Home / Romansa / AIR MATA PERNIKAHAN / 3. WANITA CENTIL

Share

3. WANITA CENTIL

Author: Ilaina
last update Last Updated: 2021-12-10 08:10:17

   "Aku malas menjelaskan semua sama kamu. Karena kamu pasti nggak akan percaya sama aku. Kamu selalu berpikiran negatif tentang aku. Bener 'kan?" 

   Bella menghembuskan nafas kesal.

   "Ya udah, kalau kamu nggak mau jelasin sama aku. Aku udah tau betapa buruknya kamu sekarang Mas.” Kalimat itu membuat sepasang suami istri ini berhenti berkata-kata lagi.

   Itu adalah kalimat terakhir untuk malam ini. Bella berdiri dengan cepat dan berjalan keluar lalu menutup pintu dengan kasar. Sementara Bara sudah lelah dengan semua yang terjadi di dalam harinya. Ia tidur di kamar dengan lelap. 

   Sementara Bella duduk di sofa ruang tengah. Ia memandangi bingkai foto yang indah. Sepasang pengantin yang sangat serasi.

   Hati Bella tidak bisa menahan rasa kesal yang bercampur rasa sedih. Kedua matanya kini di banjiri oleh air mata hangat. Pundaknya naik turun di iringi suara hidung yang tersumbat akibat tangisan.

   "Mbak, Bella ... " panggil suara ragu-ragu itu dari belakang.

   Bella tidak menengok karena ia tidak mau Marni tahu kalau dirinya sedang menangis. Bella mencoba menahan suara agar tidak serak.

   "Aku lagi pengin tidur di sini, Mir. tolong jangan ganggu ya, Mirna," ucap Bella dengan tegas. Mirna hanya bisa melihat dengan kasihan punggung majikannya itu.

   Subuh tiba namun Mirna tidak membangunkan majikannya. Ia merasa kasihan karena saat itu Bella benar benar tidur dengan lelap sekali.

   Pukul tujuh Bella membuka matanya. Ia menghirup bau masakan di dapur. Kepalanya sedikit pening. Ia mencoba untuk duduk dan melihat dari cahaya yang masuk ke ruang tamu. 

   "Udah siang banget, ya Allah. Aku belum solat shubuh," ucapnya lalu segera menuju ke toilet yang ada di belakang. Ternyataernyata hari ini dirinya datang bulan.

   "Mbak, Mirna masakin nasi goreng. Pasti enak banget rasanya," kata Mirna dengan wajah berseri.

   Bella tidak berkata apapun. Ia langsung saja melahap nasi goreng yang sudah di sediakan di piring berwarna putih.

   Bella mengunyah dengan penuh khidmat. Sejak malam perutnya memang lapar tetapi ia enggan beranjak ke dapur. Saat ini benar- benar seperti surga. Bangun langsung ada makanan di depan mata. Makanan kesukannya lagi.

   "Mbak, semalem kenapa? Nangis ya?" tanya Mirna setelah melihat Bella selesai dengan sarapannya. Mata Bella yang begitu sembab membuat Mirna kasihan.

   Bella tidak menjawab. Ia membersihkan sisa makanan di sekeliling bibir dengan tisu. Sungguh ia tidak ingin membahas apa yang terjadi saat malam itu.

   "Semalem Mirna bangun gara-gara sempat mendengar suara keras dari Mbak Bella. Keras banget sih, Mbak suaranya? Baru kali ini loh, Mirna mendengar suara Mbak sekeras itu," kata Mirna perempuan banyak omong itu.

   "Nggak apa-apa kok, Mir. Aku lagi datang bulan lagi nggak pengin cerita banyak. Aku bangunin Mas Bara dulu ya. kamu udah beresin dapur belum? sana beresin dapur dulu," ucap Bella lalu pergi menuju ke kamarnya.

   Syukurlah pintu tidak di kunci oleh sang suami. Dilihatnya seprei polos berwarna abu abu yang berantakan. Lalu ada laki laki tidur dengan terlentang berwajah pulas.

