Home / Romansa / AIR MATA PERNIKAHAN / 5. UNTUK APA KEMBALI

Share

5. UNTUK APA KEMBALI

Author: Ilaina
last update Last Updated: 2021-12-10 08:12:48

   “Mbak Bella ke mana sih, Mas Bara? Sudah malam begini kok belum pulang juga yah?" tanya Marni sambil menuangkan air putih di gelas majikannya.

   "Udah kamu nggak usah tanya-tanya itu. Tugas kamu di sini cuma masak sama bersih-bersih ngerti?" 

   Wanita dengan pipi chubby itu mengangguk dengan perasaan kecewa. Ia langsung pergi dari ruang makan setelah selesai menyiapkan makan malam untuk majikannya.

   "Mbak Bella ke mana ya? Sudah aku telfon berakali-kali tapi nggak diangkat juga," ucap Marni dengan risau. Ia teringat kembali saat malam itu terbangun akibat suara umpatan marah yang keras sekali.

   "Ya Allah, semoga keluarga Mbak Bella baik-baik aja. Amin ya Allah," doa Mirna dengan serius.

   Bara yang sibuk mengunyah makanannya tiba-tiba mendengar ponselnya berbunyi. 

   "Bara, kenapa kamu baru angkat telepon dari aku?" Suara kesal seorang wanita terdengar.

   "Aku juga butuh istirahat. Sejak kejadian itu aku jadi pusing," kata Bara dengan wajah menelan pil pahit.

   Arum tidak senang mendengar jawaban itu dari Bara.

   "Ya, kamu angkat telpon aku dong, lagian cuma sebentar aja. Aku tuh, telpon kamu udah dari semalaman tau, nggak? Bisa nggak sih, kamu lebih mementingkan aku dibanding istrimu itu yang sok kecantikan! bentak Arum dengan kesal.

   "Stop! Jangan bahas istri aku. Kamu nggak tahu apa-apa tentang dia. Aku kan, udah bilang kalau aku butuh istirahat. Oke, aku minta maaf sama kamu kalau semalem aku nggak angkat telpon kamu," kata Bara sambil menghembuskan nafas pelan. Pria ini seakan tidak mau kehilangan janda mudanya.

   "Iya aku maafin kok, sayang. Oh ya, kamu hari ini berangkat kerja, kan? Aku kangen nih sama kamu," 

   "Nggak tau deh, sekarang aku lagi bingung," 

   "Yah, kok jawabnya gitu. Emang kamu ada acara apa coba?" tanya Arum dengan sangat penasaran.

   "Mama bilang mau ke rumahku dan aku bingung sekarang Bella lagi di mana. Aku nggak mau kalau sampe Mamah tau tentang masalah ini. Kamu tahu kan? Kalau  Mamah bakalan kambuh kalau ada apa-apa. Aku sayang sama Mamaku," kata Bara dengan suara tegasnya.

   "Ya sudah kalau begitu aku nurut aja sama kamu. Tapi kamu janji ya nggak boleh ninggalin aku. Aku mau kita sampe nikah!" kata Arum dengan manja yang tegas.

   "Iya, udah kamu tenang aja. Aku nggak akan ninggalin kamu. Aku sayang kamu Arum. I love you. Sudah dulu ya, sayang," ucap Bara dengan lembut.

   "Oke, kamu jaga kesehatan ya, sayang. I love you too," kata Arum lalu menutup telponnya.

   Bara kini menghembuskan nafas lega. Wajahnya kini menampakkan keseriusan. Ia memikirkan bagaimana caranya mencari Bella.

   "Bella di mana, ya? apa dia ada di rumah orang tuanya? Kalau benar ada di sana. Terpaksa aku harus ke desa menjijikan itu,” keluh Bara dalam hati.

   Ia mencoba kembali menelpon Bella. Siapa tahu telpon bisa tiba-tiba di angkat oleh Bella. Jari-jari Bara menyentuh layar ponsel. Ia menelpon sang istri dengan harapan bisa berbicara dengan istrinya. Beberapadetik panggilan telah terjawab. Bara langsung saja berwajah lega.

   "Bella, kamu di mana sekarang?" 

