𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶
【AFTERFALL】
Langkah Kaline tampak begitu tergesa-gesa sembari menarik lengan Narin yang tampak kesulitan menyamakan langkah gadis di depannya. Pertemuan tadi berlangsung cukup cepat dengan kesimpulan ... akan ada sayembara antar kerajaan dan pemenangnya akan menikahi Putri Ralenia Kaline Gard, penerus satu-satunya tahta Kerajaan Eargard.
Tentu saja jauh di dalam hatinya Kaline menolak dengan tegas. Bagaimana ia bisa menikahi makhluk-makhluk aneh itu? Melihat mereka mengeluarkan percikan api, berubah menjadi serigala, atau pun vampir berwajah pucat saja sudah sangat mengerikan. Namun tatkala ia mendengar suara Raja yang tegas nan absolut kembali membungkam mulutnya untuk mengajukan keberatan.
“Putri, sebenarnya ada apa?” tanya Narin panik saat pintu kamar Putri Kerajaan itu sudah tertutup dengan rapat.
“Sebenarnya mereka siapa?” teriak Kaline frustasi sambil membuka sanggulnya asal, berkaca di hadapan cermin dengan raut kesal yang begitu kentara.
“Mereka?”
Kaline berdecak. “Makhluk-makhluk aneh itu. Bagaimana bisa mereka benar-benar ada? Apa kau tidak merasa aneh melihat orang-orang yang mengeluarkan percikan api atau mereka yang berubah menjadi serigala, atau vampir bermata merah menyala itu?”
Narin mengerutkan keningnya. “Bukankah eksistensi mereka sudah cukup terkenal, Putri? Bahkan rakyat biasa saja sudah mengetahui mereka,” jawab Narin kebingungan, menatap bayang Kaline di cermin dengan pandangan heran.
“Apa maksudmu?”
“Mereka yang mengeluarkan percikan api itu adalah peri dari Kerajaan Lyvora. Di sana ada banyak makhluk berkekuatan magis salah satunya adalah peri. Pemimpin kerajaan itu adalah peri dari Klan Alvinoka yang bisa menciptakan api.”
Kaline mengerutkan keningnya. Kepala gadis itu penuh sekarang. “Sebenarnya aku tersesat di mana? Kenapa dunia ini begitu aneh?” bisiknya di sela-sela helaan napas yang kian memberat.
“Kalau rombongan yang bisa berubah wujud itu, mereka dari Kerajaan Elvarine. Semua penduduk di sana mempunyai kemampuan merubah wujud sebagai hewan keturunan mereka. Pemimpin mereka adalah Klan Varine, para manusia serigala.” Narin kembali menjelaskan.
“Bagaimana dengan yang satu lagi?”
“Vampir. Kerajaan Voalire dipenuhi oleh vampir. Meski penduduk mereka tidak banyak, tapi mereka hidup abadi. Tidak pernah kekurangan satu pun penduduk selama bertahun-tahun. Letaknya yang paling jauh dan suram. Pemimpin mereka adalah Klan Alorine yang sudah memimpin selama 2 abad.”
Helaan napas kembali terdengar. Kaline membanting tubuhnya ke atas kasur besar yang nan empuk namun sama sekali tak memberinya kenyamanan. “Bagaimana bisa aku menikahi makhluk-makhluk aneh itu.”
Narin tersenyum. Kedua tangannya dengan cekatan memilah gaun-gaun yang ada di dalam lemari, mencari gaun yang cocok digunakan untuk Kaline saat ia tidur. “Jangan khawatir, Putri. Kedua pangeran itu sudah terkenal se-penjuru negeri karena kebaikan mereka.”
“Kedua? Bukankah seharusnya ada tiga pangeran?”
“Ah ....” Gerakan tangan Narin terhenti seketika. “Ketiga pangeran itu memang cukup terkenal. Pangeran dari Lyvora dan Elvarine punya nama yang baik nyaris tanpa rumor buruk. Sedangkan Pangeran dari Voalire ... ya, seperti para vampir pada umumnya,” lanjut Narin dengan nada putus asa saat ia menyebutkan Pangeran dari Voalire.
“Seperti para vampir pada umumnya bagaimana maksudmu?”
