Share

Permintaan Aneh

Author: Dian Apriria
last update Last Updated: 2022-11-26 11:19:58

Beberapa saat berlalu dalam hening. Adriana kehilangan kata-kata untuk merespon permintaan absurd itu.

Bagaimana mungkin dia bisa diminta berpura-pura jadi kekasih pria amnesia ini? Pikirannya sungguh tak sampai untuk menelaah permintaan aneh tersebut.

"Nona bersedia, kan?" ulang Nyonya Wanda beberapa saat kemudian setelah Adriana tak juga membuka mulutnya untuk menjawab pintanya.

"Tap--tapi, maksudnya saya bisa bantu bagaimana, ya? Mana mungkin saya berpura-pura jadi kekasihnya sementara dia seharusnya dipertemukan dengan yang asli agar bisa sembuh total, bukan?" tanya Adriana belum paham.

Nyonya Wanda tampak menarik napas panjang, mengumpulkan segala kekuatan untuk mengungkap masalah yang sebenarnya.

"Sebenarnya urusan ini sangat rumit, Adriana. Saya jelas taka akan sudi mempertemukan Dante lagi dengan Zoya yang asli. Dia itu ... ah, yang penting ada sesuatu yang membuat kami tak mungkin meminta Zoya kembali. Lagipula gadis itu hilang entah ke mana."

"Hilang?" Spontan Adriana memeliakkan mata mendengar kabar tersebut.

"Ya, dia dikonfirmasi telah naik pesawat dari Aussie, tetapi tidak ada kemunculannya di bandara kedatangan sama sekali. Entah ke mana perginya gadis itu!" jawab Nyonya Wanda dengan nada menggerutu.

"Astaga! Kasihan TuanDante kalau sampai tidak bertemu kekasihnya, maka ...," keluh Adriana, iba dengan apa yang telah dialami pria dengan tampang cukup tampan yang masih tak sadarkan diri itu.

"Sebentar lagi saat Dante bangun, kita lihat apakah dia akan bereaksi terhadapmu, Adriana. Dan setelah itu, baru kita akan cari tahu apa benar menurutnya ada sesuatu dalam dirimu yang mengingatkannya pada si Zoya itu. Kalau kilihat-lihat memang sedikit ada kemiripan, tapi ah, mungkin dari dandanan dan gaya pakaian kalian yang sangat berbeda sehingga saya dan Dokter tadi tak menyadarinya."

"S-saya? Mirip dengan Zoya?" Adriana mengulangi pernyataan Nyonya Wanda yang terdengar tak masuk akal di telinga. Berharap ia salah dengar, tetapi wanita kaya nan berkelas itu menganggukkan kepalanya dengan pasti sembari memusatkan perhatian kepada Adriana.

"Dan saya mohon, bila Dante nanti ternyata benar bereaksi terhadapmu, saya ingin kamu membantu saya dengan berpura-pura jadi Zoya ...," ucap Nyonya Winda kemudian.

Adriana mencoba mencerna perkataan itu. Ini benar-benar terdengar aneh, tapi, bila benar itu bisa membantu pria pingsan ini untuk sembuh, mungkin ia harus bersedia. Setidaknya, sebagai bentuk pertolongan terhadap sesama. Apalagi tadi Nyonya Wanda menawarinya gaji berapa pun. Wah, itu bisa sekaligus menyelamatkan hidupnya. Ia berpikir cepat.

Akhirnya, dengan ragu-ragu ia menjawab,

"Baik, Nyonya. Mari kita lihat apakah benar wajah saya mirip dia--eh, maksud saya Zoya."

Dalam hati, Adriana berharap itu hanya kekeliruan saja. Siapa tahu dirinya tidak ada mirip-miripnya sama sekali dengan Zoya, kan? Mana mungkin bisa terjadi kebetulan seperti ini? Dia menolong seorang pria pingsan yang sedang amnesia sebab kekasihnya hilang, dan ternyata wajahnya mirip dengan wajah kekasihnya yang hilang itu? Sungguh kebetulan yang terlalu fantastis, pikirnya setengah tak percaya.

Beberapa saat setelah obrolan mereka berlanjut sampai di bagian pekerjaan yang dicari Adriana, terlihat pergerakan dari atas sofa lebar tempat pria itu terbaring. Tampaknya ia akan segera sadar.

