Share

2. AKU MULAI CURIGA

   “Mas, pulang jam berapa?" tanya Bella dengan suara lembut.

   "Nggak tahu nih, kayanya masih lama. Kamu sabar ya. Mas pasti pulang kok," Suara itu seperti terdengar terpaksa oleh Bella. Wanita dengan rambut panjang sedada itu berwajah masam. Ia kesal mendengar jawaban dari suaminya itu.

   "Memangnya ada kerjaan apa lagi sih, Mas. Sudah mau sore begini masa belum kelar," Bella menggerutu.

   "Aku tungguin habis maghrib ya. Kamu udah harus pulang. Aku kangen, Mas. Hehehe ...." ucap Bella tersenyum sendiri. Ia ingini sekali memeluk suaminya.

   "Hem ... Iya. Aku usahain ya,” jawab Bara malas. Ia menutup panggilan dari sang istri dengan cepat.

   "Loh, kok dimatiin sih! Padahal aku mau bilang i love you," Gusar Bella dengan menubrukkan diri ke kasur.

   "Apa aku coba telfon lagi ya?" tanya Bella sendiri. Ia pun segera menelpon kembali sang suami.

   "Hallo, Mas aku mau bilang sesuatu," kata Bella dengan cepat. Ia takut mengganggu suaminya yang sedang bekerja.

   "Iya, ada apa lagi Bella?" tanya Bara dengan wajah kesal di seberang sana.

   "I love you, Mas.” Kalimat itu terdengar lirih namun diiringi dengan perasaan penuh kasih.

   "Iya, I love you too Bella. Udah dulu ya. Mas lagi kerja," terdengar singkat namun Bella merasa sudah lega sekarang.

   "Oke, Assalamualaikum."

   "Walikumsalam."

   Bella menghembuskan nafasnya pelan. Perasaannya kini mulai tenang. Kalimat sederhana yang diucapkan oleh mereka berdua memang biasa. Namun itu membuat perubahan yang lebih indah dari biasanya.

***

   "Mbak, bangun Mbak," Telapak tangan Mirna menggoyang goyangkan lengan wanita berwajah putih itu dengan pelan.

   Bella langsung membuka matanya dengan perasaan kaget. Pemandangan jendela dengan tirai putih bercahaya orange.

   "Mbak Bella, udah mau maghrib Mbak bangun," seru Mirna. 

   Bella akhirnya duduk dengan pelan. Ia melihat jam dinding kotak yang menempel di tembok. Pukul setengah enam sore. 

   "Kenapa kamu baru bangunin aku, Mir?"

   "Ya Allah, Mbak Bella udah Mirna bangunin beberapa kali dari jam empat. Tapi nggak bangun- bangun," jawab Mirna dengan bibir mengerucut.

   "Mas Bara udah pulang, Mir?" tanya Bella sambil mengucek matanya.

   "Belum, Mbak. Mungkin habis maghrib sudah sampai sini," kata Mirna dengan asal.

   Setelahnya Bella mandi air hangat dan bersiap untuk sholat maghrib. Seusai sholat ia berdoa dengan sangat khusyuk.

   "Ya Allah yang maha penyayang. Sembuhkanlah luka hatiku, agar aku sanggup membalas sakit hati dengan senyuman. Ya Allah jujur saja aku benar benar merasa sakit sekali saat melihat Mas Bara dan wanita itu di mobil sedang berciuman. Semoga apa yang aku lihat bukanlah perselingkuhan suamiku. Semoga apa yang di jelaskan oleh suamiku itu benar. Kalau dia tidak benar benar melakukan adegan itu. Ya Allah kuatkanlah hamba yang lemah ini. Ampunilah dosaku ya Allah. Jika karena dosaku engkau mengujiku seperti ini. Tolong ampunilah dosaku Ya Allah. Amin ya rabbal alamin," kedua telapak tangan Bella mengusap wajah dengan hangat.

   Kini perasaannya begitu lega karena semua yang ada di dalam hatinya kini sudah tercurahkan kepada sang Maha segalanya. Pukul sebelas malam tiba. Mata Bella mulai terasa mengantuk. Berulang kali ia menguap dan berkedip kedip terus. Berusaha untuk terus membuka matanya lebar lebar.

