol dengannya, namun sama sekali diacuhkannya. 

Bahkan, ketika hendak keluar gerbang sekolah setelah bel pulang berbunyi, Higiri hanya berpikir, "Aku harus kembali sepertinya, namun hatiku masih yakin bahwa gadis bernama Kenta, itu, masih ada di sini, entah kenapa kuat sekali perasaan ini." 

Ichigo selalu menemaninya pulang, namun Higiri tidak pernah menatapnya sampai sekarang. Wajah Higiri benar-benar menunjukan rasa lelah dan tidak bersemangat. Ichigo sendiri kali ini terdiam ketika ia berjalan bersama Higiri, tidak berteriak seperti biasanya. 

Biasanya Higiri melalui jalan menuju arah timur, namun kali ini, ia berjalan ke arah barat. Entah apa yang ada di dalam pikiran Higiri, kali ini ia mengambil jalur yang berbeda. Di bagian barat ini, banyak pertokoan dan jembatan penyeberangan di sana sini. Sangat hidup. Higiri dan Ichigo berjalan sambil melihat pertokoan, namun mata Higiri kosong. Ichigo ingin menunjukan kepada Higiri, sebuah kafe, namun, Higiri benar-benar tidak meresponnya. Tatapan Higiri benar-benar terlihat kecewa dan lelah. Mereka meneruskan berjalan kaki. 

Di seberang jalan, ada sebuah halte bus. Higiri, walaupun pikirannya sudah lelah, ia lalu mengalihkan pandangannya dari jalan, menuju halte bus di seberang jalan itu. Halte bus itu hanya halte bus kecil. Sebuah bus sudah berhenti dari tadi di halte tersebut, menunggu semua orang naik ke atas bus.

M.D.Samantha

revisi pertama, mohon di acc. alur cerita diperjelas dan sedikit koreksi.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status