“Anda tahu ... angkuh, dingin, pendendam.” Tangannya mengeluarkan gaun putih polos berbahan sutra yang tampak mengkilap. “Orang-orang juga menduga beberapa dari mereka bertanggung jawab atas hilangnya para pemburu.”
“Apa maksudmu ... mereka menghisap darah mereka?” tanya Kaline berjaga-jaga. Topik yang mereka angkat cukup suram untuk topik sebelum tidur.
Kepala Narin terangguk pelan, membuat beberapa helai surainya terjatuh dari sanggulnya. “Tapi itu hanya dugaan, Putri. Sampai sekarang, tidak ada yang bisa membuktikannya.”
Mata abu-abu Kaline menatap langit-langit ruangan yang tertutup oleh kelambu tipis. Bayangan wajah Pangeran dari Voalire kembali menguasai kepalanya. Wajah pucat itu, bibir yang merah, manik yang menyala. Meski mereka tak begitu dekat, Kaline yakin pria itu adalah Cal.
Cal adalah pria seusianya. Ia tinggal berhadapan dengan rumah Kaline, selalu bersekolah di tempat yang sama, begitu juga kelas mereka. Cal selalu menghabiskan waktunya membaca komik di pojok ruangan—terus berlangsung hingga ia berada di perguruan tinggi. Itu membuatnya tidak pernah berbicara dengan siapa pun. Bahkan beberapa menyebutnya anti sosial. Jika diingat-ingat, Kaline tidak pernah benar-benar bicara padanya.
"Kau tahu, suaramu mengganggu. Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku kesal.”
Itu adalah kata terpanjang yang pernah diucapkannya. Membuat Kaline tersadar selain anti sosial, pria itu juga memiliki temperamen yang buruk. Biasanya, orang yang pendiam akan sangat menyeramkan jika marah. Oleh karena itu, Kaline memutuskan untuk menghindari Cal sebisa mungkin.
Cal hanya seseorang yang lewat dalam hidupnya, bahkan Kaline seringkali menganggapnya tidak ada. Bagaimana bisa seseorang yang tidak berpengaruh besar dalam hidupnya bisa muncul di sini?
Atau jangan-jangan, dunia ini dipenuhi oleh orang yang bernasib sama sepertinya dan secara kebetulan, Cal juga bernasib sama sepertinya?
Tapi jika benar begitu, itu berarti ... Narin juga seperti itu, bukan? Dia pasti mengetahui bumi atau hal-hal mendasar tentang kehidupan normal.
“Narin!” panggilan dari Kaline membuatnya yang sedang sibuk merapikan meja rias terhenti.
“Ada yang bisa saya bantu, Putri?”
"Kau tahu aku mempunyai kuasa absolut dibawah Raja dan Ratu, bukan?”
Narin mengangguk yakin. “Benar, Putri.”
“Kalau begitu, aku memerintahkanmu untuk menjawab pertanyaanku dengan jujur. Jika kau ketahuan berbohong, aku tidak akan segan-segan memberi hukuman berat padamu.” Kaline menatap lurus, berusaha membuat suaranya setegas dan seangkuh mungkin.
“Saya bersumpah untuk menjawab pertanyaan Anda dengan jujur, Putri. Anda tidak perlu khawatir.”
Kaline mengangguk, matanya menyipit, memperhatikan dengan jeli setiap gerak-gerik Narin untuk mendeteksi kebohongan. “Apa kau mengetahui bumi?” tanyanya.
“Bumi?” Narin mengerjapkan matanya, berusaha mencerna kata asing yang baru saja didengarnya. “Apa itu semacam nama kerajaan, Putri?”
“Ck! Kau benar-benar tidak tahu bumi? Sebuah planet, kau hidup sebagai manusia. Hanya manusia, tidak ada peri, manusia serigala, vampir atau makhluk-makhluk aneh itu,” jelasnya lebih detail.
Narin menggeleng pasrah. Kaline cukup mahir dalam membaca ekspresi seseorang dan di raut wajah lady-in-waiting-nya itu hanya ada ekspresi kebingungan. mustahil baginya untuk berbohong.
