Share

4. Pelajaran Sejarah

Awali pagimu dengan sarapan.

Karna harapan juga butuh energi.

Seperti halnya Diva yang saat ini tengah melakukan sarapan bersama orang tuanya.

Abang Diva sedang berada di negara Paman Sam untuk melanjutkan studinya.

"Ma, Pa, Diva berangkat dulu ya," pamit Diva setelah menyelesaikan sarapannya.

"Kamu di antar supir?" tanya Afnan sambil menatap wajah putri satu-satunya.

"Iya, Pa," jawab Diva.

"Yaudah Diva berangkat Ma, Pa," ucap Diva dengan mencium tangan kedua orang tuanya.

"Hati-hati ya, Sayang," pesan Githa.

"IYA, MA."

**

Sesampainya di sekolah Diva menjadi pusat perhatian.

Banyak yang terang-terangan menatap dirinya.

Apalagi semenjak kejadian di kantin.

"DIVAAA!"

Mendengar ada yang memanggil dirinya Diva mencari sumber suara.

Ternyata disana ketiga sahabatnya berlari menuju ke arah dirinya

"Hosh.. hosh.. hoshh.."

"Gila lo jalannya cepet banget," ucap Mira setelah nafasnya kembali normal.

"Emang kalian manggil gue?" tanya Diva dengan raut polosnya.

Ketiga sahabatnya semakin geram melihat raut polos Diva.

"Iya Diva cantik, tadi kita teriak-teriak buat manggil elo," jelas Tika mencoba sabar.

"Oh," jawab Diva dan langsung melenggang pergi.

"Gila."

"Edan."

"Astaghfirullah."

Umpat ketiganya kesal melihat Diva yang pergi meninggalkan mereka.

Dengan perasaan dongkol mereka pun menyusul Diva.

**

Di kediaman keluarga Bagaskara saat ini sedang ribut.

Siapa lagi kalau bukan keluarga Adit.

"Bunda huaaa Abang jahat!" pekik gadis kecil berumur 5 tahun.

Dia merupakan adik Adit yang bernama Bianca Loren Bagaskara, biasa dipanggil Aca.

Jika di rumah Adit itu jail banget walaupun selalu menampilkan wajah datarnya.

"Adit, jangan jailin adek terus dong," ucap Desi bunda Adit.

Dirinya pusing mendengar teriakan dari anak bungsunya karena di goda oleh Adit.

Padahal ini masih pagi, dan mereka sudah bikin keributan. Huft bisa darah tinggi dia, begitu pikirnya.

"Aca gak bisa ngomong r," ujar Adit tanpa mendengarkan omelan bundanya.

"ACA BISA KOK NGOMONG L!" Teriak aca kesal.

Melihat mata aca berkaca-kaca Adit segera melenggang pergi setelah mengejek dengan menjurkan lidahnya.

Sesampainya di meja makan Adit mencomot roti bakar selai nanas kesukaannya.

"Enggak mau sarapan nasi aja, Bang?" tanya Desi saat melihat Adit makan roti tawar.

"Udah telat Bun," jawab Adit singkat.

"Ayah kenapa lihatin Adit?" tanya Adit menaikkan sebelah alisnya kala mendapati sang ayah menatap dirinya intens.

"Kamu kapan punya pacar bang?" Bukannya menjawab Aryo ayah Adit justru balik bertanya.

Mendengar pertanyaan sang ayah Adit mengeluarkan smirk andalannya.

Desi dan Aryo yang melihat dibuat bergidik ngeri.

"Kamu kenapa?" tanya Desi heran.

"Udah punya," jawab Adit singkat.

"Woahh ajak main kesini dong, Bang." Bunda begitu antusias kala mendengar putra sulungnya sudah memiliki pacar.

"Hm, Adit berangkat," jawab sekaligus pamit Adit kepada orang tuanya.

"HATI-HATI, BANG!" teriak Desi karena Adit sudah sampai di pintu.

