Bola mata berwarna kecoklatan itu nampak kosong menatap kolam renang yang dalamnya sekitar 45 meter dibawah tanah.Sangat dalam kan?tentu,bahkan dasar kolam renangnya saja tak nampak,hanya ada kegelapan.
Dipinggiran ada tangga yang langsung menuntun siapa saja yang ingin turun kebawah,tapi ingat harus memakai tabung oksigen agar tak mati karena kehabisan nafas.Kolamnya berbentuk bulat,airnya?jangan ditanya karena sangat bersih.Dan di dalam tak ada ikan maupun hewan berbahaya lainnya.
Byurrrr.
Jika malaikat maut punya hak untuk mencabut nyawa siapa saja tanpa menunggu perintah Tuhannya,mungkin malaikat maut akan memilih gadis bernama Safira itu.Bahkan gadis itu tak membawa tabung oksigen maupun kacamata untuk masuk kedalam kolam renang.
Sungguh Safira sangat nekat dan ugal-ugalan.
Dengan sangat lihai Safira menyelam masuk,ia berenang layaknya seekor ikan yang memang hidupnya diperairan.Gadis itu semakin masuk kedalam,bahkan tubuhnya sudah tak terliha
Seorang anak laki-laki menatap ke sungai dengan jengah,ini sudah beberapa kalinya dia terus menunggu sesuatu muncul dari air tersebut.Rasa bosannya sudah tak bisa diajak kompromi lagi,ia bangkit dan berjalan ingin pulang ke panti asuhan.Tapi sebuah umpatan berhasil membuat langkahnya terhenti dan secara otomatis iapun berbalik.Kira-kira begini umpatannya."Bangsat"***Kalau tau begini mending aku tak terjun saja tadi.Lihat,bahkan aku tak tau ini sudah sampai di kedalaman berapa.Tolonh ku mohon setidaknya pasang lampu disini,kolam kok gelap banget.Mau naik keatas sayang banget,mau ngelanjutin takut mati kehabisan nafas.Safira dibuat dilema akan hal itu.Nafasnya kian menipis,tapi gadis kecil itu masih belum menemukan persimpangan jalannya.Bangsat,sebenarnya ini dimana sih.Lama-lama bisa mati didalam sini.Disini tak ada hiu kan?atau mungkin ikan pemakan daging?tapi kata ibu aman,aman apanya orang Safira sampai
"mau bunuh diri ya?"ucap Safira menopangkan dagunya di pembatas jembatan.Remaja yang hendak bunuh diri itupun seketika tersentak begitu gadis kecil muncul secara tiba-tiba.Matanya tak lepas sedikitpun dari gadis kecil itu.Mata coklat milik Safira menatap ke remaja yang terlihat kacau balau.Ia tak tersenyum,ia juga tak memperlihatkan rasa sedih ataupun ingin menghentikan laki-laki yang hendak bunuh diri."Surga itu tempat seperti apa ya?"Safira melontarkan pertanyaan, pertanyaan yang membuat laki-laki itu mengkerut."Memangnya kau yakin bakalan masuk surga,"sarkas laki-laki itu sembari pindah posisi dan menghadap ke arah Safira."Tidak juga,"jawab enteng Safira.Gadis itu juga tahu kalau dia tak bakalan menjajal indahnya surga, kesehariannya saja menyiksa orang kok minta yang indah-indah (surga)."Pulanglah,anak kecil sepertimu tak baik berkeliaran di malam hari begini,"tukas laki-laki itu mengusir gadis yang telah mengganggu aksinya.
Bagai tersambar petir di siang bolong,dada gadis itu terasa sesak dengan nafas yang tak beraturan.Ia baru saja lari tapi saat sampai di tempat tujuan ia justru disuguhkan dengan pemandangan yang tidak pernah ia inginkan atau harapkan.Terlalu lemas kakinya pun tak bisa menopang tubuhnya sendiri.Seluruh tubuhnya tambah bergetar begitu tangan besar nan berurat memegangi pundaknya.Ia menoleh.Daniel tersenyum manis,amat manis.Hal itu hampir membuat Safira mencakar-cakar wajah tampan ayahnya."Tidak apa-apa"Sederet kalimat yang terlontar dari mulut sialan Daniel.Safira masih mencari lebih jelas apakah yang ia lihat itu nyata atau hanya ilusinya saja.Daniel berjongkok,tangannya terulur merapikan poni anaknya.Senyuman masih tak memudar sedikitpun."Ayah,"seru Safira mendapat deheman dari ayahnya."Apa yang kau lakukan pada wanita itu?"jari telunjuk Safira menunjuk kearah wanita yang tengah dicabik-cabik oleh dua singa.Itu singa jantan dan betina,
"sudah selesai."Akhirnya tukang tatto yang menggambar di punggung Leo,Martin dan juga Safira bisa bernafas lega.Tukang tatto yang wajahnya sudah bonyok itu membutuhkan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Samudra(tukang tatto)merasa kalau dirinya harus pensiun dari pekerjaannya.Pertemuannya dengan tiga anak itu terasa begitu mencekam.Samudra memang tadi sempat menolak untuk menggambar tatto di punggung anak-anak itu,tapi Leo dan Martin malah menghajarnya,ya mau tidak mau Samudra harus menuruti keinginan mereka bertiga atau nyawanya yang menjadi taruhan.Gambar tatto yang ketiganya inginkan juga sama,yaitu bunga Edelweiss.Alasanya sendiri mengapa mereka memilih bunga itu untuk menghiasi punggung mereka karena bunga Edelweiss melambangkan keberanian dan pengabdian.Bunga itu juga tumbuh di pegunungan sehingga butuh keberanian dan kekuatan untuk melihatnya,sama halnya dengan orang-orang yang ingin bertemu geng mereka yang akan dibentuk tak lama lagi,ha