Jika Narin tidak mengetahui soal bumi, itu berarti dia tidak berasal dari sana. Dia murni makhluk negeri aneh ini. Itu juga berarti keberadaan Cal bukan berarti dia memiliki nasib yang sama seperti Kaline.
Bukankah aneh jika ini hanya kebetulan? Bagaimana bisa hanya dia satu-satunya orang yang ia kenal di sini? Ah ... jika sudah seperti ini Kaline jadi merindukan Theo—kekasihnya. Biasanya saat Kaline berada dalam masalah, pria manis itu akan selalu siap membantu dan menenangkannya sepanjang waktu. Namun sekarang, pria itu tidak ada. Dia benar-benar sendiri, tidak ada tempat yang aman untuk bersandar.
Kaline tiba-tiba saja berdiri dari kasurnya dengan penuh semangat, membuat Narin semakin kebingungan.
“Putri, ada yang bisa saya bantu?”
“Apa kau tahu di mana Pangeran Clifton dari Voalire bermalam? Aku harus bertemu dengannya sekarang juga.”
»—————————–✄
𝙠𝙪𝙣𝙟𝙪𝙣𝙜𝙞 𝙄𝙣𝙨𝙩𝙖𝙜𝙧𝙖𝙢 @𝙙𝙪𝙨𝙠𝙤𝙛𝙚𝙮𝙚 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙞𝙡 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶【AFTERFALL】“Putri, apa Anda serius akan melakukannya?” untuk kesekian kalinya, Narin bertanya dengan pasrah. Ujung jarinya terasa dingin tatkala ia membantu Kaline memakai jubah, pun dengan bibirnya yang memucat lantaran panik.“Tenang saja, aku tidak akan membahayakanmu.” Kaline berusaha menenangkan. “Kau hanya perlu memberitahuku dimana tepatnya Pangeran Cliftone bermalam. Setelahnya, kau boleh pergi. Jika aku tertangkap, aku bersumpah tidak akan menyebut namamu.”Meski masih terlihat skeptis, Narin mengambil secarik kertas dan mulai menggambarkan denah sederhana. “Pangeran dari Voalire ada di istana bagian barat, begitu juga tamu yang lainnya. Jika saya tidak salah, kamarnya adalah satu yang paling ujung, dekat dengan balkon besa
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶【AFTERFALL】Suara tapak sepatu yang bersatu dengan lantai kasar itu terdengar dengan jelas, perlahan-lahan bergerak menjauh darinya. Benar. Kenapa Kaline tidak memikirkan ini sebelumnya? Bagaimana jika Pangeran dari Voalire menolak untuk berbicara padanya? Pertanyaan sederhana yang belum mendapatkan jawaban itu membawanya ke dalam kegagalan.“Tapi aku adalah tuan rumah di sini, Pangeran.” Kaline berbalik, membuat pintu ganda yang hendak tertutup sempurna itu terhenti pergerakannya.Gadis itu telah berusaha keras untuk menginjakkan kakinya di sini. Ia tidak akan menyerah semudah itu. “Bukankah kau seharusnya memberikan sedikit rasa hormat jika kau memang belajar tata krama?”Pangeran Cliftone melipat kedua
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶【AFTERFALL】Kastil luas itu tampak amat suram. Tidak sedikitpun cahaya fajar dapat masuk melewati gorden-gorden tebal yang terpasang di setiap jendela. Seorang pria dengan jubah hitam yang tak pernah lepas dari tubuh jakungnya itu berdiri tegak menatap betapa kosongnya kastil itu. Udara dingin melilit kulit pucat yang tak pernah mengusik ketenangan pria itu.“Sudah pulang, Pangeran?”Pangeran Cliftone berbalik, mendapati seorang pria jakung akhir 40-an itu menatapnya dengan manik merah menyala. Sudah lebih dari satu dekade Cliftone mengenal pemimpin Voalire itu, namun tak sedikitpun dari wajahnya berubah menua.Pangeran Cliftone menunduk. “Baru saja, Yang Mulia.”