Selama perjalanan Adit melajukan kendaraannya dengan kecepatan rata-rata.

Ciitt..

Bunyi decitan dari ban motor yang dikendarai Adit sukses membuat orang sekitarnya heboh.

"Woahh keren banget."

"Gila sih Adit cool banget cuy."

"Andai Adit belum punya pacar."

"Aaaa mama ini mantumu."

Karena risih Adit menatap tajam mereka yang berhasil membuat semuanya diam.

Mereka takut jika Adit mengeluarkan tatapan mautnya.

**

Di kelas ipa 1 sedang pelajaran sejarah.

Banyak murid yang mengantuk bahkan ada juga yang bermain game di ponsel.

Seperti Tika saat ini yang sedang bermain game berdandan di ponselnya. Jika yang lain sibuk dengan dunianya sendiri, beda lagi dengan Diva yang justru mengamati penjelasan guru dengan saksama.

"Ada yang bisa jelaskan sejarah berdirinya menara eiffel?" tanya Bu Sukarti dengan memandang satu persatu anak didiknya.

Melihat tidak ada yang menjawab Diva berinisiatif untuk menjelaskan.

"Saya, Bu," ucap Diva mengacungkan tangannya.

Semua murid yang tadinya mengantuk langsung menoleh serempak kearah Diva begitu pun para sahabatnya.

"Yasudah ayo maju, Diva," jawab Bu Sukarti dengan tersenyum ramah.

"31 Maret 1889 atau 126 tahun lalu, sebuah menara kokoh yang menjadi landmark kota Paris dibuka untuk yang pertama kali. Menara Eiffel rampung dibangun dan siap dinikmati oleh masyarakat setempat. Menara Eiffel awalnya dibangun sebagai salah satu peserta pameran mahakarya dunia l'Exposition Universelle di Paris yang digelar bertepatan dengan 100 tahun Revolusi Prancis," jelas diva.

"Bangunan ini dibangun selama dua tahun dari tahun 1887 hingga 1889, oleh seorang arsitek bernama Gustave Alexandre Eiffel. Meski bangunan ini sejatinya bukan lah hasil rancangannya, melainkan dua anak buahnya. Maurice Koechlin dan Emile Nouguier. Arsitek Charles Leon Stephen Sauvestre juga turut andil dalam pembangunan Eiffel. Menara ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama pada ketinggian 57 meter, lantai kedua 115 meter, dan lantai ketiga 276 meter. Tinggi menara ini 312,27 meter, ditambah tinggi antena menjadi 324 meter.

Hingga tahun 1930, Eiffel yang dibangun dari besi seberat 15 ribu ton ditetapkan sebagai menara tertinggi di dunia," sambung Diva.

Semua yang ada di kelas menatap kagum pada Diva.

"Meski terlihat kokoh, menara ini sebenarnya masih bisa sedikit digoyahkan ketika hari sedang berangin. Bahkan pada tahun 1999, angin ribut telah menyebabkan menara bergerak 13 cm dari kedudukan asalnya. Malah pernah terjadi akibat Matahari Eiffel sedikit condong hingga 18 cm. Selain itu, ada banyak kisah di balik eksistensi menara ini. Mulai dari penolakan warga setempat lantaran dianggap berbahaya ketika suatu saat roboh. Setelah dibangun, menara ini seharusnya dibongkar 20 tahun kemudian. Akan tetapi, pada akhirnya penduduk justru berbalik sikap menjadi setuju lantaran mahakarya ini membawa keuntungan imej Kota Paris," lanjut Diva panjang lebar.

Prok..prok prok..

"Kamu hebat," puji Bu Sukarti yang hanya di balas senyum manis oleh Diva.

"Kamu tau dari mana sejarah Eiffel yang sangat terperinci itu?" tanya Bu Sukarti penasaran.

Begitu juga murid di kelas.

