Share

11. Menuju Padepokan Lelembut

Ajeng Ratri benar-benar murka, Dia sama sekali tidak menghentikan serangannya. Wanita sepuh itu terus melontarkan energi panas. Bahkan, kekuatannya melebihi yang sebelumnya. Sayang, kekuatan besar Ajeng Ratri malah menambah kehancuran alam mimpi yang dia kuasai.

“Kau membuatku murka Tirtadunya!”

“Seharusnya Kau murka kepada dirimu sendiri, Nyai. Bukankah Kau sendiri yang menghancurkan tempatmu ini? He?”

“Semua karena Kau mencampuri urusanku!”

“Tentu saja ikut campur, Nyai ... Karena aku adalah bagian dari mereka,”

“Tirtadunya ... Sadarlah ... Kau berada di alam ciptaanku ... Artinya aku adalah dalang di tempat ini ... Eh eh eh” Ajeng Ratri mengibaskan tangannya.

Gumpalan merah melesat dan memendarkan aura panas di sekitarnya. Dedaunan seketika layu, udara menghangat dan pengap. Bahkan, kondisi diwilayah itu menjadi temaram disertai kabut jingga.

***

Beberapa saat berada di tempat persembunyian membuat Ajiseka bosan, ia hanya mendengar ledakan-ledakan dan sesekali mendengar ocehan kedu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status