Segera saja Nyonya Wanda menghampiri Pak Dante.

"Sayang, Dante ..., Nak?" panggil wanita itu lembut di dekat wajah putranya.

Adriana ikut berjalan mendekat dengan ragu-ragu. Berdiri di sebelah Nyonya Wanda dan mengawasi kala mata pria itu mengerjap-ngerjap sebentar lalu membuka perlahan. ia langsung terpana melihat iris mata coklat milik pria itu. Bulu matanya juga tebal panjang dan lentik, seperti bulu mata wanita yang sudah diapakaikan maskara saja, batinnya iri. Teringat dengan bulu matanya sendiri yang jarang dan pendek-pendek dan tak bisa seindah itu meski sudah berbagai jenis maskara ia coba aplikasikan.

"Mama ...," ucap lemah si pria yang langsung menyeret kembali Adriana dari lamunannya barusan.

"Oh, syukurlah, Dante. Kamu sudah sadar, Nak." Nyonya Wanda mengembuskan napas panjang penuh kelegaan. Ia lalu duduk di sebelah putranya dan membimbingnya bangkit untuk duduk dan meminum susu hangat buatan asistennya tadi.

"Gimana perasaan kamu?" tanya beliau setelah Dante selesai meneguk sedikit susu hangatnya.

Tapi tampaknya pria itu telah mengabaikan sang mama. Mendadak, ia mengalihkan pandangannya kepada sosok lain dalam ruangan itu. Sosok yang tak biasanya ada di sana. Adriana. Mata keduanya bersitatap tanpa Adriana bisa memalingkan pandangannya. Iris coklat itu seolah menarik dirinya untuk fokus.

"Zoya! Kamu di sini?" seru Dante tiba-tiba. Spontan ia berdiri dari duduknya dan sedikit sempoyongan menghampiri Adriana lalu langsung saja memeluknya tanpa banyak bicara.

Adriana tersentak kaget. Ia begitu terkejut hingga lama merespon apa yang telah terjadi dengan begitu cepatnya.

"Eh, anu--aku--" Adriana hendak menjelaskan bahwa dirinya bukanlah Zoya seperti yang dikira Dante.

Namun, tatapan memohon dengan menangkupkan kedua telapak tangan dari Nyonya Wanda membuat ia mengurungkan niat. Ya, ia tak tega menolak permohonan dari seorang ibu yang menginginkan kesembuhan putranya.

Maka ia pun menghela napas panjang lalu mencoba mengikuti permainan yang ada. Ia tak dapat membalas pelukan Dante tentu saja. Yang dilakukannya adalah berkata halus kepada pria itu,

"Iya, Dante. A-aku di sini. Kita duduk aja, yuk. Mama kamu khawatir sekali dengan kesehatanmu."

Tanpa sadar, Adriana bisa memerankan peranannya dengan lumayan bagus. Astaga! Ia sampai heran sendiri dengan dirinya. Padahal tanpa persiapan sama sekali. Tapi, feelingnya mengatakan ini akan jauh lebih rumit dari yang diperkirakan.

Tampak Nyonya Wanda lumayan lega dan senang dengan progress yang ditunjukan sang putra. Dante menuruti Adriana. Ia duduk kembali di sofa, hanya saja, ia juga menggamit lengan Adriana untuk ikut duduk dekat sekali di sebelahnya. OMG, Adriana hampir berteriak saking nervousnya. Berdekatan seintens ini dengan pria baru kali ini dirasakannya. Apalagi Dante adalah orang yang belum dikenalnya sama sekali. Astaga!

"Eh, a-aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Adriana akhirnya. Ia memaksa bangkit, melepas genggaman jemari Dante di lengannya dan beranjak ke arah pintu pojok ruangan yang ia tebak sebagai toilet.

Wajahnya memerah dan terasa panas saking tegang sekaligus malu. Harus bagaimana bersikap di depan Dante? Apa ia harus benar-benar totalitas menyamar sebagai sang pacar? Harus bersikap benar-benar dekat selayaknya pacar? Astaga! Mana bisa! Adriana bahkan belum pernah berpacaran sebelumnya. Kini malah harus pacaran dengan pria yang menyangkanya sebagai kekasihnya yang hilang.