Semuanya sudah siap.Dari Safira,Leo,Martin dan juga Nando mereka sudah mengenakan jaket hitam yang bergambar bunga Edelweiss dengan tulisan GIGATAS.Tujuan mereka sekarang adalah pergi ke pelabuhan yang sudah lama terbengkalai.Tadi siang saat Martin dan Leo pergi ke pelabuhan itu keduanya diusir karena usia yang masih dibawah umur.Pelabuhan itu adalah tempat transaksi senjata api maupun pedang.Dan keduanya datang kesana karena diberitahu oleh Safira kalau disana itu bisa membeli senjata-senjata yang mereka inginkan.Safira mengetahui itu juga dari ibunya yang tak sengaja menguping pembicaraan Daniel.Mereka membawa senjata,diantaranya adalah tongkat baseball,pisau,dan gunting.Jika nanti tidak dijual ke mereka dengan cara baik-baik maka mereka akan memaksa dengan cara yang buruk.Bisa dikatakan kalau mereka memaksa."Jadi gimana nih kita pakai apa untuk kesananya?"tanya Nando yang hanya melihat motor dan sepeda ontel di bagasi.Safira menggaruk-garuk kepalan
Safira bernafas lega.Akhirnya wanita yang ia incar sudah terbaring lemah dengan kepala yang terputus dari tubuhnya.Ia menyibakkan jaket yang terdapat cipratan darah.Tangannya dengan perlahan mulai merogoh-rogoh kedalam tas korban.Benda yang ia cari pun langsung ketemu.Saat membuka ponselnya ternyata ada sandi yang harus ia pecahkan,tapi ia tak khawatir karena di ponsel itu ada sidik jarinya juga.Perlahan tapi pasti,ia mulai mengambil tangan wanita itu agar lebih cepat pekerjaannya kelar.Dibalik masker ia tersenyum begitu sandinya terbuka.Tangannya memencet tombol SMS.Dan iapun mencari nama yang hendak ia kirimin pesan.Kira-kira beginilah isi pesan yang dikirim oleh Safira.[Ku mohon tolong aku.Ada seseorang yang mengajarkanku,aku tidak tau jelas siapa dia.Tapi dia begitu menyeramkan][Ku mohon dia semakin mendekat][Dia memegang pisau dapur][Hei kumohon cepatlah kemari]Tak berselang lama,kontak yang ia kiri
"siapa kalian?"tanya seorang pria yang melihat ada beberapa orang masuk kedalam tempatnya.Ini bukanlah pelanggan biasanya,cukup asinglah untuknya.Apakah penyusup?Tidak mereka hanya beberapa anak yang memiliki tujuan yang sama,yaitu mendirikan geng terbesar dan terkuat yang pernah ada.Ketiganya sama-sama menutupi wajahnya dengan tudung jaket serta masker,jika tidak pasti orang itu akan mengetahui siapa mereka.Leo memegang tongkat baseball,Martin memegang pisau,Nando memegang gunting ditangannya.Lalu Safira dimana?apakah dia tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut?"Ada apa?"tanya pria yang baru datang,ia beralih menatap ketiga orang yang berdiri tak jauh darinya."Penyusup ya?sayang sekali kalian akan mati disini"ujarnya sembari menodongkan senjata api kearah tengah yang dimana itu adalah Leo.Apakah ketiganya ketar-ketir?oh tentu tidak.Jleb.Dengan sigap Safira menusuk pria itu dengan pedangnya.Dia datang dari pintu belaka
Dengan penuh kebosanan Safira terus-menerus menatap kearah depan.Lebih tepatnya menatap ke taman yang ditanami oleh mawar hitam.Bosan sekali,karena yang ditanam oleh ayahnya hanya mawar hitam.Ingin sekali ia mengecat bunga-bunga itu,mungkin warna putih?Suara kegaduhan berhasil membuatnya terusik.Ia berjalan masuk kedalam mansion.Kakinya mencari-cari dimana suara kegaduhan itu berasal.Suara itu terdengar seperti teriakan dan tangisan.Setelah sampai dimana suara itu berasal,iapun menyibakkan beberapa maid yang menghalangi pandangannya.Disana sudah ada ayahnya yang sedang memukuli habis seorang maid dan penjaga mansion.Ia menganalisa raut wajah beberapa maid,ada yang sedih,ada yang takut,ada yang menangis,ada juga yang memilih menahan muntah."Kesalahan apa yang mereka lakukan?"gumam kecil Safira.Ia masih mematung,ia juga tak ada niatan untuk menghentikan aksi gila ayahnya.Sekertaris Jo yang sejak tadi diam dan hanya melihat tuannya, akhirnya memb