Di ruang kerja Bara.
“Kenapa gak pernah berangkat?” tanya Bara dengan raut wajah datar dan serius.
“Sorry lupa ngabarin, hehe” ucap Keyra dengan nada suara canggung.
“Kenapa?” tanya Bara dengan sorot mata menatap serius ke arah Keyra.
“Gue mau izin keluar dari sini” ucap Keyra dengan nada suara ragu.
“Kenapa?” tanya Bara lagi dengan nada suara datar.
“Itu apa namanya? Anu,” ucap Keyra dengan bingung sambil mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
“Gue udah ketemu sama keluarga kandung gue dan mereka gak mengizini gue buat kerja” ucap Keyra dengan sekali tarikan nafas.
“Oh, ya udah” balas Bara sambil menganggukkan kepala paham.
“Boleh minta gaji beberapa minggu lalu?” tanya Keyra dengan nada suara sedikit santai.
“Hm” balas Bara dengan menganggukkan kepala pelan dan mulai mengambil uang yang ada
Sesampainya di rumah Keyra di sambut dengan huru-hara para pekerja di rumahnya. Keyra menatap mereka dengan raut wajah heran.“Lah? Pada kenapa?” gumang Keyra sambil menatap ke arah depannya dengan raut wajah bingung.“Maaf non, bisa bergeser sedikit?” tanya seseorang berjas dengan nada suara ramah.“Ah, iya” ucap Keyra dengan raut wajah terkejut setelah itu dia bergeser sedikit dan kembali menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah bingung.“Non Keyra, sebaiknya anda bersiap-siap. Karena sebentar lagi tamunya akan segera datang” ucap asisten ayahnya dengan nada suara ramah.“Tamu? Siapa?” tanya Keyra dengan raut wajah heran.“Nona muda belum tahu?” tanya orang tadi dengan heran.“Belum” balas Keyra sambil menggelengkan kepala pelan.“Keyra! Cepat siap-siap!” ucap Mamanya dengan heboh dari atas tangga.“Ada apa sih Mah?&
Sesampainya di dalam rumah, Mama Bima langsung membawa mereka ke meja makan.“Bima! Keyra! Ayo turun!” ucap Mama Bima dengan nada suara keras.“Ini rumah bukan hutan” ucap Rina dengan raut wajah malas.Mendengar perkataan sahabatnya Mama Bima hanya menganggap angin lalu, terbukti karena dia berjalan ke arah dapur tanpa memedulikan ucapan sang sahabat.“Betah lu sama dia?” tanya Rina dengan mata menatap ke arah sang suami sahabatnya.“Hm, suaranya bagaikan alarm manual di rumah” balasnya dengan santai dan raut wajah tenang.“Adikmu mana?” tanya sang Mama sambil menatap ke arah Bima yang baru saja menuruni anak tangga.“Mana Bima tau” balas Bima dengan tenang sambil mengangkat bahunya dengan ringan.“Keyra turun atau Mama yang ke sana?!” ucap Mamanya yang menggelegar di dalam rumah.“Ini aku turun Mah” ucap Keyra sambil mengucek
Di sinilah mereka, di ruang tamu dengan suasana sedikit berbeda.“Keyra” panggil Papanya dengan raut wajah serius.“Iya Pah?” balas Keyra dengan raut wajah heran dan bingung.“Papa ingin bicara sesuatu, Papa harap kamu dewasa dan menangkap maksud Papa” ucap Papanya dengan datar.“Kedatangan mereka ke sini bukan hanya untuk makan malam bersama tapi juga untuk hal lain” ucap Papanya dengan ragu.“Kamu tahu bukan, hubungan dua keluarga sudah baik dari dulu?” ucap Papa Keyra dengan mata tertuju ke arah Keyra. Mendengar pertanyaan dari Papanya Keyra hanya membalas dengan anggukan kecil.“Jadi kami memutuskan untuk menambah mempererat hubungan ini dengan cara menjodohkan anak-anak kami” ucap Papa Arka menimpali.“Abang mau di jodoh ‘in?” tanya Keyra dengan raut wajah bingung.“Bukan tapi kamu. Kamu akan kami jodohkan dengan Arka” uca
Pagi harinya Keyra sudah siap dengan pakaiannya, dia berniat untuk berangkat kampus pagi-pagi. Untuk kejadian semalam, Keyra tak terlalu memikirkannya. Jawabannya terlalu simpel karena dia tak mau membuang waktunya untuk memikirkan sesuatu hal yang tak penting. Dengan langkah pelan Keyra berjalan menuruni anak tangga hingga sampailah dia di lantai bawah. Dahi Keyra di buat mengerut saat menyadari kehadiran seseorang di rumahnya.‘Ngapain dia di sini?’ batin Keyra sambil menatap ke arah Arka dengan raut wajah tak percaya.“Tuh yang di tunggu udah turun” ucap Bima sambil menatap ke arah Keyra dengan raut wajah tak suka. Bima masih tak bisa terima jika adiknya di jodohkan oleh Arka secepat ini. Ingin rasanya dia marah tapi yang menjadi permasalahan dia harus marah kepada siapa?.“Ngapain lu di sini?” ucap Keyra dengan raut wajah biasa aja, senang tidak marah juga tidak.“Jemput elu” jawab Arka dengan tena
Di sinilah Keyra sekarang, di atas jok motor bersama Arka. Di sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian yang menemani. Keyra yang enggan membuka pembicaraan sedangkan Arka yang gengsi memulai pembicaraan. ‘Baru kali ini gue gak nyaman sama suasana sunyi’ batin Arka sambil menatap ke arah jalan dengan raut wajah sedikit tak nyaman. Walau begitu Arka masih bungkam dan sesekali mencuri pandang ke arah Keyra. Beberapa menit di jalan akhirnya mereka sampai di gerbang Universitas, dengan santai Arka melajukan motornya ke arah parkiran Universitas tanpa memedulikan tatapan bertanya dari beberapa mahasiswi. “Itu cewek yang bareng Arka siapa?” tanya seseorang dan membuat beberapa pasang mata menatap ke arah Keyra. “Mereka ada hubungan?” tanya yang lainnya dengan raut wajah heran dan tak percaya. “Mana gue tahu” ucap yang satu sambil mengangkat bahu tak tahu. “Gila-gila, kak Arka gandengan sama dia!” ucap yang lainnya dengan heboh.