   Bella duduk di sisi ranjang. Ia memperhatikan wajah suaminya dengan penuh rasa sayang. Wajah yang menemaninya sejak lima tahun ini. Wajah yang penuh kesabaran. Meski mereka berdua belum di karuniai seorang bayi mungil. Wajah manis itu sangat membuat hati Bella berucap syukur. 

   Tangan Bella dengan lembut membelai pipi suaminya. Pipi dengan sedikit rambut tipis di sisi keduanya membuat Bella merasa gemas.

   "Maafin aku, ya, Mas. Semalam mungkin aku terlalu marah berlebihan sama kamu. Aku sayang banget sama kamu, Mas," ucap Bella dalam hati terdalamnya.

   Kini Bella melihat meja kecil yang di atasnya terdapat ponsel milik Bara. Ponsel itu menyala. Tangannya langsung meraih benda persegi panjang tipis itu.

   Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat lihat apa yang ada di dalam ponsel suaminya.

Ia menemukan pesan W******p yang masuk. Matanya membelalak melihat deretan chat yang banyak. Foto profilnya perempuan semua.

   "Aku nggak terima wanita-wanita ini ngechat suamiku. Kurang kerjaan banget, sih, mereka," seru Bella dengan perasaan membatu.

   "Mas, bangun, Mas!" beberapa kali Bella menepuk-nepuk lengan Bara.

   "Masih ngantuk Bella, udah sana kamu keluar aja," jawab Bara dengan setengah sadar.

   "Bangun Mas, udah siang. Udah jam delapan," kata Bella dengan kesal.

   Bara duduk dengan cepat. Wajahnya menampakkan geram kepada sang istri. Tubuhnya menggeliat sebentar lalu mengucek kedua matanya.

   "Ini apa maksudnya?" tanya Bella dengan memperlihatkan layar ponsel tepat di depan muka pria berwajah kusut itu.

   "Sini!” Tangan Bara merebut ponsel miliknya dengan keras.

   "Kamu ngapain, sih? pegang-pegang Hpku?" tanya Bara dengan wajah geram tanpa melihat ke arah istrinya. Ia sedang fokus membuka pesan yang ada di layar ponselnya.

   "Masa aku nggak boleh sih, lihat-lihat apa yang ada di Hp kamu. Sejak kapan Mas?"

   "Ya boleh, tapi izin dulu dong," jawab Bara masih menggerutu.

   "Memangnya aku ini siapa? Orang lain? Aku ‘kan, istrimu, Mas. Kamu aneh banget deh, masa pinjem Hp aja harus izin," gerutu Bella.

   "Kalau ada data yang tiba-tiba ke hapus gimana? Kerjaan aku sebagian juga ada di Hp ini," Bara membela diri dengan kedua matanya terbuka lebar menatap istrinya.

   "Oke, aku minta maaf," kata Bella dengan pasrah. Ia menghembuskan nafasnya lalu mengeluarkan kalimat lagi.

    "Aku nggak suka ada cewe yang chat kamu kaya gitu," kata Bella dengan membelakangi suaminya sambil melipat kedua tangannya.

   "Apaan sih, chat apa?" tanya Bara yang kini sudah berdiri di depan Bella. 

   "Ya, kamu baca aja tuh, di Hp kamu!" 

   "Udah, aku udah baca kok, terus apa?" tanya suaminya dengan bingung.

   "Temen-temen kantor kamu itu nggak penting banget tahu nggak, mereka chat kamu kaya gitu. Gimana kabarnya?  Selamat beraktivitas ya, kamu lagi ngapain? Sudah makan belum?" kata Bella sambil berbicara dengan kesal.

   "Lah, emang kenapa? Mereka cuma temen aku," ucap Bara tanpa ada rasa bersalah.

   "Tapi Mas, chat yang kaya gitu justru nanti akan semakin sering dan selanjutnya kamu bakal kepincut sama temen kamu. Chatingan setiap hari, ngirimin foto satu sama lain habis itu saling jatuh cinta. Iya, 'kan?" 

