๐ณ๐๐๐บ๐พ๐ต๐ด๐๐ด ๐ฟ๐๐ด๐๐ด๐ฝ๐๐ธ๐ฝ๐ถ
ใ๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ
โPutri, apa Anda serius akan melakukannya?โ untuk kesekian kalinya, Narin bertanya dengan pasrah. Ujung jarinya terasa dingin tatkala ia membantu Kaline memakai jubah, pun dengan bibirnya yang memucat lantaran panik.
โTenang saja, aku tidak akan membahayakanmu.โ Kaline berusaha menenangkan. โKau hanya perlu memberitahuku dimana tepatnya Pangeran Cliftone bermalam. Setelahnya, kau boleh pergi. Jika aku tertangkap, aku bersumpah tidak akan menyebut namamu.โ
Meski masih terlihat skeptis, Narin mengambil secarik kertas dan mulai menggambarkan denah sederhana. โPangeran dari Voalire ada di istana bagian barat, begitu juga tamu yang lainnya. Jika saya tidak salah, kamarnya adalah satu yang paling ujung, dekat dengan balkon besar. Seharusnya tidak terlalu sulit ditemukan karena kamar milik Pangeran dari Voalire satu-satunya yang tidak memiliki penjaga di depan pintu masuk.โ
Kaline mengangguk paham. Ia lantas melipat kecil denah yang sudah digambarkan Narin lalu menyelipkannya di saku kecil jubah yang ia kenakan.
โTapi, Putri ....โ Suara Narin kembali menahannya saat langkah gadis itu hendak keluar dari kamar. โSeperti yang saya bilang sebelumnya, setiap kerajaan memiliki pengawal pribadi kecuali Voalire. Penjagaan di sana seharusnya jauh lebih ketat. Anda harus selalu berhati-hati agar tidak ketahuan.โ
โTentu saja. Terima kasih telah mengingatkanku.โ
Lentera yang dibawanya membawa cahaya remang-remang yang hanya mampu menyinari dua langkah di depannya. Tidak ada satupun penjaga di lorong tidak berguna iniโseperti dugaan Narin. Meski lebih cepat jika melewati lorong penyimpanan, lebih aman jika memutar melewati lorong pembuangan karena jarang ada penjaga di sini.
โBeberapa langkah lagi, seharusnya aku sudah bisa menemukan pintu kayu,โ bisik Kaline berusaha mengingat semua arahan yang sudah dijelaskan dengan detail oleh Narin.
Tidak ada masalah besar sampai detik ini selain tikus-tikus yang tak jarang mengagetkan Kaline, membuatnya tanpa sengaja mengeluarkan suara.
Pintu kayu seperti gambaran Narin berdiri tepat di hadapannya. Ruangan ini adalah bekas dari ruangan pembuatan pupuk yang mempunyai lubang tersembunyi yang terhubung langsung ke salah satu ruang penyimpanan.
Kaline membuka pintu kayu tua itu perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara decitan. Bau busuk bangkai tikus bersama sisa-sisa sampah organik yang sudah membusuk menyambut kedatangan Kaline saat ia masuk. Meski ia sudah bersusah payah menahan napas dan menutup indra penciumannya, aroma busuk itu tetap saja masuk.
Kaline pasrah, percuma menghabiskan waktu untuk mengenyahkan aroma tak sedap ini. Ia menarik napas dalam-dalam, lantas meraba-raba dinding bata kasar berusaha mencari papan tipis yang menutup lubang tersebut.
Tidak terlalu sulit mencarinya karena ruangan ini tidak terlalu luas. Dalam hitungan menit, Kaline sudah berhasil menyingkirkan papan itu, membuat sebuah lubang yang besarnya setengah dari tubuh Kaline terpampang dengan jelas. Ada banyak sarang laba-laba dan kotoran memenuhi lubang tersebut membuat Kaline ragu untuk memasukinya.