Pulang kuliah Keyra memaksa Arka untuk pulang terlebih dahulu, dia ingin menghabiskan waktu sendirian tanpa di ganggu oleh siapa pun. Awalnya Arka menolak dan terus memaksa Keyra untuk naik ke jok motornya, hingga dia setuju setelah mendapatkan telepon dari seseorang.“Akhirnya gue bisa bebas” gumam Keyra sambil melebarkan tangannya.“Senangnya hati ini” ucapnya dengan raut wajah bahagia tak kentara.“Ayo berjelajah” ucap Keyra dengan semangat tinggi. Dengan langkah senang Keyra mulai berjalan menyusuri trotoar. Beginilah dia menghabiskan waktunya akhir-akhir ini, berjalan-jalan tak tentu arah dan terkadang pulang sampai petang karena lupa jalan.Keyra terus berjalan sambil menatap ke sekelilingnya. Tapi entah apa yang membuatnya sesenang itu, padahal pemandangan di sekitarnya hanya lalu lintas kendaraan bermesin serta gedung-gedung yang menjulang tinggi.“Gue kalau kayak gini, kayak orang baru pertam
Sesampainya Keyra di Cafe Bara, dengan langkah ringan Keyra memasuki Cafe. “Wih! Ngapain lu di sini? Katanya gak kerja lagi?” ucap Viki dengan nada cukup keras. “Suka-suka gue lah! Gak boleh kalau gue makan di sini? Lemes amat mulut lu” ucap Keyra dengan nada suara tak suka. “Mulut-mulut gue ya suka-suka gue lah” ucap Viki tak tahu malunya. “Serah lu, bicara sama orang gila cuma ngabisin waktu!” ucap Keyra sebelum berlalu pergi dari sana. Dia cukup malu menjadi bahan tontonan oleh beberapa pengunjung Cafe. ‘Dasar Viki akhlak minus!’ batin Keyra dengan geram. Tanpa Keyra sadari langkahnya membawanya ke arah ruang kerja Bara. Dengan sedikit kesal Keyra membuka pintu ruang kerja Bara. Sedangkan orang-orang yang ada di dalam ruangan mendengar suara pintu yang di buka sedikit kasar pun mengalihkan perhatiannya ke arah sumber suara. Keyra yang menyadari kebodohannya hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Di dalam ruangan Bara sud
Di Cafe suasana cukup membuatnya risih, dengan tatapan permusuhan dari Natasya dan sikap lembut dari Mama Bara. Dengan ragu Keyra berpamitan pulang dan mau tak mau Mama Bara harus mengizinkan.Sepulangnya dari Cafe Bara, Keyra mengurung diri di kamar. Entah kenapa dirinya merasa malas keluar kamar. Bahkan di dalam kamar kerjanya hanya tidur dan bermain ponsel.“Kenapa jiwa mager gue kambuhnya di waktu yang gak tepat” gumam Keyra sambil menatap ke arah langit-langit kamar.Setelah mengatakan itu Keyra mulai sibuk dengan pemikirannya sendiri. Hingga dering telfon membuyarkan pikirannya. Dengan gerakan malas Keyra mengambil ponsel yang terletak di nakas.“Halo” ucap Keyra dengan nada suara lesu dan tanpa minat.‘Halo-halo! Bagus ya lu sekarang gak ada kabar!’ Ucap orang di seberang sana dengan nyolot dan nada suara menunjukkan kekesalan. Orang yang menelefon Keyra adalah Dimas, abangnya dari Solo.“Baru a