LOGINPintu bunker baja di bawah Markas Satuan Tugas Titan berderit membuka, mengeluarkan hawa dingin ke udara malam. Ini bukan pintu depan menuju koridor markas yang kini dikuasai Faksi Naga Hijau, melainkan jalur evakuasi rahasia yang mengarah langsung ke pegunungan terjal di luar wilayah inti Federasi.
Di hadapan Panglima Jae-won, kini seorang buronan, terbentanglah kehancuran yang tak terduga—bukan oleh musuh luar, melainkan oleh bangsanya sendiri. Kapten Ji-hoon, dengan wajah ditutupi hood dan mata yang hanya memancarkan cahaya laser dari senter kecil, memimpin jalan. Mereka mengendarai kendaraan pengangkut lapis baja yang tua dan dimodifikasi, satu-satunya yang berhasil mereka pertahankan dari gudang rahasia. Target mereka: Hutan Jaya, Kerajaan Harimau Merah, aliansi terakhir. Perjalanan di jalur pegunungan terjal itu sunyi dan penuh ketegangan. Mereka berhasil melewati pos-pos terdepan Federasi yang kini telah mengibarkan bendera Faksi Naga Hijau, menyelinap di bawah radar yang sibuk dengan pergerakan pasukan internal. Jalur "pintu belakang" ini memang efektif, tetapi kini mereka memasuki zona perbatasan tak bertuan, sebuah area berbatu yang penuh bahaya. Di sinilah sering terjadi pertempuran sporadis antara Federasi, Republik, dan unit-unit bajak laut. Kendaraan pengangkut mereka melaju perlahan di antara ngarai-ngarai gelap ketika sensor Ji-hoon tiba-tiba mendeteksi tanda tangan panas yang aneh. "Panglima, ada sesuatu di depan. Bukan unit Federasi, bukan Republik. Sangat stealthy." Tak lama kemudian, sebuah Soldierid Stealth yang dimodifikasi muncul dari balik bebatuan, bergerak tanpa suara di tengah desau angin gurun. Dari kokpitnya keluar Mayor Hyun-woo, ahli infiltrasi legendaris Federasi. Ia tidak mengenakan seragam, hanya pakaian stealth gelap, wajahnya keras dan penuh kehati-hatian. "Jae-won," suara Hyun-woo dingin, suaranya diputar oleh modulator helm, sama sekali tidak ada sapaan kehormatan militer. "Kudengar kau dicap pengkhianat. Unit-unit Hyeong-jun sedang memburumu, dan Republik sedang menyapu area ini mencari sisa-sisa yang bisa mereka manfaatkan. Kehadiranmu di sini adalah... risiko." Ji-hoon segera maju, "Mayor, kami bukan musuh! Panglima Jae-won sedang dalam misi untuk mengungkap kebenaran yang jauh lebih besar dari kudeta ini!" Jae-won mengangkat tangan, menghentikan Ji-hoon. Ia tahu Hyun-woo, seorang prajurit yang didorong oleh prinsip kebenaran yang kaku, tetapi juga sangat pragmatis. "Mayor Hyun-woo. Aku mengerti keraguanmu. Aku seorang buronan. Tapi aku tidak mengkhianati Federasi. Aku berusaha menyelamatkannya dari kebodohan Hyeong-jun dan rencana yang lebih besar dari Republik." Jae-won menantang. "Kau di sini sendirian. Aku tahu kau tidak tunduk pada Hyeong-jun. Kau pasti sedang dalam misi pentingmu sendiri. Aku mencari kebenaran tentang Modul Kompensator Inti yang dicuri Republik. Jika kau benar-benar ingin menyelamatkan apa yang tersisa dari Federasi, buktikan. Bantu kami melewati tanah tak bertuan ini menuju Hutan Jaya. Aku akan memberimu semua yang kutahu tentang permainan catur Wei Shen, dan kau bisa melihat gambaran besarnya sendiri." Hyun-woo diam sejenak, menimbang setiap kata. Dia tahu Jae-won bukan tipe pemimpin yang akan melarikan diri tanpa alasan. Keputusannya adalah pertaruhan besar. Akhirnya, dia mengangguk pelan. "Ada jalur aman melalui ngarai selatan, tapi hanya aku yang tahu peta itu secara utuh. Ikuti aku. Tapi jika kau berbohong, Panglima, aku sendiri yang akan mengakhirinya." Dengan keahlian navigasi Ji-hoon, Soldierid stealth Hyun-woo yang gesit, dan kewaspadaan Jae-won, mereka berhasil bergerak cepat melalui labirin ngarai dan dataran tinggi. Wilayah ini adalah medan pertempuran tak terlihat, dengan jejak-jejak pertempuran lama dan jebakan yang mematikan. Saat mereka mendekati perbatasan lama Federasi dengan negara-kota netral yang kini tak berpenghuni, sebuah komunikasi darurat dengan kode enkripsi