โAku bisa saja menemukan bangkai tikus yang sudah membusuk di dalam sana.โ Kaline berbicara pada dirinya sendiri.
Sedetik kemudian, Kaline menggelengkan kepalanya dengan tegas, menghilangkan semua keraguan yang tiba-tiba saja bersarang di kepalanya. โAku akan tinggal di negeri aneh ini untuk waktu yang lama. Aku harus mengetahui setidaknya negeri macam apa yang akan aku tempati.โ
Tak hendak berpikir lebih lama, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lubang itu tanpa mempedulikan sarang laba-laba yang menempeli jubah yang ia kenakan. Lubang itu sempit, bahkan seperti dugaannya, ada banyak bangkai tikus yang tergeletak di tanah kasar penuh debu. Kaline menelan ludahnya kasar, berusaha tidak mempedulikan bau yang menyeruak serta rasa pengap.
Lubang yang semakin lama semakin mengecil itu akhirnya memperlihatkan ujungnya. Cahaya remang-remang yang berasal dari obor api yang menempel di sisi dinding. Langkah gadis itu tampak semakin hati-hati. Ia memasang pendengarannya setajam mungkin, berusaha menangkap suara sekecil apapun dari ruangan penyimpanan itu.
โBiasanya tidak ada penjaga di dalam ruangan, tapi tetap berhati-hati. Tidak menutup kemungkinan jika kebetulan ada penjaga di dalam sana.โ Suara penuh peringatan dari Narin kembali memenuhi kepalanya. Narin benar, segala hal tak terduga bisa saja terjadi. Ia harus berhati-hati.
Setelah menunggu beberapa menit dan memastikan memang tidak ada orang di dalam sana, Kaline akhirnya keluar. Ia meletakkan lentera yang ia bawa kembali ke dalam lubang. Selanjutnya, akan ada banyak penjaga di lorong-lorong, terlalu beresiko jika ia tetap membawa lentera. Lagi pula, lorong-lorong selanjutnya pasti diterangi dengan obor atau lilin, jadi tidak terlalu menyusahkannya lantaran harus berusaha melihat dalam kegelapan.
Kepalanya mengelilingi seisi ruangan. Ternyata ruangan ini adalah tempat penyimpanan alat makan yang biasanya digunakan untuk pesta. Barang-barang ini tidak terlalu penting. Jadi seharusnya, tidak terlalu banyak atau bahkan tidak ada penjaga di sekelilingnya.
Ia menempelkan telinganya pada bidang kayu yang menjadi akses keluar-masuk, berusaha mendeteksi suara-suara yang ada di baliknya namun nihil, sepertinya memang tidak ada penjaga di depan ruangan penyimpanan ini. Pintunya terkunci dengan rapat. Tapi untungnya, Narin memiliki akses kunci ke semua ruangan penyimpanan dan meminjamkannya pada Kaline setelah gadis itu membujuknya.
Tangannya dengan cekatan mengeluarkan kunci dari kantung jubahnya yang teramat dalam. Gembok yang melilit gagang pintu itu sudah berkarat, membuat Kaline sedikit kesulitan membukanya namun ia berhasil setelah beberapa kali percobaan.
Sama seperti sebelumnya, ia membuka pintu itu perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara decitan dari engsel-engselnya yang juga sudah berkarat.
Tidak ada penjaga di sini. Ini merupakan keuntungan yang amat besar bagi Kaline karena ia tidak perlu berjalan mengendap-endap. Satu-satunya ancaman yang ia waspadai sekarang tinggal penjaga yang berkeliling setiap lorong.