"Adriana! Mama mau masuk sebentar, kamu butuh bantuan membetulkan bajumu, kan?" seru Nyonya Wanda di luar pintu toilet.

Ah, nyonya itu pasti akan memberinya instruksi lagi harus bagaimana bersikap setelah ini. Gegas ia membukakan pintu untuk wanita itu.

"Nyonya, bagaimana ini? Saya harus apa? Saya gugup kalau bersikap seperti selayaknya pacar untuk Tuan Dante," ucap Adriana berterus terang.

"Lakukan sebaik yang kamu bisa, Adriana. Sungguh saya minta tolong. Saya akan bayar berapa pun."

"Anggap saja pencarian pekerjaanmu telah usai. Ini pekerjaan yang bagus, bukan? Gajinya bisa kamu tulis sendiri di cek kosong yang akan saya beri nanti. Saya harap kamu mau bekerja sama dengan saya."

"Bantu saya menyembuhkan Dante. Hanya sampai dia sembuh total saja. Setelah itu saya akan pastikan juga kamu bisa dapatkan pekerjaan yang pantas di perusahaan ini." Nyonya Wanda mencerocos mengajukan penawarannya.

Sementara Adriana terbelalak, belum sanggup mencerna kalimat berupa rencana menarik sekaligus berbahaya sekali yang ditawarkan oleh sang nyonya.

***

Dian Apriria

Awwww ... udah dimesra-mesrain aja ama si Tuan Dante. Bahaya nih!

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 115. Happy Ending

    Adriana dan Dante akhirnya bersatu. Mereka mengakui perasaan masing-masing hari itu juga dengan cara yang begitu lucu."Jadi, apa benar yang dikatakan Neil barusan?" Dante mengkonfirmasi kepada Adriana.Tentu ia juga ingin mendengar cerita versi dari gadis itu sendiri, kan. Bukan hanya dari versi Neil."Tentang yang mana?" Adriana malah balik bertanya karena ia sungguh tak paham arah pembicaraan Dante barusan. Apa maksudnya mengira Neil main-main atau bagaimana."Tentang yang dia bilang bahwa kamu ... mencintaiku, dan bukannya Neil," ucap Dante memperjelas maksud perkataannya. Hal mana tentu saja sukses menerbitkan rona memerah di pipi gadis cantik itu."Mana kutahu! Tanya saja sama yang bilang!" Adriana memasang wajah cemberut. Dan ia jadi baru ingat kalau orangtuanya masih tertinggal di gedung tadi."Astaga! Aku harus menjemput orangtuaku!" ucap Adriana memekik."Apa? Di mana?" Dante bertanya terkejut dengan perubahan topik yang sedrastis itu."Di gedung tadi," jawab Adriana menampak

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 114. Kukembalikan Jodohmu

    Usai mengatakan hal itu, Neil turun dari panggung dan beranjak pergi. Ia sesak rasanya di sana. Tapi keputusan itu sudah hal yang paling benar. Memang ia telah mempermalukan keluarganya sendiri saat itu, tapi demi kebenaran, semua itu harus dilakukannya. Ya, dari awal kesalahannya lah terlalu memaksakan cinta sepihaknya terhadap Adriana.Adriana terkejut mendengar perkataan Neil yang membatalkan pertunangannya secara sepihak. Adriana sendiri bingung ia harus senang atau sedih, karena sebenarnya ia tidak mencintai Neil.Tidak hanya Adrina yang terkejut, para tamu pun terkejut mendengar pernyataan dari Neil yang membatalkan acara pertunangannya itu.Karena sebelumnya Neil terlihat sangat antusias dengan acara pertunangannya dengan Adriana. Dan mereka kurang mempercayainya jika Neil sendirilah yang membatalkan acara pertunangan itu.Para tamu langsung berbisik-bisik mengenai batalnya acara pertunangan mereka. Sedangkan Neil tidak peduli dengan semua omongan para tamu itu, Neil hanya memi

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 113. Dibatalkan?