   "Kamu nggak usah cari aku. Aku ada dimana itu urusanku, bukan urusanmu," jawab Bella dengan jutek.

   "Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Bara dengan ragu.

   "Iya, aku baik-baik aja."

   "Syukurlah, kamu ada di mana? Aku susul kamu, ya. Aku mau bicara sama kamu, Bella," kata Bara dengan suara seakan memohon.

   "Kamu nggak usah temuin aku," ucap Bella lalu dengan cepat menutup ponsel .

   "Sial!" umpat Bara dengan kesal.

   "Kenapa sih, dia keras kepala banget," kata Bara dengan menggebrak meja makan.

   Mirna yang sedang berjalan menuju ruang makan mendengar suara itu.

   "Astaghfirullah! ada apa, Mas Bara? Saya kaget loh, Mas!" 

   "Udah kamu cepat beresin makanan ini. Aku mau pergi sebentar. Kamu jaga rumah ya!" perintah Bara dengan jutek.

   Mirna hanya bisa menggeleng pasrah sambil melihat tuannya berjalan pergi.

   “Ganteng-ganteng kok jutek banget ya," bisik Mirna sesaat.

   ***

   "Kamu nggak mau pulang aja ke rumahmu, Nak?" tanya seorang ibu kepada anaknya.

   Bella menggeleng sambil melihat luar jendela dengan hamparan sawah berwarna hijau.

   "Gimana kamu ini Bella. Kamu nggak mau cerita masalah rumah tangga kamu. Kamu juga nggak mau pulang ke rumah suamimu. Ibu jadi bingung. Coba kamu cerita sama ibu. Siapa tahu ibu bisa bantu kamu," saran sang ibu membuat wanita dengan hijab panjangnya itu menoleh ke arah ibunya.

   "Bu, Bella takut cerita sama ibu. Bella cuma nggak mau mengumbar aib Mas Bara. Bella takut jadi istri durhaka, Bu.”

   "MasyaAllah, sayang. Baguslah, kalau kamu mempunyai pemikiran seperti itu. Tetapi kamu juga salah kalau harus di sini dan nggak mau pulang," kata sang ibu sambil memegang kedua lengan anaknya.

   Bella menunduk dengan perasaan sedih. Ia ingin pulang ke pelukan suami tercinta. Tapi apalah daya takdir tidak bisa mengabulkan itu saat ini. Sudah jelas sang suami tidak mencintanya.

   "Bella ingin pulang ke rumah Mas Bara, Bu. Tapi Bella sakit hati, Bu. Mas Bara benar-benar jahat sama Bella," ucap wanita dengan kedua mata berkaca-kaca.

   "Sabar ya, Nak,” Sang ibu memeluk anaknya dengan lembut.

  "Semua pasti ada jalan. Kalau memang kamu harus merasakan sakit. Semoga sakitmu bisa terbayar nantinya. Kamu harus kuat sayang. Meskipun kamu nggak mau cerita apa masalah yang menimpa rumah tanggamu. Tapi ibu cuma mau berpesan. Kamu harus sabar tentang semua yang di hadapi di depan mata. Ingat! Setan itu selalu menggoda di dalam rumah tangga. Tipu daya setan itu benar-benar mengerikan. Kamu jangan sampai lalai mengerjakan ibadah. Kamu ngerti kan maksud ibu?" 

   Bella hanya bisa mengangguk. Ia sudah mengerti tentang nasihat ibunya itu. Pasalnya sudah sering dirinya curhat dengan sang ibu perihal masalah keluarga dan ibunya pasti selalu berpesan. Apapun masalahnya jangan sampai ada kata cerai. Karena setan itu di anggap sukses kalau sudah berhasil menceraikan suami istri. 

   Bella bergidik merinding saat ingat kembali nasehat sang ibu beberapa waktu lalu. Ia juga sama sekali tidak ingin bercerai dengan Bara. Karena Bara adalah cinta yang ajaib baginya. Dulu Bara adalah kakak kelas yang sangat disukai secara diam-diam oleh Bella. Tahun berganti tahun hingga mereka di pertemukan lagi. Lalu Bara tiba-tiba langsung melamar Bella. Betapa ajaibnya cinta itu. Bella sama sekali tidak menyangka saat itu.