โAda 14 kelompok yang bertugas berkeliling istana pada malam hari. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 4 orang petugas. Tidak seperti penjaga pada umumnya, mereka lebih teliti dan peka. Anda harus berhati-hati, Putri. Mereka tidak akan melepaskan siapapun bahkan seorang bangsawan kelas atas seperti Anda.โ
Untuk yang kesekian kalinya, Kaline membuang napasnya dengan keras, berusaha menetralkan rasa gugup yang ada di dalam dirinya. โAku hanya perlu menaiki tangga dan melewati satu lorong lagi. Aku tidak boleh gagal.โ
Langkahnya yang teramat ringan berhasil berjalan tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Meski begitu, Kaline sama sekali tidak mengurangi kewaspadaannya. Ia terus memandang ke segala arah dengan hati-hati, berjalan menunduk untuk berjaga-jaga, dan memasang pendengarannya setajam mungkin untuk mendeteksi ancaman bahkan setelah ia menaiki tangga menuju ke istana bagian barat.
Ada banyak arah menuju istana bagian barat. Jalan yang ia lalui biasanya digunakan para pelayan oleh karena itu lebih sering tidak ada penjaga yang menjaga pintu masuk bagian barat dari sini.
โApa kau melihat bayangan tadi?โ
Sialan! 4 orang berseragam zirah lengkap dengan pedang panjang berjalan dengan serempak dari arah berlawanan. Dengan sigap, Kaline bersembunyi di balik pilar besar. Narin benar, mereka sangat teliti dan peka. Bahkan bayangan kecil yang tak sengaja dibuatnya lantaran melewati lilin saja dapat ditangkap mereka.
โYa, aku melihatnya.โ
โBerpencarlah! Cari siapa pemilik bayangan itu.โ
Sial! Keempat petugas itu berpencar, memeriksa satu persatu pilar yang biasanya digunakan seseorang sebagai tempat persembunyian. Kaline tidak bisa lari ke manapun. Tidak ada benda yang bisa digunakan untuk bersembunyi selain pilar-pilar yang menjulang tinggi. Jika Kaline nekat dan lari begitu saja, sudah pasti percuma. Para petugas itu mempunyai stamina yang jauh lebih bagus daripada miliknya. Mereka pasti bisa menangkap Kaline dengan mudah.
Seorang petugas mendekat ke arahnya. Tinggal 1 pilar lagi, ia akan tertangkap basah.
โSudahlah!โ salah satu dari mereka bersuara. โPara tamu dari kerajaan lain memiliki penjaga mereka sendiri. Pada akhirnya penyusup itu akan tertangkap. Tugas kita sudah selesai 30 menit lalu. Mari kita pulang.โ
Tak ada jawaban dari yang lainnya, namun derap langkah yang tegas itu semakin lama terdengar semakin menjauh.
Hening terjadi cukup lama, membuat Kaline benar-benar yakin jika mereka telah pergi. Ia berbalik keluar dari balik pilar besar dan ternyata benar, para petugas itu telah pergi. Dengan cepat, ia kembali melangkah dengan hati-hati, mencari cabang lorong paling ujung yang merupakan tempat Pangeran dari Voalire bermalam.
Tak lama kemudian, Kaline berhasil menemukannya. Tidak ada satupun petugas yang berjaga di depan pintu ganda itu, membuat Kaline dengan leluasa mengetuk pintu kokoh yang berdiri gagah di depannya.
โAda apa?โ
Suara misterius tiba-tiba saja berbisik tepat di telinganya, membuat Kaline terpanjat dan menoleh ke belakang.
Seorang pria dengan surai hitam mengkilap, kulit yang pucat, bibir yang merah, serta mata merah yang menyala terang menatapnya dengan tajam, membuat Kaline merasa amat terancam meski pria itu tidak memegang senjata apapun yang dapat melukainya.
Setelah berusaha mengusir rasa gugupnya, Kaline akhirnya tersenyum meski ia yakin senyumannya tampak amat konyol. โPangeran Sirius Cliftone Alorine dari Voalire, senang bertemu denganmu,โ ucap Kaline yang tak mampu menyembunyikan rasa gugupnya, membuat suaranya terdengar bergetar.
