Share

Apa Mungkin

"Apa ini? Kenapa namanya sangat familiar. Hana Wicaksana seperti nama tuan Abraham Wicaksana saja, jangan-jangan Hana ini adalah putrinya dari papi Abraham, apa iya anaknya papi. Iya sepertinya anak ini anak tiriku. Ya Tuhan semoga saja tidak pernah terjadi, semoga saja Hana bukanlah anak dari Papi Abraham," tutur Liliana di dasar hatinya, wanita itu masih terdiam dengan kebingungan yang di dia dera.

"Hey, kamu!" bentak Hana dengan suara yang begitu lantang, membuat Liliana terkejut lamunannya pecah seketika.

" I-iya Hana ...."

"Sekali lagi kamu nabrak aku seperti itu. Aku enggak akan bisa maafin kamu, lihat bajuku kotor, aku malu dilihat sama orang lain, keterlaluan," Sekali lagi Hana membentak Liliana. Liliana hanya terdiam dia masih bergelut dengan pikirannya, nama Wicaksana di belakang Hana membuat dia sungguh tidak karuan.

Apa mungkin, bisa jadi, atau mungkin, Bagaimana ini kalau sampai terjadi, apa yang akan terjadi kalau saja, mungkin saja

Seluruh pertanyaan yang berada di dalam hati Liliana membuatnya terdiam, tidak bisa berkata apapun. Ketika bahkan kini Hana sudah membentak dia di depan umum.

"Hey kamu diam seperti itu apa kamu bisu?!" Hana berteriak yang ketiga kalinya, kali ini benar-benar lantang. Lilyana hanya bisa membulatkan mata, merasa terkejut gadis secantik Hana bisa bermulut kasar seperti itu.

"Aku tidak bisu, aku normal, aku bisa berbicara hanya saja ... bukankah aku sudah meminta maaf, kenapa kamu masih marah," Liliana menjawab semua perkataan Hana, Hana terlihat marah karena Liliana menjawab dengan tegas.

"Keterlaluan kamu berani-beraninya membantahku," ucapan Hana terhenti.

Tangan Hana tiba-tiba saja mengayun mengangkat ke arah atas dan hendak menampar pipi Liliana yang putih, saat hampir saja Hana menampar pipi Liliana beruntunglah seseorang menangkis tangan Hana dengan cepat sehingga pipi mulus Liliana terselamatkan.

"Tidak perlu main tangan seperti ini, apa sebenarnya yang terjadi," ucap seorang pria tampan dengan warna kulit yang begitu cerah, pria itu menggunakan kacamata dan terlihat seperti seorang model remaja.

"Yoga."

"Yoga."

Liliana dan Hana berkata secara bersamaan, menyebutkan nama Yoga.

Benar kini di antara mereka berdua ada Yoga, seorang yang anak anggota OSIS yang sangat pintar sekelas dengan Liliana dan juga Hana. Yoga memang jarang bicara dia juga kutu buku, pria itu tidak suka hal yang berisik, tetapi dia sangat baik hati, jika orang sudah akrab dengan dia maka orang akan sangat lengket kepadanya.

Yoga adalah ketua murid di kelasnya Hana. Siapa yang tidak kenal Yoga. Yoga memang tampan sayangnya dia tidak terlalu populer, karena ada anak lain yang lebih populer melebihi Yoga, yaitu seorang kakak kelas yang sangat terkenal, seorang ketua OSIS yang menjadi rebutan seluruh siswa. Lupakan soal ketua OSIS sekarang. Karena yang dihadapi sekarang adalah Yoga.

"Yoga! Aku enggak suka ya kamu ikut campur urusanku," kata Hana kepada Yoga. Yoga melepaskan cengkraman tangannya membiarkan tangan Hana lepas.

"Tetapi aku sebagai ketua murid tidak senang melihat ada pertikaian di sini, apa lagi kamu main kekerasan hampir saja menampar Liliana," ucap Yoga memberi pengertian kepada Hana.

"Kamu tidak tahu siapa aku Yoga? Berani-beraninya kamu membantahku, aku akan melaporkan kamu sama papaku, kamu tahu tidak papa aku adalah kepala yayasan di sini, dia pun menjadi sumber kekuatan untuk sekolah ini," ungkap Hana Wicaksana dengan begitu sombongnya.