   "Ya Allah! Mas Bara lagi di mana sih? Kenapa dia jam segini belum pulang juga?" tanya Bella dengan sendirinya. Ia kini berdiri sambil mengintip keluar dengan membuka sedikit gorden abu abu.

   Terlihat suasana malam sepi sekali.  seperti hatinya yang sunyi. Perasaan gundah mulai muncul saat menengok ternyata jam menunjukkan pukul dua belas malam. Bella menghembuskan nafas dengan geram.

   "Astaghfirullah hal adzim,” ucap Bella dengan duduk bersender kembali sambil mengelus dadanya.

   "Mas, mas kamu kenapa Hpnya mati? Kamu dimana, Mas? Ya Allah ya Rabbi ...." 

   Seketika Bella kaget saat suara petir menyambar. 

   "Subhanallah," ucap Bella dengan memegang dadanya. 

   Suara petir itu benar benar menakutkan namun lebih menakutkan kalau suaminya sampai berani berselingkuh.

   "Ya Allah, jangan hujan dulu, ya! Aku mohon, soalnya Mas Bara belum pulang," ucap Bella dengan wajah khawatir.

   Ia kembali melihat layar ponsel dan melihat nama kontak suaminya. Segera saja ia menelfon. Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Kini Bella mendengar suara mobil. Ia segera membuka gerbang yang tidak terlalu besar milik rumahnya itu. Mobil masuk ke dalam parkiran rumah yang terlihat pas sekali untuk ukuran mobil.

   Kini pria dengan kemeja putih dan jaket hitam itu keluar dari mobil. Wajah oval itu terlihat kelelahan. Matanya bahkan tidak melihat wajah sang istri yang ada di depannya. Kakinya berjalan begitu saja memasuki rumah.

   "Ya Allah, Mas kenapa baru pulang?"

   "Aku capek Bella. Lebih baik kamu buatkan aku susu putih hangat," kata laki laki yang kini membuka jaketnya dan meletakkannya di kasur.

   "Capek! Aku juga capek, Mas. Aku nungguin kamu sampai ngantuk banget kaya gini. Aku bela-belain nungguin kamu sampai malem banget kaya gini. kenapa sih kamu nggak jawab telfon aku?  Udah gitu telfonnya mati lagi. Kamu seharusnya ngabarin aku dong, Mas! Aku ini istri kamu, Mas!" kekesalan Bella meluap di depan wajah suaminya.

   "Suami baru pulang malah diomelin kaya gini. Aku tuh, kerja banting tulang sampai malem kaya gini, tuh! Buat kamu Bella!" seru sang suami sambil membuka kemeja putihnya. Lalu ia bergegas menganti baju dengan kaos dalem putih. Lalu duduk di kasur dengan wajah masih kesal.

   Bella mengambil jaket dan kemeja serta tas suaminya. Ia menaruh barang barang itu pada tempatnya. Setelahnya ia duduk di samping suaminya.

   "Mas, kamu tahu nggak sih kalau ada hadist yang menjelaskan kalau sunahnya itu menyegerakan pulang ke keluarganya, setelah menunaikan tugas hendaknya jangan menunda-nunda dengan melakukan hal yang bukan menjadi tugas atau tujuan safar," kata Bella dengan tegas. Sangang suami melirik masa bodo.

   "Kamu pasti habis kerja, terus main sama teman kamu ya, Mas? Ngopi-ngopi nggak jelas atau main futsal atau jangan-jangan, kamu sama Arum?” Mata Bella mengintimidasi.

   "Stop! Bella stop!” kini mata teduh itu berubah ganas menatap wajah Bella dengan penuh amarah.

   "Kamu jangan sembarangan nuduh Bella. Otak kamu itu nggak pernah berpikir positif sama aku. Kamu juga nggak usah ngomongin tentang Arum. Dia cuma teman aku Bella!"

   "Ya sudah," seru Bella dengan suara keras.

   "Sekarang kamu jelasin sama aku kenapa kamu bisa pulang malem banget kaya gini ha?" Suara itu terdengar tinggi sekali hingga menggelegar ke seluruh ruangan membuat asisten rumah tangga mereka. Mirna, membuka matanya dengan pelan. Mirna kaget sekali mendengar sang majikan bertengkar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status