Pangeran yang disapa hanya menatapnya datar tanpa ekspresi yang berarti. โPutri Ralenia Kaline Gard, apa yang membuatmu datang kesini?โ tanyanya mengintimidasi.
โBolehkah aku berbicara denganmu?โ
โSayangnya tidak, Putri.โ Derap langkah sepatu bot berkulit rusa yang sudah dipenuhi lumpur itu menyentuh lantai kasar secara bergantian, meninggalkan Putri dari Kerajaan Eargardโsang tuan rumahโsendirian.
โAku tidak berbicara kecuali kau memberiku keuntungan.โ
ยปโโโโโโโโโโโ
๐ ๐ช๐ฃ๐๐ช๐ฃ๐๐ ๐๐ฃ๐จ๐ฉ๐๐๐ง๐๐ข @๐๐ช๐จ๐ ๐ค๐๐๐ฎ๐ ๐ช๐ฃ๐ฉ๐ช๐ ๐ข๐๐ก๐๐๐๐ฉ ๐๐๐ฉ๐๐๐ก ๐๐๐ง๐๐ฉ๐
Setahun setelah musim dingin yang menegangkan. Saat malam gelap lagi-lagi menurunkan hujan gumpalan es pertama yang kali ini disambut dengan penuh kegembiraan.Setahun setelah musim dingin yang menegangkan. Sebuah penikahan akan dilaksanakan.“Cal, apa kau baik-baik saja?” tanya Kaline khawatir, menatap Pangeran Cliftone yang berdiri di sebelahnya sebagai seseorang yang beberapa detik lagi akan dinikahi.“Kau tahu aku telah-”“Aku telah memaafkanmu,” potong Kaline, kembali mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Pangeran Cliftone yang sempat melonggar.“Kau bisa membatalkannya sebelum acaranya dimulai,” ucap Pangeran Cliftone untuk yang kesekian kalinya.Lagi-lagi, Kaline menggeleng dengan tegas. “Tidak akan ada yang dibatalkan, Cal. Aku akan menikahimu.”Pangeran Cliftone membuang napasnya dengan kasar. Ada perasaan campur aduk yang sedari tadi hinggap di dalam dir
Kaline membelalak. Tepat sebelum panah yang dilepaskan Zed mengenai tubuh Pangeran Antheo, peri-peri bersayap merah beterbangan secara acak, membakar panah itu hingga tak bersisa.“Sial!” Pangean Rex menggerutu kesal. Maniknya yang kecoklatan seperti madu berubah menjadi kuning terang. Gigi-giginya yang tajam tiba-tiba saja muncul.Gawat. Pangeran Rex akan berubah menjadi serigala.“Pangeran, awas!” seru Kaline, berusaha mengalihkan perhatian Pangeran Antheo yang fokus memerintah para peri itu sehingga tak menyadari Pangeran Rex dengan tubuh serigala yang beringas berdiri tepat di belakangnya.Satu ayunan penuh amarah keluar, seakan mengajak Pangeran Antheo berduet dengannya yang langsung diterima Pangeran Antheo tanpa keberatan.Sementara Kaline yang masih terikat di pohon berseru panik. Ingin sekali ia curi pisau kecil yang terselip di antara celana Zed, namun mustahil karena kini, kuku-kukunya sudah berubah menjadi panjan
Kedua tangan itu menggenggam setir mobil dengan kuat. Nyeri di ulu hatinya sama sekali tak mereda. Meski begitu, tidak akan ada satupun air mata yang membasahi pipinya. Waktunya sudah habis. Gadis yang dicintainya akan bertunangan dengan seseorang. Seseorang yang jauh lebih baik darinya. Seseorang yang bisa menyampaikan perasaannya. Bukan dengan seorang pengecut seperti dirinya yang seumur hidup hanya berani melihatnya dari jauh. Kaline, seorang perempuan yang tinggal di depan rumahnya. Mereka tumbuh bersama. Cal melihat semuanya. Bagaimana lucunya gadis itu saat balita hingga kini tumbuh menjadi seorang perempuan jelita. Selama itu, ia tak melakukan apapun. Bahkan tidak sekalipun ia pernah menyapanya. Cal adalah seorang pengecut. Dulu maupun sekarang. Dalam kecepatan mobil yang tinggi dan terus berjalan, pandangannya terkunci pada sebuah restoran tiga lantai. Disanalah, harapannya akan benar-benar berakhir, kala seorang pria menyematkan cincin indah
