Share

6. BELLA TIDAK INGIN PULANG

“Mau apa kamu ke sini, Mas?” tanyaku melihat Mas Bara yang baru saja menginjakkan kaki di teras rumah.

“Bella?” Mas Bara mendekatiku. Aku langsung saja menyingkir dari pijakanku. Aku samasekali tidak sudi berdekatan dengan penghianat seperti dia.

“Aku ke sini mau jemput kamu,” ucap Mas Bara dengan lirih.

“Aku mau di sini aja,” jawabku dengan jutek.

Mas Bara duduk di kursi kayu. Dia menarik nafas pelan dan menghembuskannya. Apa dia mencoba untuk tidak emosi di rumah ibuku?

“Mama akan ke rumah nanti. Kamu harus ada di rumah Bella. Apa yang akan mas katakan jika kamu tidak ada di rumah,”

“Mama mau ke rumah?” tanyaku tak percaya. Aku juga merasa kasihan dengan Nama jika ke rumah dan tidak ada aku. Dia pasti akan sedih dan mencariku.

“Ya, untuk itu kami harus pulang sekarang juga,” seru Mas Bara setengah tegas.

Aku melirik bingung sambil memegang keningku. Di tengah pertengkaran aku dan Mas Bara. Kenapa Mama harus berkunjung ke rumah?

“Eh, ada kamu Bara. Kok, ibu nggak di kasih tau sih, Bel,” ucap ibu basa-basi. Wanita dengan kerudung panjang itu berjalan mendekat ke arah Mas Bara.

“Udah dari tadi ya, Bar?”

Mas Bara reflek berdiri dan mencium tangan ibuku.

“Baru sebentar kok, Bu,” jawab Bara menggaruk kepala bagian belakang. Ia terlihat ragu-ragu. Mungkin Mas Bara pikir aku sudah bercerita kepada ibuku tentang perselingkuhannya.

“Ya sudah kalau begitu ibu buatkan minuman dulu ya,” kata ibu memegang lengan Mas Bara lalu pergi masuk ke dalam.

Aku melihat Mas Bara yang menunduk dengan gerakan gusar. Aku yakin dia sedang tidak nyaman.

“Tenang aja Mas. Aku nggak akan menceritakan soal kamu yang selingkuh,” ucapku menenangkan Mas Bara.

“Maaf, Bella aku belum bisa jujur,” kata Mas Bara lalu menelan salivanya.

Memikirkan tentang Mama kembali. Aku berusaha memendam emosiku. Tubuhku mencoba duduk di sebelah Mas Bara.

“Mama bilang apa aja?” tanyaku dengan datar tanpa melihatnya.

“Mama cuma bilang kalau akan ke rumah dan juga mengatakan kalau mama kangen sama kita berdua. Aku harap kamu jangan mengecewakan mama,” Mas Bara terlihat penuh harap.

Aku menghembuskan nafas kesal.

“Aku nggak pernah ngecewain mama. Justru kamu, Mas,” semburku menatap Mas Bara.

“Udahlah, jangan bertengkar di sini, Bella,”

Aku terdiam saat ibuku telah muncul dengan nampan yang berisi dua cangkir. Tanganku mengambil satu demi satu cangkir kecil itu. Ku letakkan di atas meja. Tepat di depan Mas Bara dan yang satunya di depanku.

“Makasih ya, Bu,” ucapku melihatnya sambil tersenyum.

Kini ibu ikut duduk di depan kami berdua. Wajahnya terlihat berseri.

“Bara, pasti ke sini untuk jemput Bella, 'kan?”

“Iya, Bu. Soalnya nanti mama akan ke rumah. Jadi pasti mama nyariin Bella,” kata Mas Bara tersenyum sopan. Di tersenyum seakan tidak mempunyai salah samasekali.

“Oh, begitu ya? Ya sudah kalau gitu Bella pulang aja ke rumah ya? Ibu di sini nggak papa kok, lagian juga ada Bi Sumi yang nemenin ibu,” kata ibu dengan menatap wajahku. Dia seolah membujuk aku dengan kedua matanya.

Aku menunduk kesal. Ingin sekali emosiku di keluarkan. Aku tidak ingin ke rumah itu. Bayangan tentang Mas Bara yang selingkuh dengan Arum di kamarku sendiri membuatku begitu kesal. Tapi aku juga tidak tega dengan mama mertuaku. Dia pasti akan mencariku dengan khawatir.

