Hari yang di tunggu-tunggu oleh Keyra akhirnya tiba. Dengan semangat penuh Keyra bangun dari tidurnya. Keberangkatannya cukup membuat Dimas dan Bu Asri sedih.
“Ibu Keyra pamit dulu” kata Keyra sambil mencium tangan ibu Asri.
“Jaga diri di sana” kata bu Asri sambil mengelus rambut Keyra sayang.
“Ibu juga jaga diri, jangan paksa tubuh kalau udah capek” kata Keyra dengan nada memperingati.
“Iya, kamu tenang saja” kata ibu Asri dengan raut wajah lesu.
“Kalau udah sampai jangan lupa beri kabar sama ibu!” kata ibu Asri dengan nada cukup keras.
“Iya” balas Keyra dengan senyum manisnya.
“Assalamualaikum” kata Keyra dengan senyum bahagia.
“Wa’alaikumussalam” kata ibu Asri dengan nada suara cukup sedih.
Keyra mulai menaiki mobil hasil pinjam yang di kendarai oleh Dimas. Saat Keyra baru saja duduk di kursi samping Dimas, sudah di sajikan tatapan sedih dari abangnya itu.
“Gue Cuma pergi ke Jakarta bukan ke akhirat” kata Keyra dengan nada malas.
“Lu ke akhirat gak mungkin gue yang nganter” kata Dimas dengan nada kesal, karena baginya Keyra merusak suasana di sekitar mereka.
“Makanya muka lu di kondisikan” kata Keyra dengan malas.
"Ck" decak Dimas dengan kesal.
Setelah perdebatan kecil mereka, mobil yang tadinya masih diam di tempat mulai berjalan kedepan dengan kecepatan sedang.
Tak ada pembicara di dalam mobil. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dimas yang sedang sibuk dengan jalan, sedangkan Keyra sibuk dengan buku yang ada di tangannya.
Setengah jam kemudian mereka sampai di stasiun kereta. Keyra keluar dari mobil di ikuti oleh Dimas. Dengan gerakan santai Keyra mengambil barang-barangnya yang ada di bagasi mobil.
"Inget jaga diri baik-baik" kata Dimas dengan raut wajah serius.
"Iya abang" kata Keyra dengan malas.
"Kalau ada yang cari gara-gara sama elu langsung basmi aja" kata Dimas dengan raut wajah serius.
"Beasiswa gue yang terancam kalau gitu caranya" kata Keyra sambil menatap Dimas malas.
"Kalau gitu gue ralat. Kalau ada yang gak suka sama elu gak usah di angep, kalau ada yang bicarain elu yang enggak-enggak angep aja mereka setan yang lagi menyamar sebagai manusia. Kalau ada yang main fisik baru lu abisin" kata Dimas dengan nada suara yakin.
"Serah lu lah bang, capek gue" kata Keyra dan berjalan meninggalkan Dimas sendirian. Baru beberapa langkah berjalan, Keyra sudah menghentikan langkahnya karena lupa akan barang bawaannya. Dengan langkah malas Keyra mengambil koper di samping Dimas.
"Inget jangan deket-deket sama cowok gak jelas!" kata Dimas dengan nada cukup keras.
"Ck, bawel amat jadi orang lu" kata Keyra sambil menatap ke arah Dimas dengan kesal.
"Gue bawel juga demi kebaikan lu dek. Udah sana, di tinggal kereta baru tau lu" kata Dimas dengan raut wajah bercanda.
"Ini juga mau pergi, elu yang dari tadi bawel" kata Keyra dengan nada sedikit kesal.
Sebelum melangkah berjalan memasuki stasiun kereta. Keyra berjalan mendekati tubuh Dimas dan memeluk tubuhabangnya dengan sayang. Dengan senyum manis, Dimas membalas pelukan Keyra.
"Jaga ibu baik-baik, jangan buat dia susah karena elu" kata Keyra di balik tubuh Dimas.
"Iya lu gak perlu khawatir, ibu aman sama abang" kata Dimas sambil mengelus rambut Keyra dengan sayang.
"Jaga diri, makan yang bener dan jangan nyusahin ibu" kata Keyra kepada abangnya sambil melepas pelukan mereka.
"Sekarang elu yang bawel" kata Dimas dengan tawa renyahnya.
"Udah sana berangkat, beneran di tinggal kereta lu dek" kata Dimas dengan senyum manisnya.
"Iya, sampai ketemu semester depan bang" kata Keyra dengan senyum konyolnya dan berjalan menjauh dari Dimas.
"Jadi mahasiswi resmi aja belum, sok-sokan bilang kayak gitu" kata Dimas dengan lirih sambil menatap punggung Keyra dengan malas.
Setelah mengatakan itu tubuh Keyra mulai tak terlihat di mata Dimas. Dengan senyum yang di paksa Dimas berjalan ke arah mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan stasiun dengan perasaan sedih.
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A