   "Ya nggak mungkin lah, mereka udah tahu aku punya istri," kata Bara dengan tegas.

   "Aku juga udah punya istri. Jadi untuk apa aku jatuh cinta sama cewek lain?"

   Bella menunduk dengan kalimat suaminya itu. Apa dirinya yang salah selama ini?  Ia terlalu cemburuan dengan suaminya. Bara keluar dari kamar meninggalkan Bella yang berdiri mematung di depan jendela kamar yang bercahaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 45

    BAB 45 “Kamu gimana sih, Mas? Kenapa malah aku yang harus jagain mama kamu?” Keluh Arum saat sudah pulang dari rumah sakit. Ia benar benar kelelahan sekali. “Heheh, maaf ya, habis gimana dong. Kan aku mau kerja. Siapa lagi kalau bukan kamu. Bella di telfon juga nggak di angkat,” kata Mas Bara dengan santai terus melihat ekspresi kasihan Arum yang membuatnya lucu. “Kayaknya nih, ya Mas, Bella sengaja deh mau ngerjain aku,” kata Arum sambil menuangkan air panas di cangkir yang berisi bubuk kopi. “Sengaja gimana maksud kamu?” tanya Mas Bara bingung. “Iya, lah dia sengaja bikin aku supaya ke rumah sakit terus nemenin mama kamu deh, gila ya mas. Aku tuh bener bener cape banget.loh, memenuhi semua keinginan mama kamu. Udah gitu apa yang di minta mama kamu itu ada yang bikin kesal banget. Kaya ngebacain dia majalah,terus juga koran. Ngupasin buah apel, buah anggur. Buah anggur aja minta di kupas mas. Ya Allah. Cape banget deh aku,” kata Arum dengan memijat sendiri pundakny

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 44

    BAB 44 “Mama kenapa bisa begini, Bel?” Tanya Mas Bara dengan cemas. “Iya Mas, nggak tahu katanya dadanya sesak,” ucapku dengan cemas. Melihat mama yang kini hanya terdiam tidak bisa berbicara panjang lebar. “Ya udah, bara akan telfon dokter untuk ke sini ya,” ucap Mas bara dengan cepat. Sungguh aku takut banget kalau mama kenapa-kenapa. Aku terus memijat lengan mama dengan lembut sambil menunggu kedatangan dokter. Kini sang dokter datang dan ternyata mama di suruh di rawat di rumah sakit. “Memangnya nggak bisa disini aja ya dok?” tanyaku kepada dokter. “Nggak bisa Bu, maaf sekali karena kondisinya benar benar tidak baik,” jawab dokter itu. Akhirnya aku dan Mas Bara sepakat membawa mama ke dokter. Mungkin aku harus sabar lagi. Seperti biasanya aku menemani mama di rumah sakit. Sungguh aku sangat sedih sekali. Malam ini mama terus menerus minta ini dan itu. Aku merasa tidak di berikan waktu untuk istirahat. “Ma, udah ya ma. Aku mau istirahat dulu ya, ma,”

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 43

    “Kaget ya? ada aku disini?” tanya Arum dengan kedua mata berlensa itu terbuka lebar melihatku. “Kamu ngapain disini Arum?” tanyaku masih belum mengizinkannya masuk. “Ya, mau ketemu Mas Bara dong, masa mau ketemu kamu sih,” kata Arum dengan wajah kesal. “Nggak bisa Arum, kamu harus pulang sekarang juga,” tegasku dengan cepat di hadapannya. “Siapa, Bel?” tanya mama dengan mendekat ke arahku. “Oh ini, Ma,” ucapku lalu terpaksa membuka pintu dengan lebar lebar. “Sore, Tante, saya mau ketemu sama produser Bara ada? Saya mau tanya tanya tentang casting film,” ucap Arum dengan sok ramah. “Oh, iya iya silahkan masuk,” seru mama dengan cepat dan mempersilahkan Arum masuk. Arum seketika itu melihatku dengan sinis dan ia langsung saja duduk di sofa ruang tamu ini. “Kalau gitu biar mama yang panggil Bara ya, kamu disini aja Bel,” kata Mama kepadaku. Lalu dia langsung pergi ke kamar Mas Bara. Setelah mama pergi. Aku kembali melihat Arum dengan wajah sinis ya. “K