   ***

   Gerimis malam hari di sebuah desa kecil membuat hawa terasa dingin. Hujan-hujan kecil membuat mata Bella tidak mau beralih dari jendela. Ia terus memandang sawah yang sunyi dengan lampu-lampu temaram yang jauh. Hatinya merasa nyaman melihat keindahan semesta alam. Ia bersyukur kedua matanya masih bisa berjumpa dengan lukisan indah di depannya.

   Pandangan Bella tiba-tiba terbuka lebar. Ia melihat mobil sang suami mendekati halaman rumah orang tuanya. Hati Bella berdegup kencang. Bisakah ia meredam emosinya untuk saat ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 45

    BAB 45 “Kamu gimana sih, Mas? Kenapa malah aku yang harus jagain mama kamu?” Keluh Arum saat sudah pulang dari rumah sakit. Ia benar benar kelelahan sekali. “Heheh, maaf ya, habis gimana dong. Kan aku mau kerja. Siapa lagi kalau bukan kamu. Bella di telfon juga nggak di angkat,” kata Mas Bara dengan santai terus melihat ekspresi kasihan Arum yang membuatnya lucu. “Kayaknya nih, ya Mas, Bella sengaja deh mau ngerjain aku,” kata Arum sambil menuangkan air panas di cangkir yang berisi bubuk kopi. “Sengaja gimana maksud kamu?” tanya Mas Bara bingung. “Iya, lah dia sengaja bikin aku supaya ke rumah sakit terus nemenin mama kamu deh, gila ya mas. Aku tuh bener bener cape banget.loh, memenuhi semua keinginan mama kamu. Udah gitu apa yang di minta mama kamu itu ada yang bikin kesal banget. Kaya ngebacain dia majalah,terus juga koran. Ngupasin buah apel, buah anggur. Buah anggur aja minta di kupas mas. Ya Allah. Cape banget deh aku,” kata Arum dengan memijat sendiri pundakny

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 44

    BAB 44 “Mama kenapa bisa begini, Bel?” Tanya Mas Bara dengan cemas. “Iya Mas, nggak tahu katanya dadanya sesak,” ucapku dengan cemas. Melihat mama yang kini hanya terdiam tidak bisa berbicara panjang lebar. “Ya udah, bara akan telfon dokter untuk ke sini ya,” ucap Mas bara dengan cepat. Sungguh aku takut banget kalau mama kenapa-kenapa. Aku terus memijat lengan mama dengan lembut sambil menunggu kedatangan dokter. Kini sang dokter datang dan ternyata mama di suruh di rawat di rumah sakit. “Memangnya nggak bisa disini aja ya dok?” tanyaku kepada dokter. “Nggak bisa Bu, maaf sekali karena kondisinya benar benar tidak baik,” jawab dokter itu. Akhirnya aku dan Mas Bara sepakat membawa mama ke dokter. Mungkin aku harus sabar lagi. Seperti biasanya aku menemani mama di rumah sakit. Sungguh aku sangat sedih sekali. Malam ini mama terus menerus minta ini dan itu. Aku merasa tidak di berikan waktu untuk istirahat. “Ma, udah ya ma. Aku mau istirahat dulu ya, ma,”

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 43

    “Kaget ya? ada aku disini?” tanya Arum dengan kedua mata berlensa itu terbuka lebar melihatku. “Kamu ngapain disini Arum?” tanyaku masih belum mengizinkannya masuk. “Ya, mau ketemu Mas Bara dong, masa mau ketemu kamu sih,” kata Arum dengan wajah kesal. “Nggak bisa Arum, kamu harus pulang sekarang juga,” tegasku dengan cepat di hadapannya. “Siapa, Bel?” tanya mama dengan mendekat ke arahku. “Oh ini, Ma,” ucapku lalu terpaksa membuka pintu dengan lebar lebar. “Sore, Tante, saya mau ketemu sama produser Bara ada? Saya mau tanya tanya tentang casting film,” ucap Arum dengan sok ramah. “Oh, iya iya silahkan masuk,” seru mama dengan cepat dan mempersilahkan Arum masuk. Arum seketika itu melihatku dengan sinis dan ia langsung saja duduk di sofa ruang tamu ini. “Kalau gitu biar mama yang panggil Bara ya, kamu disini aja Bel,” kata Mama kepadaku. Lalu dia langsung pergi ke kamar Mas Bara. Setelah mama pergi. Aku kembali melihat Arum dengan wajah sinis ya. “K

