Waktu terus berjalan Arka masih setia menunggu di depan dengan raut wajah cemas. Waktu berlalu begitu lambat baginya, hingga ingin rasanya dia memaki dokter yang sedang menangani kondisi Keyra saat ini.
“Sialan!” gumam Arka sambil bangkit dari duduknya dengan geram.
Tak jauh dari tempatnya berada terlihat ada sosok Bima dan teman-temannya yang berlari ke arahnya.
“Gimana keadaan adek gue?!” tanya Bima dengan raut wajah panik bercampur marah.
“Di dalem” balas Arka dengan raut wajah lesu dan sorot mata kosong.
“Akhh! Lagi-lagi gue ceroboh!” kata Bima dengan raut wajah frustrasi dan dengan bodohnya dia memukulkan kepalanya di dinding rumah sakit. Teman-teman Arka yang melihat itu pun tak diam saja, dengan cekatan Rangga dan Rico menahan tubuh Bima untuk tak menyakiti dirinya sendiri.
“Gak usah bego bang! Di dalem adek lu bertarung sama maut! Kalau lu kayak gini bukannya nyairin s
Setelah kepergian Bima tadi, mereka kembali terhanyut dengan pemikiran masing-masing. Bahkan Didi yang biasanya menanyakan pertanyaan-pertanyaan bodoh kali ini dia tahu situasi dan membungkam mulutnya sendari tadi. Bukan hanya Didi, Rendy yang biasanya mengeluarkan guyonan tiba-tiba bungkam seribu bahasa.“Tenang aja, gue yakin dia oke” ucap Irvan dengan nada suara care.Arka yang mendengar itu hanya diam dan menatap Irvan sekilas kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati pintu UGD.‘Yah, gue juga yakin dia kuat’ batin Arka dengan senyum tipis. Pandangannya masih tertuju ke arah sosok Keyra berada. Dengan sorot mata teduh Arka menatap ke sosok Keyra yang terbaring lemah. Ada rasa nyeri di hatinya saat melihat sosok Keyra terbaring di atas berangka.Jam menunjukkan pukul 21.37, kantung darah sedang di berikan dan saat ini mereka masih menunggu di depan pintu.“Nyokap lu gak di kasih tau?” tanya Arka de
Malam semakin larut dan belum ada tanda-tanda Keyra akan sadar dari tidurnya.Tadi dia sudah memberi tahu kondisi Keyra kepada keluarganya. Mama Keyra yang mendengar itu cukup syok dan menjerit-jerit memanggil nama Keyra setelah itu pingsan, sedangkan Bima menatap kosong ke pintu UGD dan dengan marah Bima berjalan keluar rumah sakit di ikuti oleh Rangga dan Rendy.Sedangkan Rico dan Didi mengantarkan orang tua Keyra pulang ke rumah. Awalnya Papa Keyra tak setuju tapi setelah melihat kondisi istrinya dengan pasrah dia mengiyakan saran Arka. Kalau Irvan dia sudah pulang saat mendapatkan telepon dari Ibunya. Dan di sinilah Arka sekarang, di ruang inap Keyra dengan tangan menggenggam tangan Keyra dengan lembut.“Cepet bangun, gue mau minta maaf. Jangan lupa ‘in gue oke?” ucap Arka dengan nada suara lembut.“Gue minta maaf karena ngejauhin elu beberapa hari terakhir ini, gue mohon bangun dan jangan tinggal ‘in gue untuk ke dua kal
“Hahaha, puasnya hati gue!” ucap Natasya dengan tawa menggema.“Dia mati lebih bagus” lanjutnya dengan senyum sinis tanpa sadar atas kecerobohannya.Dia lupa bahwa dirinya sudah tak memiliki pendukung atau keberuntungan untuk menyelamatkan dirinya dari kekacauan yang telah dia perbuat.Dengan langkah lebar dia berlari memasuki rumahnya, tapi baru saja kakinya menginjak teras rumah suara seseorang berhasil menghentikannya.“Jalang sialan!” ucap orang tadi dengan nada suara marah.Dengan raut wajah heran Natasya menatap ke arah sumber suara.PLAK!Suara tamparan menggema di depan rumah Natasya. Tamparan tadi membuat tubuh Natasya terjatuh di atas rumput dengan keras.“Berani lu sentuh adik gue!” ucapnya dengan tajam dan tangan mencengkeram rahang Natasya dengan kasar.“Apa maksud lu? Gue gak paham!” ucap Natasya sambil mencoba melepaskan cengkeraman di dagunya.