    Bahkan saat sang ayah mengaku mau berbicara dengan Neil mengenai keberatan mereka atas pertunangan itu pun, Adriana menolak dengan tegas."Jangan, Pak. Kasihan Neil dan keluarganya kalau sampai semua persiapan besar ini sampai gagal." Adriana berkata tegas."Tapi, Nak. Nanti kamu yang akan menderita kalau sampai menikah bukan atas dasar cinta. Ini pernikahan sakral loh. Jangan dibuat mainan." Sang ayah berpesan dengan tatapan sangat khawatir terhadap nasib yang akan menyambut sang putri di depan.Adriana menghela napas panjang. Ia bahkan sudah tak ingin membantah takdir. Ia pasrah menerima semuanya. Bagaimanapun, Neil sudah sangat berjasa terhadapnya hingga ia tak mungkin rela menyakiti atau membuat kecewa pria baik itu."Tak apa, Pak, Bu. Adriana yakin, cinta bisa datang karena terbiasa. Yang penting Neil itu baik kok. Adriana yakin kelak akan bisa bahagia bersamanya."Sambil berkata begitu, Adriana bangkit dari tempat duduknya dan pamit untuk masuk ke dalam kamar untuk tidur. Jam su

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 112. Keraguan Ibunda

    Dan diantara orang yang sangat mengkhawatirkan Dante adalah Nyonya Wanda, karena semenjak Neil yang memberitahu mereka jika Adriana menerima lamarannya, Dante langsung terlihat sangat kacau bahkan jarang sekali makan.Seperti saat ini Dante tidak kunjung turun dari kamarnya padahal jam dinding sudah menunjukkan jam makan malam.Nyonya Wanda yang merasa sangat khawatir terhadapnya langsung pergi ke kamar Dante. Setelah sampai di depan kamar Dante, Nyonya Wanda langsung mengetuk pintu kamar Dante."Dante!" panggil Nyonya Wanda.Tapi Dante tidak kunjung menjawab panggilan dari nyonya Wanda. "Dante. Ayo makan, kamu udah beberapa hari ini gak makan dengan teratur."Dante sebenarnya malas, tapi karena ia tidak mau membuat ibunya khawatir, jadi Dante pun berniat untuk turun malam ini."Iya, Ma. Nanti Dante nyusul.""Mama gak mau turun kalau kamu nggak keluar," jawab Nyonya Wanda.Dante pun menghela nafas panjang lalu beranjak dari tempatnya. Ketika Dante pergi, tiba-tiba ponselnya bergetar d

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 111. Tak Terima Tapi Tak Bisa Berbuat Apa-Apa

    Sudah hampir satu jam tapi Adriana belum menemukan gaun yang cocok untuknya, tapi tiba-tiba Neil langsung merekomendasikan gaun yang dia sukai."Bagaimana dengan ini? Kamu suka?" tanya Neil sambil menunjukan gambar gaun yang ada di majalah.Adriana sangat menyukai gaun yang ditunjukkan oleh Neil itu, tapi ia merasa gaun itu tidak cocok untuknya karena gaun itu terlihat sangat mahal."Kayaknya nggak bakal cocok deh sama aku," jawab Adriana."Kan belum dicobain udah gih kamu cobain dulu," ujar Neil.Neil pun memanggil pegawai butik itu lalu menyuruh pegawai itu untuk memberikan gaun yang nilai sukai kepada Adriana. Adriana yang memang tidak bisa menolak akhirnya mencoba gaun itu. Dan ternyata gaun itu sangat cocok tidak perlu dikecilkan atau pun diperbesar.Pada akhirnya mereka menjatuhkan pilihan gaun pertunangan itu kepada gaun yang baru saja Adriana coba. Setelah membayar semuanya Neil dan Adriana pun pergi dari sana.Lalu Neil kembali membawa Adriana ke toko perhiasan, Neil dan Adri

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 110. Yang Diistimewakan

    Saat Adriana baru saja masuk ke dalam kantor, ternyata berita tentang mail yang mengajak serius kepada Adriana sudah tersebar luas ke semua karyawan, dan entah siapa yang menyebarkannya, karena Adriana dan Neil tidak merasa memberitahukan hubungan mereka kepada orang lain, termasuk Yanti sekali pun.Beberapa karyawan langsung merasa iri kepada Adriana, tapi beberapa karyawan lainnya juga merasa Adriana dan Neil cocok, termasuk Yanti yang sangat men-support hubungan Neil dan Adriana.Berbeda dengan Neil yang sangat merasa senang karena sebentar lagi dirinya dan Adriana akan melakukan acara tunangan, justru Adriana tidak merasa senang, Adriana malah memikirkan Dante yang sepertinya sedang mencoba menjauhinya.Karena biasanya Dante selalu datang ke kosannya atau ke kampusnya kini Dante tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi.Bahkan terakhir kali Adriana bertemu dengan Dante adalah pada saat dirinya akan pulang dari rumah sakit, dan kebetulan Dante akan menjemput Nyonya Wanda.Saa