"Apa ini, sombong sekali. Mentang-mentang anak orang kaya berkata seperti itu, aku jadi ingin tahu siapa ayahnya. Apa benar Ayahnya adalah Papi Abraham. Lihat saja kalau sampai ayahmu adalah Papi Abraham maka aku akan buat perhitungan padamu, aku akan melaporkan sama Papi karena kamu sudah menindasku,"kata Liliana di dalam hatinya, sambil menatap Hana dengan tatapan yang biasa saja. Padahal dia menggerutu sangat banyak dalam hatinya.

"Kamu boleh sombong karena kamu memang anak kepala yayasan di Sekolah ini, tetapi aku adalah ketua murid yang bisa menjadi saksi jika ada kekerasan di kelas ini. Lihatlah banyak saksi selain aku. Apakah seorang kepala yayasan akan membela anaknya yang bersalah? Kita lihat nanti ya," ungkap Yoga kepada Hana dan Hana terlihat kesal dengan jawaban Yoga.

"Dasar ketua murid culun, nyebelin!" Hana berteriak penuh kekesalan, gadis itu tidak tahu harus menjawab apa lagi, dia mati kutu dengan ungkapan Yoga. Pada akhirnya kini pandangan mata Hana terfokus pada Liliana.

"Hei kamu siapa, lihat saja aku akan membuat perhitungan dengan kamu di luar sekolah, berani-beraninya menabrak badanku sampai aku terjatuh, aku tidak akan pernah memaafkanmu, apa lagi kamu sudah mempermalukan aku. Lihatlah kita sudah menjadi tontonan banyak orang, kalau aku diam saja maka aku bukan Hana Wicaksana," kata Hana dengan suara yang begitu sombong, karena nadanya benar-benar mengejek.

Menghempaskan seluruh harga diri  Liliana, tapi gadis itu hanya menanggapi dengan santai,"Baiklah, terserah kamu, yang penting aku sudah minta maaf."

"Sudah tidak ada yang harus dibahas kan, ayo Liliana masuk kelas sekarang, kita hampir terlambat." Ketua murid itu langsung menarik tangan Liliana meninggalkan Hana begitu saja, membuat Hana semakin geram.

"Aaarrhhh! Brengsek, dasar pasangan nyebelin," teriak Hana dengan penuh penekanan.

Dan kini Liliana serta Yoga sudah sampai di kelas, mereka langsung duduk di bangku masing-masing, beruntunglah guru belum sempat masuk ke dalam sehingga Liliana masih bisa menghampiri Yoga hanya sekedar berterima kasih.

"Terima kasih banyak ya Yoga. Aku tidak tahu kalau saja kamu tidak datang mungkin Hana akan lebih marah dari pada itu," ungkap Liliana kepada Yoga. Yoga mengangguk lalu sedikit merekahkan senyum dan akhirnya kini Liliana membalas senyuman Yoga. Mereka saling bertatap mata, tetapi tatapan mata mereka aneh,entah kenapa seperti ada sebuah tatapan yang luar dari biasa.

Sayangnya Hana tiba-tiba datang bersama guru matematika, sehingga Liliana dengan terpaksa harus meninggalkan meja Yoga. Mata pelajaran matematika pun dimulai, Liliana menyelesaikan semua soal dengan sangat mudah, dia memang sangat pandai. Liliana Sekolah di sana karena beasiswa, kepandaiannya memang sangat terkenal, karena itulah diam-diam ternyata yoga sudah memperhatikan Liliana.

Yoga takjub karena Liliana bisa sepintar itu, selama ini dia memang Selalu juara pertama dan Yoga Juara kedua, tetapi kenapa yoga yang menjadi ketua murid, karena Yoga adalah seorang laki-laki, sedangkan Lian adalah perempuan, karena itu yang dipilih adalah siswa laki-laki.

Dalam Pemilihan wakil ketua siswa pun Lian menolak untuk dinobatkan. Karena Liliana tidak mau hidupnya terlalu mencolok, dia menyadari dia hanya anak beasiswa, tidak seperti anak-anak lain yang Sekolah di sana dengan biaya yang sangat mahal.

Waktu pelajaran Matematika adalah waktu yang menyenangkan untuk Liliana, semua sangat mudah dan gampang. Liliana pun menjadi favorit guru matematika karena kecerdasannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status