Di rumah sakit Arka menatap sosok Keyra dengan raut wajah sedih. Hari sudah berganti pagi tapi sosok Keyra belum ada tanda-tanda untuk bangun dari tidurnya. Arka masih berada di posisinya tanpa niatan berpindah sedikit pun.CeklekSuara pintu terbuka tak mengalihkan pandangan Arka dari sosok Keyra.“Ar” panggil Satria dengan nada suara sedih melihat terpuruknya Arka saat ini.“Hm?” balas Arka tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Keyra.“Makan dulu, udah gue beli ‘in” ucap Satria sambil berjalan ke arah sofa yang ada di sudut ruangan.“Gak laper” ucap Arka dengan nada suara tanpa emosi.“Ayolah Ar, capek-capek gue beli. Uang gue juga berkurang, masa mau di buang gitu aja makanannya? Sayang 'kan" ucap Satria dengan nada suara membujuk.“Hm” balas Arka tak peduli.Satria diam sejenak saat mendapat jawaban seperti itu. Otaknya berpikir keras, apa ya
DI dalam kamar Natasya.“Kenapa semua jadi seperti ini? Kenapa semuanya kacau? Gue, gue udah gak punya siapa-siapa. Gue harus gimana?” gumam Natasya sambil duduk di sudut kamar dengan tangan memeluk erat kakinya.“Gak, semua ini gak adil! Kenapa semuanya gak adil? Dulu Fely yang di bela sekarang Keyra, kenapa gak ada yang bela gue?! Gue benci hidup gue!” jerit Natasya sambil menjambak rambutnya dan jangan lupa air mata yang mulai menetes melewati pipinya.Dalam diam Natasya meratapi nasibnya yang cukup menyedihkan. Dalam diam dia menangisi jalan hidupnya.Di lain tempat.Saat ini mereka sedang duduk berdampingan di kamar inap Keyra. Bima menatap sosok adiknya dengan raut wajah lesu, sedangkan Arka duduk di kursi samping berangka dengan tangan yang masih setia menggenggam tangan Keyra sedangkan yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang bermain ponsel, membaca buku dan mengerjakan tugas kuliah.“K
Hari semakin malam dan Keyra belum ada tanda-tanda akan sadar. Dokter sedang memeriksa kondisinya saat ini. Dengan langkah pelan sang dokter keluar dari ruang inap Keyra.“Bagaimana dok?” tanya Mama Bima dengan raut wajah khawatir.“Maaf, dengan berat hati saya menyampaikan ini. Nona Keyra di nyatakan koma dengan kurung waktu tak tahu sampai kapan” ucap sang dokter dengan raut wajah datar.“Enggak! Anda pasti salah, sebentar lagi pasti anak saya bangun!” ucap Mama Bima dengan raut wajah tak terima. Dengan raut wajah syok Mama Bima menatap ke arah sang dokter. Sang suami yang melihat kondisi istrinya pun membawa sosok sang istri ke dalam dekapannya.“Mah tenang, jangan seperti ini. Keyra pasti baik-baik aja. Dia hanya perlu istirahat dengan waktu cukup lama. Kalau putri kita sudah baik, dia pasti akan sadar dan menemui kita” ucap Papa Bima sambil mempererat pelukannya saat merasakan tubuh istrinya mencoba mem
Tiga hari kemudian mereka mulai membiasakan diri tanpa sosok Keyra, tentu saja kalimat itu untuk keluarga Keyra, Satria, Ami dan Arka. Siapa lagi memangnya, sosok yang benar-benar dekat dengan Keyra hanya beberapa orang. Yah, walau teman-teman Arka sudah dekat dengannya tapi hubungan mereka tak sedekat itu. Mereka dekat hanya sebagai teman sekedar kenal tak lebih.Arka saat ini menemani Keyra di dalam ruang inap. Tangannya menggenggam erat tangan Keyra.“Cepet sadar ya, jangan lama-lama tidurnya” ucap Arka sambil mengelus pelan kepala Keyra.“Lu tau gak? Gue udah buat dia musnah” ucap Arka dengan kekehan di akhir kalimat.“Orang yang dari dulu mau gue bunuh udah mati di tangan gue, tapi bukan hanya gue yang nyiksa dia. Abang lu sama Satria juga ikut nyiksa. Bahkan gue kebagian sedikit” ucap Arka yang menceritakan semuanya kepada Keyra tentang apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini.“Menurut lu ke
Sudah hampir satu bulan lamanya Keyra koma dan Arka masih setia menunggu Keyra sadar dari komanya. Tapi hingga sekarang belum ada tanda-tanda dari Keyra akan sadar dan ada masanya kondisi tubuh Keyra menurun, tapi masih bisa di tangani oleh pihak medis. Di tengah-tengah penantiannya, tak ayal terkadang ada pikiran-pikiran negatif hinggap di otak Arka. Tapi dia mencoba mengalihkan pikirannya dengan cara menyibukkan diri dengan tugas kuliah dan beberapa berkas perusahaan. Arka mengerjakan itu di dalam ruang inap Keyra, dengan tenang. Seperti saat ini dia sedang fokus pada berkas di depannya. Sesekali dia menatap ke arah Keyra dengan senyum sekilas.“Kapan bangun? Gak kangen sama gue?” tanya Arka dengan senyum manisnya.“Cepet bangun, kita mulai dari awal” ucap Arka dengan lembut dan sorot mata menyorotkan kerinduan.“Jangan ganggu gue dulu, mau fokus cari uang buat nikah soalnya” ucap Arka dengan senyum geli dan kembali sibuk ke