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 42

    Hari ini Mas Bara tidak pulang malam seperti biasanya. Mas Bara pulang jam setengah tujuh. Aku menyambutnya dengan ramah. Kucium punggung tangan Mas Bara yang penuh dengan kerja keras itu. Aku buatkan dia minuman hangat berupa STMJ susu telur madu jahe. Pasti dia suka sekali. “Ini Mas, buat kamu. Supaya badan bisa lebih hangat,” ucapku kepada Mas Bara sambil memberikan cangkir kecil ini. “Apa ini, Bella?” Tanya Mas Bara melihat minuman yang berwarna kuning kecoklatan itu. “Itu susu telur madu jahe mas,” jawabku tersenyum. “Hem, enak banget baunya,” hidung Mas Bara di dekatkan kepada cangkir. Kini Mas Bara langsung menyeruput minuman itu dengan nikmat. “Gimana enak 'kan Mas?” tanyaku penasaran. “Hem, mantap! Enak banget, satu cangkir aja sih nggak cukup kayaknya,” seru Mas Bara sambil melihat cangkir yang di pegangnya. “Masih banyak kok, Mas di dapur,” jawabku dengan lembut. Kebahagian seorang istri itu begitu sederhana. Mendapatkan pujian dari sang s

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 41

    Pagi hari yang cerah. Aku bersyukur kali ini Mas Bara berada di sampingku. Kebahagian sederhana adalah ketika bangun tidur dan menengok melihat teman hidup di samping kita. Itu saja sudah sangat bersyukur. Kondisi Mas Bara mulai membaik meski agak pusing sedikit katanya. Mama juga sangat mewanti-wanti sekarang kalau Mas Bara pergi pasti dia selalu mengingatkan agar berdoa dan pasang sabuk pengaman. “obatnya udah di minum 'kan Mas?” tanyaku kepada Mas Bara yang sibuk menata kertas kertas untuk di masukan ke dalam tasnya. “Iya, udah aku minum, Bel,” jawab Mas Bara singkat dengan menutup tas kerjanya. “Oh, Iya Mas. Ini ada bekal buat makan siang,” ucapku tersenyum sembari memberikan kotak yang sudah ku isi dengan makanan kesukaan Mas Bara. Mas Bara terlihat bingung sesaat melihat kotak yang masih aku pegang ini. “Tadi udah di bawain bekal sih, sama Arum,” tangan Mas Bara menggaruk kepala bagian belakangnya. Aku mengernyit penasaran. “Bekal dari Arum? Arum ke s

  • AIR MATA PERNIKAHAN   BAB 40

    *** “Assalamu’alaikum?” ucapku yang sudah ada di ruang makan. “Walikumsalam, Bella,” jawab Mama sambil tangannya di cium olehku. “Loh? Bara mana? Kenapa kamu sendirian aja?” tanya Mama dengan melihat ke belakangku. “Iya, Ma. Tadi Mas Bara tiba tiba di telfon sama bosnya. Ya otomatis aku harus pulang sendiri deh, ma. Tapi nggak papa kok, ma,” ucapku dnegan berbohong kepada mama. “Ya sudah sini duduk, dulu,” ajak mama dengan melihat tempat duduk yang kosong di sebelahnya. “Jadi gimana kamu di hotel? Aman kan semuanya? Enak nggak disana?” tanya mama kepadaku dengan antusias. “Iya, Ma. Enak banget disana. Aku seneng banget bisa menghabiskan waktu bersama Mas Bara,” jawabku dengan senyum manis yang di buat buat. “Syukurlah, Bella. Semoga tahun ini ya, kamu bisa hamil. Amin ya Allah,” ucap mama dengan penuh harapan. Wajahnya melihatku dengan hangat. Aku memegang tangan mama dengan lembut. “Insya Allah doa mama terkabul ya, ma..Bella akan mengusahakan keinginan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status