Napas Kaline teramat sesak. Dalam kondisi terikat pada pohon besar seperti sekarang, Kaline nyaris tidak dapat melakukan apapun jika saja mulutnya ikut tertutup.“Apa yang kau lakukan?” tanya Kaline penuh amarah saat Pangeran Rex mendekat dengan senyuman memuakkan.Bagaimana bisa pria itu tersenyum setelah hal gila yang ia lakukan?“Ssstt … tidak perlu marah, Putri. Aku hanya ingin membuat namamu abadi. Setelah ini, aku yakin tidak akan ada yang berani melupakanmu,” ucapnya dengan penuh kebanggaan sambil menumpahkan sebotol minyak berbau menyengat tepat di bawah kaki Kaline.Dari ujung mata gadis itu, dapat ditangkap pergerakan Pangeran Antheo dan Cliftone yang mengendap-endap menuju tempat yang saling berlawanan. Langkah Pangeran Antheo perlahan mendekati seorang penyihir tua yang sedang fokus bertapa, sedangkan langkah Pangeran Cliftone menjauhinya.Rencana mereka harus berhasil.“Kau akan menyesali per
“Aku bersumpah aku tidak tahu apapun tentang ini!” seru Pangeran Antheo dengan frustasi.Ini sudah lebih dari dua puluh kali Kaline dan Pangeran Cliftone menanyakan hal yang sama, terus membuat posisinya semakin terpojok.Pangeran Antheo mengatakan hal yang sebenarnya. Dia tidak tahu apapun soal ini. Bahkan hingga saat ini, dirinya masih bertanya-tanya bagaimana bisa peri-peri itu berada di luar kendalinya.“Kau sendiri yang mengatakan bahwa hanya dirimu yang bisa mengendalikan peri-peri itu, Pangeran. Jangan berbohong.” Kaline terus mendesaknya. Meski Pangeran Antheo tidak bisa melihat apapun sekarang, ia yakin kini Kaline sedang memandangnya dengan tajam.“Demi negeriku, Putri. Aku tidak tahu apapun soal ini. Peri-peri itu, aku tidak tahu apapun!” seru Pangeran Antheo sambil menjambak rambutnya untuk mengalihkan rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuhnya.“Sudahlah, Putri. Kau tahu dia bukan pelak
Lenguhan ringan beberapa kali keluar dari mulut Kaline. Kepalanya terasa seperti baru saja ditimpa oleh sesuatu yang berat dan memang benar adanya, di dahi gadis itu sekarang, sudah ada benjolan sebesar setengah bola pingpong. Bau busuk asap pertama kali masuk ke dalam indera penciumannya saat gadis itu terbangun. Kedua tangan dan kakinya terikat dengan kencang, membuat gadis itu harus bersusah payah untuk menyandarkan tubuhnya pada dinding di tepi ruangan kecil ini. โAh โฆ akhirnya ada yang terbangun juga.โ Suara ringan itu membuat Kaline kembali was-was. Di dalam kegelapan seperti ini, ia tidak bisa melihat apapun kecuali โฆ dua sinar kecil berwarna merah di ujung ruangan. โCal, apa itu kau?โ tanya Kaline dengan hati-hati. โYa โฆ syukur kau masih mengingatku. Aku pikir kau akan hilang ingatan setelah dipuku oleh bata, Putri,โ jawab pria itu dengan candaan yang sama sekali tidak lucu. Kaline memilih untuk tidak lagi menimpali ucapan pria