lama Federasi tiba-tiba masuk. "Panglima! Ini Kapten Min-seo! Saya... saya tahu ini terdengar gila, tapi kami terjebak di reruntuhan kota tua Altair! Faksi Naga Hijau mengepung kami! Kami berhasil melumpuhkan Soldierid utama mereka, tapi kami kehabisan amunisi dan mereka akan melakukan serangan akhir dalam satu jam! Kami tidak bisa mundur, kami membawa para sandera sipil dari reruntuhan!" Jae-won memandangi peta taktis yang diproyeksikan Hyun-woo. Reruntuhan Altair berada di arah yang sedikit bergeser dari rute langsung mereka menuju Hutan Jaya, namun juga terletak di jalur potensial pergerakan pasukan Republik. Hyun-woo menatap Jae-won. "Altair adalah sarang lebah. Ini di luar kendali Hyeong-jun, tapi penuh dengan sisa-sisa bajak laut dan unit Republik yang mencari keuntungan. Itu terlalu jauh dari rute aman kita." Jae-won teringat akan Min-seo, seorang perwira muda yang berani dan loyal. Dia tidak bisa meninggalkannya. "Berapa lama kita bisa sampai di sana, Hyun-woo?" "Dengan kecepatan penuh, mungkin satu jam lebih sedikit. Tapi kita akan menarik perhatian dari semua pihak. Kita akan menjadi sasaran empuk." Jae-won mengangguk. "Itu risiko yang harus kita ambil. Min-seo tidak akan meminta bantuan jika situasinya tidak putus asa. Kita tidak bisa meninggalkannya. Kita akan menyelamatkan Min-Seo. Reruntuhan kota tua Altair, itu adalah target selanjutnya." Sambil berbicara, tangan Jae-won dengan sigap membuka kompartemen tersembunyi di bagasi kendaraan. Dari sana, ia mengeluarkan sebuah koper berteknologi dengan kunci biometrik. Setelah otentikasi cepat, tutupnya terbuka, menampakkan sepasang pistol plasma kembar yang ramping dan mematikan, terpasang rapi di busa pelindung. Ia menariknya keluar, memeriksa sel energi, dan menyisipkannya ke sarung pinggang cadangan. Untuk misi penyelamatan ini, ia tahu ia akan membutuhkannya.Fajar menyingsing dengan lambat di ufuk timur, mengusir dinginnya malam gurun dengan kehangatan lembut. Cahaya keemasan pertama menyelinap masuk melalui dinding transparan tenda-tenda auto-deploy yang ringkas, membangunkan tim Jae-won dari tidur lelap mereka. Mereka berkemah di garis batas Hutan Jaya, yang menjadi batas alami antara Gurun Tandus dan Kerajaan Harimau Merah. Aroma tanah basah dan dedaunan hutan yang masih menyusup masuk, memberikan kontras yang menyegarkan dari bau mesiu dan pasir yang telah mereka hirup berhari-hari. Ji-hoon adalah yang pertama bangkit, menguap lebar, lalu dengan cepat menekan tombol di kapsul tendanya, dan tenda itu pun mengempis, menyisakan tas ringkas di tanah. "Selamat pagi, para buronan," sapanya dengan nada ceria yang mengejutkan, meskipun semalam ia adalah yang paling lelah, "Waktunya melanjutkan perjalanan. Aku sudah perbaiki mesin sebisanya. Sekarang mobil itu seharusnya bisa menempuh beberapa ratus kilometer lagi sebelum benar-benar mogo
Cahaya terakhir matahari telah memudar di balik punggung gurun yang kejam, digantikan oleh selimut malam yang dingin. Tim Jae-won akhirnya tiba di ambang batas Hutan Jaya, sebuah oase hijau yang menjanjikan perlindungan dari mata-mata Federasi dan bayang-bayang masa lalu mereka. Namun, memasuki hutan di malam hari bukanlah pilihan bijak, terutama dengan kendaraan pengangkut yang rusak dan Min-seo yang Soldierid-nya masih pincang. Mereka memutuskan untuk berkemah di tepi gurun, tepat di garis demarkasi antara kekosongan pasir dan rimbunnya pohon-pohon kuno.Ji-hoon dengan cekatan menekan panel di samping kendaraan yang berasap, mengeluarkan sebuah kompartemen penyimpanan otomatis. Di dalamnya, tersusun rapi berbagai peralatan kemah futuristik."Setidaknya, kita tidak perlu mengkhawatirkan tempat tidur yang nyaman," ujarnya, seringai kecil muncul di bibirnya.Dari kompartemen itu, ia mengeluarkan empat buah kapsul tenda auto-deploy yang seukuran telapak tangan. Hanya dengan satu sentu