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 42

    Hari ini Mas Bara tidak pulang malam seperti biasanya. Mas Bara pulang jam setengah tujuh. Aku menyambutnya dengan ramah. Kucium punggung tangan Mas Bara yang penuh dengan kerja keras itu. Aku buatkan dia minuman hangat berupa STMJ susu telur madu jahe. Pasti dia suka sekali. “Ini Mas, buat kamu. Supaya badan bisa lebih hangat,” ucapku kepada Mas Bara sambil memberikan cangkir kecil ini. “Apa ini, Bella?” Tanya Mas Bara melihat minuman yang berwarna kuning kecoklatan itu. “Itu susu telur madu jahe mas,” jawabku tersenyum. “Hem, enak banget baunya,” hidung Mas Bara di dekatkan kepada cangkir. Kini Mas Bara langsung menyeruput minuman itu dengan nikmat. “Gimana enak 'kan Mas?” tanyaku penasaran. “Hem, mantap! Enak banget, satu cangkir aja sih nggak cukup kayaknya,” seru Mas Bara sambil melihat cangkir yang di pegangnya. “Masih banyak kok, Mas di dapur,” jawabku dengan lembut. Kebahagian seorang istri itu begitu sederhana. Mendapatkan pujian dari sang s

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 41

    Pagi hari yang cerah. Aku bersyukur kali ini Mas Bara berada di sampingku. Kebahagian sederhana adalah ketika bangun tidur dan menengok melihat teman hidup di samping kita. Itu saja sudah sangat bersyukur. Kondisi Mas Bara mulai membaik meski agak pusing sedikit katanya. Mama juga sangat mewanti-wanti sekarang kalau Mas Bara pergi pasti dia selalu mengingatkan agar berdoa dan pasang sabuk pengaman. “obatnya udah di minum 'kan Mas?” tanyaku kepada Mas Bara yang sibuk menata kertas kertas untuk di masukan ke dalam tasnya. “Iya, udah aku minum, Bel,” jawab Mas Bara singkat dengan menutup tas kerjanya. “Oh, Iya Mas. Ini ada bekal buat makan siang,” ucapku tersenyum sembari memberikan kotak yang sudah ku isi dengan makanan kesukaan Mas Bara. Mas Bara terlihat bingung sesaat melihat kotak yang masih aku pegang ini. “Tadi udah di bawain bekal sih, sama Arum,” tangan Mas Bara menggaruk kepala bagian belakangnya. Aku mengernyit penasaran. “Bekal dari Arum? Arum ke s

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 40

    *** “Assalamu’alaikum?” ucapku yang sudah ada di ruang makan. “Walikumsalam, Bella,” jawab Mama sambil tangannya di cium olehku. “Loh? Bara mana? Kenapa kamu sendirian aja?” tanya Mama dengan melihat ke belakangku. “Iya, Ma. Tadi Mas Bara tiba tiba di telfon sama bosnya. Ya otomatis aku harus pulang sendiri deh, ma. Tapi nggak papa kok, ma,” ucapku dnegan berbohong kepada mama. “Ya sudah sini duduk, dulu,” ajak mama dengan melihat tempat duduk yang kosong di sebelahnya. “Jadi gimana kamu di hotel? Aman kan semuanya? Enak nggak disana?” tanya mama kepadaku dengan antusias. “Iya, Ma. Enak banget disana. Aku seneng banget bisa menghabiskan waktu bersama Mas Bara,” jawabku dengan senyum manis yang di buat buat. “Syukurlah, Bella. Semoga tahun ini ya, kamu bisa hamil. Amin ya Allah,” ucap mama dengan penuh harapan. Wajahnya melihatku dengan hangat. Aku memegang tangan mama dengan lembut. “Insya Allah doa mama terkabul ya, ma..Bella akan mengusahakan keinginan