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶【AFTERFALL】Tepat dua hari sebelum pertemuannya dengan Pangeran Cliftone, Kaline masih belum menemukan cara bagaimana ia bisa tiba di Danau Sane tepat waktu. Meski ia sadar maksud Pangeran dari Voalire itu membalas surat hanya untuk mempermainkan Kaline, tapi itu tetap kesempatan emas. Bagaimanapun, ia harus tetap hadir meski melukai harga dirinya sekalipun.“Apa kau sungguh yakin cara ini tidak akan berhasil?” tanya Kaline untuk kesekian kalinya.Narin menghela napasnya. Sudah berjam-jam mereka berdebat soal ini. “Anda adalah seorang penerus tahta Kerajaan Eargard, Putri. Tentu tidak mudah menghilang begitu saja meski hanya dalam satu jam,” jelas Narin dengan sabar.Sejujurnya, ia merasa kas
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Kaline menatap Pangeran Cliftone tajam. Ia tak peduli manik merah menyala milik lawannya itu membalas tak kalah tajam. Setelah pertemuan mereka, Pangeran Cliftone langsung membawa Kaline menuju gubuk kecil yang tampak tua. “Beraninya kau membangun tempat persembunyian di wilayahku,” ucap Kaline penuh penekanan. Bagaimana bisa gubuk ini lolos dari pengawasan para penjaga perbatasan? Jika terus dibiarkan, vampir ini bisa saja masuk ke istana tanpa ketahuan. Pangeran Cliftone tersenyum sinis, tampak sama sekali tak merasa bersalah atas tindakannya. “Andai kau tahu hal kotor yang orang kalian lakukan di wilayahku, Putri. Kau harus berkunjung ke penjara Voalire lain kali.” Kaline terdiam. Ia telah mende
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Rumor hubungan spesial antara Putri Kaline dan Pangeran Cliftone menyebar dengan cepat. Seluruh penjuru negeri sudah mengetahui rumor tersebut hanya dalam satu malam. Banyak rakyat yang tidak setuju dan meminta penjelasan dari pihak kerajaan. Beberapa bahkan setia menunggu di depan istana sedari malam. “Jawab aku, Putri. Apa kau benar berhubungan dengan Pangeran Cliftone?” tanya Raja El sekali lagi dengan suara datar yang terdengar amat dalam. Kaline menundukkan kepalanya gelisah. Ruangan raja yang dikelilingi dengan rak buku itu tak ia sangka dapat menjadi amat menakutkan. Ratu Faline yang berdiri di samping kursi raja itu mengelus pundak suaminya perlahan, berusaha membuatnya tenang. “Kau tahu ap
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Udara dingin yang menusuk kulit tak mengurangi antusiasme rakyat dari empat kerajaan besar terutama Eargard. Lampion serta obor di jalan dinyalakan dengan terang, menghiasi jalanan Eargard yang sudah mulai gelap. Gerbang istana yang biasanya ditutup dengan rapat kini terbuka dengan lebar, mempersilakan semua kalangan masuk tanpa memandang kasta. Para bangsawan dengan kereta kuda serta setelan yang tampak anggun membentuk kelompok-kelompok kecil berdasarkan kasta sosial. Berbincang-bincang sekaligus mencari celah untuk merendahkan satu sama lain. Beberapa dari mereka turut memperhatikan rakyat biasa yang tampak histeris melihat keindahan bangunan istana dengan tatapan risih. “Aku tak percaya pihak istana turut mengundang rakyat bawahan itu,” bisik salah satuny
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Beberapa jam sebelumnya .... Aula utama istana terasa amat sesak. Ratusan bangasawan dengan gaun-gaun mengembang menari bersama mengikuti irama lagu yang dibawakan sekelompok musikan ternama di atas panggung kecil. Para pelayan sibuk mondar-mandir membawa gelas-gelas anggur yang sudah habis. Sebagian lain yang sudah terlalu mabuk untuk menari memilih berbincang ringan membentuk kelompok-kelompok kecil. Kaline yang masih terjebak di atas balkon itu terus menatap balkon yang ada di seberangnya. Wajah familiar yang fokus memperhatikan tamu undangan yang menari itu tak sekalipun menoleh pada gadis itu. Membuat manik abu-abunya terlihat suram. “Kau menyukai vampir itu, bukan?” Ratu Faline yang duduk di sampingnya tiba-tiba b