Mas Bara memegang punggung tanganku. Bertingkah seolah ingin mencairkan suasan yang tadinya beku.

“Bella, Mas Bara minta maaf ya? Mas Bara tau ini semua salah Mas Bara. Mas Bara benar-benar minta maaf. Kamu pulang ya Bella. Ikut sama Mas Bara naik mobil ya, sekarang?”

Cih! Suara lembut Mas Bara benar-benar ingin membuatku muntah. Pintar sekali dia bersandiwara.

“Aku nggak tahu, Mas. Nanti aku pikir-pikir dulu. Aku mau di sini dulu malam ini,” ucapku dengan datar. Ku lepaskan tangan Mas Bara.

Ibu melihatku dengan kecewa.

“Aku istirahat dulu ya, Mas. Aku capek,” seruku dengan cepat lalu masuk ke dalam.

Biarkan saja Mas Bara berkata apapun untuk membujug aku pulang. Pokoknya malam ini aku mau bermalam di sini sama ibu. Aku memasuki kamar dan duduk mematung. Hatiku sangat sakit mengingat kembali gambaran saat Mas Bara berada di kasur bersama Arum.

“Aku benci! Aku benci! Aku benci!” teriakku dalam batin sambil meneteskan air mata.

***

“Kamu sabar ya, Bara. Wanita memang seperti itu. Jika dia sedang marah pasti hanya ingin sendiri. Ibu harap kami jangan terlalu memaksa Bella. Nanti juga Bella akan pulang. Ibu yakin itu,” kata seorang ibu yang bernama Sukma itu dengan suara lembutnya.

Bara tersenyum kecil sambil menunduk lalu melihat ibu mertuanya.

“Iya, Bu. Bara usahakan tidak akan memaksa Bella. Ya, semoga saja Bella mau pulang secepatnya. Karena Bara tidak enak dengan mama. Mama juga nanti akan sedih jika tidak ada Bella di rumah. Ibu tahu 'kan? Kalau mama sayang banget sama Bella,”

“Iya, ibu tahu itu. Nanti pelan-pelan ibu akan bujug Bella supaya dia mau pulang ke rumah,” ucap Sukma wanita lembut itu.

Bara mengangguk paham.

“Bella sih, tidak mau bercerita masalah apa yang menimpa kalian berdua. Tapi ibu yakin kalian berdua pasti bisa menyelesaikannya sendiri,” jelas Sukma ibu mertua yang baik hati.

Bara lega ternyata benar apa yang di katakan Bella. Kalau Bella tidak bercerita kepada ibu tentang dirinya yang selingkuh.

“Baguslah, Bu. Bara juga malu kalau ada masalah rumah tangga seperti ini. Sebenarnya ini hanya masalah sepele 'kok, Bu,” Dengan gampangnya Bara mengucapkan kalimat itu.

“Sesepele masalah. Itu adalah masalah. Ibu harap kalian berdua cepat-cepat menyelesaikannya,” kata Sukma dengan tersenyum melihat Bara.

“InsyaAllah, Bu. Kalau gitu Bara pamit pulang dulu, ya Bu.”

Mobil Bara kini pergi dari halaman rumah yang di depannya terdapat sawah-sawah kecil. Malam itu Bara sangat bingung sekali. Bagaimana kalau nanti Bella benar-benar tidak pulang ke rumah. Pasti sang mama akan sedih dan jatuh sakit. Bara juga bingung akan mengatakan apa kepada mama soal Bella yang tiba-tiba kabur.

Di tengah pikiran Bara yang sedang kacau. Ia membelokkan setir mobilnya menuju jalan yang berbeda. Ia tidak jadi pulang ke rumah. Arumsari adalah tujuannya malam ini. Bara tidak mau ambil pusing. Ia segera bergegas ke rumah kos-kosan sang wanita selingkuhannya.

Menurut Bara Arum adalah sosok wanita yang bisa mendamaikan jiwa Bara. Bara sangat jatuh cinta dengan wanita janda itu. Meski Arum janda namun pesonanya sangat menarik kamu laki-laki yang melihatnya. Malam itu Bara bermain kasih bersama Arum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status