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 39

    Hari ini aku sudah siap dengan segalanya. Perasaan itu akan aku jaga. Aku akan berusaha untuk tenang nantinya. “Kita langsung jalan aja ya sayang,” kata Mas Bara dengan pakaian santai. Namun ia membawa pakaian untuk nanti akad. “Yaudah, yuk!” jawabku mencoba tegar. Aku dan Mas Bara sudah mengatakan kepada mama di hari sebelumnya. Kalau kita berdua akan pergi berdua saja ke sebuah wisata pantai. Mama percaya dan sangat senang melihat kemesraan aku dan Mas Bara kala itu. Lebih tepatnya adalah kemesraan palsu. “Sudah siap, ya?” sapa mama yang melihat aku dan Mas Bara dengan bergandengan tangan dan berpakaian santai namun tetap terlihat keren. “Kalau gitu Bella sama Mas Bara berangkat ya, Ma,” ucapku sambil tersenyum. Ya Allah maafkan aku, Ma. Aku berbohong demi kebaikan mama juga. “Ya sudah kalian hati-hati ya di jalan. Yang lama juga nggak papa. Sekalian honeymoon juga nggak papa kok. Pulangnya nanti besok aja, ya kan? Bara kamu pesen hotel dong nanti di sana. Yah y

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 38

    Aku sudah sangat siap bertemu dengan Arum. Kulihat diriku di bayangan cermin. Gamis panjang dan kerudung segiempat yang menutupi dada. Sementara wajahku yang bersih dan putih aku biarkan tanpa bedak. Aku hanya memakai sedikit pelembab dan krim agar terlihat lebih segar. Kedua bulu mataku memakai maskara supaya mata ini terlihat lebih bagus. Kini aku sudah sampai di sebuah kafe yang terlihat hanya ada beberapa orang saja. Aku memasuki kafe itu dan aku naik ke tangga. Karena aku sudah memesan tempat di atas. Kakiku sudah sampai di lantai atas. Kulihat pemandangan hiruk pikuk jalanan terlihat ramai. Angin segar juga menyapaku di tempat ini. Aku duduk dengan tenang. Hati ini ada sedikit rasa gugup. Tetapi aku berusaha tenang dengan cara beberapa kali menghirup nafas dan mengeluarkannya lembut. Sekitar sepuluh menit dua minuman sudah datang di meja. Cangkir itu berisi kopi dan dua kue kecil yang ada di atas piring terlihat cantik. Hari ini aku akan bertemu seorang peremp

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 37

    “maksud kamu, aku bisa menjalani poligami ?” tanyaku dengan serius. “Iya kamu bisa,” kata Ayu dengan yakin. “Lagian nih ya. Kalau kamu mundur itu emang bisa buat kamu bahagia? Belum tentu kan? Kamu masih harus memulai dengan yang baru. Kalau kamu maju juga nggak ada yang salah kan? Kalau kamu maju mempertahankan rumah tangga kamu. Kamu bakalan dapat pahala yang lebih besar. Kamu merawat mama mertua dengan sabar. Kamu juga menjadi istri yang di madu. Tapi kamu tetap sabar. Ya udah sih, tujuan kita hidup di dunia ini kan untuk akhirat kelak. Bukan untuk egoisnya kita. Kalau kita egois mungkin udah dari dulu kamu cerain Bara. Tapi ini kamu mikirnya untuk kebaikan kamu di akhirat nanti. Jadi kamu nggak usah mundur,” jelas ayu dengan yakin. “Toh, kalau kamu maju Mas Bara juga masih sayang kan sama kamu. Jadi untuk apa juga kamu mundur?” Ayu seolah meyakinkan aku untuk tetap mempertahankan rumah tangga. “Makasih ya atas semua nasihat kamu, Yu. Aku akan pikir matang-matang ten

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status