Matahari Astarhea yang meredup menggantung rendah di cakrawala gurun, mewarnai hamparan batu dan pasir dengan gradasi oranye dan merah darah yang muram. Di bawah langit yang begitu luas dan tak acuh, tim kecil pimpinan Jae-won bergerak maju. Mereka adalah sisa-sisa kesetiaan yang tak tergoyahkan: Jae-won sendiri, sang Panglima yang kini dicap pengkhianat; Kapten Ji-hoon, pengemudi andal dengan kesetiaan membaja; Mayor Hyun-woo, hantu infiltrasi yang bergerak di antara bayang-bayang; dan Kapten Min-seo, pilot Soldierid yang berani. Kendaraan pengangkut lapis baja mereka, yang tua namun telah dimodifikasi dengan susah payah, mendaki jalur kuno yang jarang dilalui—sebuah urat nadi perdagangan dari era lampau, kini sarang bagi bahaya dan ketidakpastian. Setiap derit roda, setiap embusan angin gurun yang dingin, membawa serta ketegangan yang lebih pekat daripada debu yang terangkat. Kesadaran pahit meresap ke dalam tulang mereka: mereka adalah buruan paling dicari di seluruh Olympia, seo
Pintu bunker baja di bawah Markas Satuan Tugas Titan berderit membuka, mengeluarkan hawa dingin ke udara malam. Ini bukan pintu depan menuju koridor markas yang kini dikuasai Faksi Naga Hijau, melainkan jalur evakuasi rahasia yang mengarah langsung ke pegunungan terjal di luar wilayah inti Federasi.Di hadapan Panglima Jae-won, kini seorang buronan, terbentanglah kehancuran yang tak terduga—bukan oleh musuh luar, melainkan oleh bangsanya sendiri.Kapten Ji-hoon, dengan wajah ditutupi hood dan mata yang hanya memancarkan cahaya laser dari senter kecil, memimpin jalan. Mereka mengendarai kendaraan pengangkut lapis baja yang tua dan dimodifikasi, satu-satunya yang berhasil mereka pertahankan dari gudang rahasia. Target mereka: Hutan Jaya, Kerajaan Harimau Merah, aliansi terakhir.Perjalanan di jalur pegunungan terjal itu sunyi dan penuh ketegangan. Mereka berhasil melewati pos-pos terdepan Federasi yang kini telah mengibarkan bendera Faksi Naga Hijau, menyelinap di bawah radar yang sibu
Tuduhan agresi Republik menyebar seperti api di seluruh Dewan Keamanan Astarhea. Dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam setelah insiden Pos Frostfire, Federasi Militer Naga Biru secara politik terasingkan, dipandang sebagai agresor oleh kekuatan global. Tanpa bukti nyata yang dapat membantah rekaman feed palsu Republik, Panglima Jae-won terpojok.Perintah dari Dewan Nasional Federasi, yang ditekan oleh kekuatan global, adalah untuk menahan diri dari pembalasan militer. Namun, itu adalah perintah yang terasa seperti belati yang mengiris hati seorang prajurit.Jae-won, di Markas Satuan Tugas Titan, menahan amarah yang membara di dalam dirinya, sebuah bara yang siap meledak namun terkendali oleh akal sehat yang tajam. Dia tahu betul bahwa menyerang balik Republik hanya akan memainkan skenario yang telah dibuat Wei Shen, sebuah drama yang dirancang untuk membenarkan narasi mereka. Dia harus menahan diri, setidaknya sampai dia bisa mendapatkan kembali Modul Kompensator Inti yang dicu
Di dalam Bunker Snow Fang, suasana kontras dengan salju yang ganas di atasnya. Presiden Wei Shen menatap jam hitung mundur di layar utama.Dr. Jian Li berdiri di sampingnya, pandangannya terarah pada feed video dari Pos Terdepan Frostfire milik mereka sendiri—pos perbatasan yang sebentar lagi akan dihancurkan oleh unit Republik yang menyamar."Operasi ini mengandung risiko politik tertinggi, Jian Li," ujar Wei Shen, suaranya tegang. "Jika Panglima Jae-won menyadari bahwa lencana Naga Biru pada drone penyerang itu palsu, apalagi jika ia mengetahui detail Proyek Nexus Drive, kita tidak hanya akan memulai perang terbuka, kita akan kehilangan semua legitimasi di Astarhea."Jian Li tersenyum dingin. "Jae-won hanyalah Panglima, Tuan Presiden, bukan politisi ulung. Dia akan melihat api di garis perbatasannya, bukan asap di balik layar. Unit kamuflase kita telah memuat signature drone Federasi yang direkayasa sempurna. Mereka akan percaya bahwa Federasi-lah yang melancarkan agresi. Dan seme