Bagaimana bisa Diva menjelaskan dengan rinci tanpa membaca buku? Begitulah pemikiran mereka.

"Di sekolah lama saya ini pelajaran kelas 10, Bu," jawab diva sopan.

Decakan kagum mereka tunjukan untuk Diva. Mereka sangat kagum dengan kepintaran Diva, walaupun ini merupakan pelajaran kelas 10 di sekolah lamanya tapi Diva tidak melupakannya.

"Ibu bangga sama, Diva," ucap Bu Sukarti menatap penuh kagum akan sosok Diva.

"Terima kasih, Bu," jawab Diva seadanya.

"Yasudah silahkan duduk, karna sudah waktunya istirahat," ujar Bu Sukarti seraya membereskan perlengkapan mengajarnya.

Sesampainya di meja Diva dibrondong oleh ocehan para sahabatnya.

Bahkan Mira yang biasanya cuek, kini ikut heboh.

"Gila lo hebat banget sih," ucap Nisa heboh. Hilang sudah image Nisa yang kalem.

"Iya ih, itu otak apa g****e?" tanya Mira dengan tampang cengonya.

"Woahh gue punya sahabat cerdas," pekik Tika bertepuk tangan dengan hebohnya.

"Kalian diem dulu dong!" Perintah Diva yang merasakan kepalanya berdenyut akibat ocehan para sahabatnya.

Melihat Diva memijat pangkal hidunya mereka seketika langsung diam.

Bisa gawat kalau Diva marah.

"Ayo ke kantin," ajak Diva seraya berjalan keluar kelas yang diikuti ketiga sahabatnya.

Selama perjalanan menuju kantin tidak ada yang buka suara.

"Oke, sekarang kalian mau tanya apa?" tanya Diva setelah duduk di meja kantin dengan menatap satu persatu sahabatnya.

"Lo kok bisa pinter?" tanya Tika dengan tampang polosnya.

"Karena belajar," jawanya singkat.

"Udah enggak ada yang mau tanya?" tanya Diva ketika melihat sahabatnya diam.

"Enggak hehehe," jawab mereka serempak dengan menunjukan cengiran.

"Gue pesenin makanan ya?" tanya Mira bangkit dari duduknya yang di jawab anggukan oleh ketiganya.

Hening menyapa meja Diva dkk hingga

"Kita duduk disini ya?" tanya seseorang, yang ternyata Daniel.

Tanpa menunggu jawaban dari Diva dkk Adit langsung duduk di sebelah Diva.

Jadi, posisi duduknya tuh Adit - Diva - Nisa - Daniel

Bara - Tika - Mira - Revan.

"Makanan datang," ujar Mira dan Revan kompak.

"Terima kasih," jawab mereka serempak, lalu mereka mulai menyantap makanan masing-masing.

Saat sedang asiknya menikmati makan, tiba-tiba

BRAK

"Eh anjir."

"Ayam lompat."

"Badak terbang."

"Astaghfirullah."

Pekik kompak mereka kaget, kecuali Diva dan Adit yang cuma terlonjak sebentar.

"HEH NGAPAIN LO DUDUK SAMA PACAR GUE!" teriak seorang gadis yang bernama Angel.

Diva yang melihat cara berpakaian Angel pun bergidik ngeri. Bagaimana tidak baju yang kekecilan, rok span setengah paha, bedak tebal, dan lipstik merah menyala. Menurut Diva ini bukan seperti pelajar tapi tante-tante kondangan.

"Ngapain lo ngeliatin gue?" tanya Angel kala mendapati Diva nenatap dirinya intens.

"Enggak papa kok," jawab Diva tenang.

"Lo enggak tau siapa gue?" tanya Angel geram melihat jawaban enteng Diva.

"Lo manusia kan?" tanya Tika polos.

"Eh bukan, dia tante-tante," sambung Mira yang membuat seisi kantin tertawa.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamah Tyo
gk seklian bilng badut hhaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status