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 109. Shock

    Dante dan juga nyonya Wanda langsung melihat ke arah Adriana dan Neil mereka menatap Adriana dan Neil secara bergantian. Dante juga menatap Adriana dan berharap apa yang dikatakan oleh Neil adalah kebohongan."Benarkah?" tanya Dante. Tak terkira shock dalam hatinya meski ia berusaha untuk tak menampakkanya sama sekali.Adriana langsung menganggukkan kepalanya, dan Neil langsung tersenyum lebar sambil merangkul Adriana dengan lembut.Danti yang merasa gengsi langsung mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah mereka berdua."Selamat, selamat untuk kalian berdua," ujar Dante."Selamat," ucap Nyonya Wanda juga.Nyonya Wanda melirik ke arah putranya itu, nyonya Wanda tahu jika Dante pasti merasakan sakit hati. Tapi di depan mereka berdua Nyonya Wanda terlihat ikut bahagia atas diterimanya lamaran Neil.Tiba-tiba Dante berpura-pura mengangkat telepon. "Iya? Sekarang? Baiklah aku akan pergi," ucap Dante.Setelah mengatakan hal itu Dante kembali pura-pura menutup sambungan telep

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 108. Lamaran Diterima?

    Tapi sebisa mungkin Nyonya Wanda menepis pikirannya itu, ia harap Neil tidak benar-benar menyukai Adriana. Karena nyonya Wanda ingin Dante dan Adriana bersama.Karena merasa tidak nyaman melihat Adriana dan juga Neil, Nyonya Wanda pun memilih ke luar dari ruangan Adriana untuk pergi ke kantin saja.Sedangkan Neil yang melihat Adriana lebih baik justru berpikir ingin melamar Adriana, tapi pikirannya langsung menolaknya. Tapi di sisi lain Neil merasa ini kesempatannya siapa tahu sekarang Adriana menerima lamarannya itu.Neil menghela nafas panjang, lalu memegang tangan Adriana dengan lembut. Adriana yang tangannya dipegang oleh Neil merasa dadanya berdegup kencang."Adriana, aku gak tahu ini waktu yang tepat atau bukan, tapi aku cuman mau bilang ke kamu, kalau aku mencintai kamu. Aku ingin melamar kamu jadi mau gak kamu menikah denganku?" tanya Neil.Adriana merasa sangat terkejut dengan pernyataan dari Neil barusan. Adriana tidak menyangka jika Neil akan melamarnya di sini di rumah sak

  • ADRIANA, Kekasih Palsu   Bab 107. Sadar

    "Kemarin Tante panik banget, Tante takut terjadi apa-apa sama kamu, apalagi Dante bilang kamu di tusuk Zoya," ujar Nyonya Wanda sambil memberikan sepotong buah apel yang sudah ia kupas."Makasih Tante.""Terus pas udah sampe rumah sakit, dokter bilang kamu kekurangan darah, Tante, Dante sama Neil makin panik tuh. Kami kan gak tau golongan darah kami jadi kami bertiga di cek dulu, dan ternyata golongan darah Neil yang cocok," ujar Nyonya Wanda.Adriana yang sedang memakan buah apel terkejut ternyata orang yang sudah mendonorkan darah kepada Adriana adalah Neil atasannya sendiri.Adriana merasa kebaikan Neil itu di luar batas, Adriana bersyukur dipertemukan dengan orang yang sangat baik seperti Neil. Tapi di sisi lain Adrian nama rasa bingung karena dirinya merasa tidak enak ketika Neil terus memperlakukannya baik, karena Adriana belum menyukainya Neil.Sedangkan nyonya Wanda langsung terdiam, iya keceplosan sudah memberitahu adriannya jika nilai yang mendonorkan darah untuk Adriana.Ta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status