"Maaf Tante, gak sengaja tidur dipangkuan Tante. Habis nyaman sih, kayak tidur dipangkuan Mama. Bedanya kalau mama sambil elus-elus rambut Andika. He he he," ucap Andika sambil garuk-garuk kepala."Tidak apa-apa, Andika. Tuh lihat mata Andika ada tai matanya," ucapku sambil membersihkan kotoran di sudut matanya karena habis tidur."Terima kasih Tante, Tante baik sekali. cantik sekali lagi. Gak kalah sama Mama cantiknya, Pa. Mau dong Tan, di ajak jalan-jalan nanti sambil digandeng tangan Tante. Boleh ya, Pa, Andika minta di ajak jalan-jalan sama Tante Rini," rengek Andika."Kalau Papa sih boleh saja. Tapi kamu tanyakan dulu sama Tante Rini, mau gak? Lagian Tante Rini juga sibuk gak kayak kamu main game Mulu kerjaanya," cecar Reyhan sambil keluar dari mobil. Begitupun aku dan Andika sama keluar dari mobil lalu berjalan beriringan."Ya, aku main game kan karena kesepian Pa, gak ada Mama. Coba ada Mama, ada yang nganterin sekolah, ada yang nganterin berenang, ada yang nganterin beli buku
POV PramonoPagi itu saya pergi jogging selepas mengantar Naomi ke sekolah bersama teman-teman relasi bisnis, sehabis jogging kami duduk cari sarapan kopi di pinggiran kota, sambil menunggu waktu menjemput Naomi di sekolah.Ya, sekarang saya yang antar jemput Naomi sendiri. Sebab saya khawatir kejadian penculikan itu terjadi lagi karena kelengahan Reno.Saya sangat menyayangi Naomi, apalagi ia adalah kemungkinan anak saya meski dari hasil hubungan gelap. Saya tak ingin terjadi apa-apa dengannya. Bahkan Reno sekalipun saya ancam jika terjadi apa-apa dengan Naomi maka berhadapan dengan saya.Naomi begitu lucu menggemaskan dan cantik. Tiap hari saya selalu meluangkan waktu mengajaknya jalan-jalan selepas pulang sekolah. Segala permainannya saya penuhi, makanan maupun hobby dia saya salurkan. Naomi terbilang anak yang penurut dan tidak neko-neko. Namun begitu, saya ingin melihat ia bahagia karena selama ini ia pasti tidak pernah mengenyam rasa bahagia hakiki semenjak lahir ia harus hidup
POV DONAHari demi hari sudah aku lalui di sel Tahanan ini. Sungguh tidak menyenangkan sama sekali berada di tahanan. Sudah mirip di neraka rasanya. Orang-orang yang menghuni pun kumuh-kumuh penampilannya. Cuma aku aja yang paling cantik dan bersih. Namun, jika aku kelamaan di sini bisa jadi kecantikanku akan memudar. Duh gawat. Padahal perawatan kecantikan itu mahal. Sia-sia dong selama ini aku sering ke klinik kecantikan untuk mempertahankan kecantikanku.Ini semua gara-gara bocah udik itu. Aku masuk penjara, digugat cerai oleh Reno, Andrean juga masuk sel, belum dapat hartanya Reno lagi. Huh! Sial ... Sial ....!Di sel aku juga kerap di bully. Katanya model dan calon artis sinetron kok masuk tahanan. Katanya banyak duit kok, duitnya gak bisa membebaskan dari sel tahanan. Benar-benar ya, mereka kelewatan. Tidak sudi aku kumpul dengan kalian para penjahat. Kalau aku bukan penjahat. Aku anak pejabat teras, calon artis sinetron mana level duduk dan tidur satu tikar dengan kalian. H
Bab 48Alhamdulillah, sudah beberapa puluh rumah sudah deal. Lumayan upahnya bisa untuk menyambung hidup.Kring kring kringTerlihat nomor tak di kenal di layar ponselku."Hallo, selamat sore, ini Rini marketing PT Indah Propertindo, dengan siapa yah? Ada yang bisa saya bantu?" jawabku."Nte! Ini Andika, Nte," Suara anak kecil laki-laki terdengar diseberang telfon."Oh, Andika, apa kabar Andika, ini nomer kamu yah, kok gak pakai nomer Papa kamu?" ucapku sambil tersenyum."Iya Nte, ini nomer Andika, simpan ya, Nte.""Kabar baik Nte, ini Nte, Besok Andika mau pindahan ke rumah Baru, Nte ke sini yah?" ucap Andika."Oh, sudah mau pindahan, ya, Insya Allah, emang barang-barangnya sudah di pindah ke rumah baru semua?" tanyaku."Sudah Nte tadi siang, rumah sudah kosong. Ini Andika tinggal di hotel Nte sama Papa, mau bicara sama Papa gak Nte?" ucap Andika."Gak usah, Papa kamu kan sibuk, besok kalau Tante jadi ke sana kan ketemu," ujarku."Gak sibuk kok Dek, Rini. he he he. Kami mau adakan
49Acara doa bersama di rumah mas Reyhan berlangsung sederhana saja. Hanya mengundang tetangga kompleks. Sembari memperkenalkan diri sebagai warga baru. Aku juga ikut membantu mempersiapkan hidangan untuk tamu undangan hingga acara selesai. Bersih-bersih piring dan gelas bekas hidangan.Pekerjaanku usai sekitar jam sembilan malam. Akhirnya aku pamit pulang."Mas, Rini pamit pulang, ya," ucapku ketika seluruh perabotan, piring dan gelas sudah aku bereskan bersama Bi Iyem."Tunggu, Mas antar ya, udah larut malam. Ntar ada apa-apa lagi di jalan, yah," ucap Mas Reyhan."Gak usah Mas, Rini biasa sendiri kok, insya Allah gak ada apa-apa," ucapku menolak dengan halus."Gak, kamu yang mengundang aku jadi aku tanggung jawab hingga kamu pulang, Ok," ucap Mas Reyhan."Nte, nginap sini aja, Nte, ntar tidurnya sama Andika saja, yah," ucap Andika tiba-tiba.Mas Reyhan memalingkan wajahnya ke arah Andika. "Andika ... Sssttt ...." ucap Reyhan melarang Andika."Terima kasih Andika, masa Nte tidur di
POV RENOWeekend ini, kemana, ya, di rumah juga sepi, Naomi dirumah Mama. Atau aku ajak jalan-jalan Noami saja. Kalau jalan sendiri tak enak gak ada yang diajak ngobrol.Tapi bagaimana cara mengajak Naomi agar diijinin sama Papa?Donita? Yah, Donita! Aku bisa ngajak Donita ke rumah Papa kemudian menjemput Naomi. Pasti di kasih!Segera ku pencet nomor ponsel Donita.Akhirnya tersambung juga."Selamat pagi Bu, apa kabar?" Sapaku sesopan mungkin kepada Donita."Pagi juga, Pak Reno," jawab Donita."Kok panggil Pak, kan kesepakatan panggilannya Mas," ucapku."Kok panggil Ibu, katanya mau manggil Nama," jawabnya."Oh, iya, Bu, eh, iya, Mbak, eh, iya Dek Donita, ma-ma-maaf he he he," ucapku sambil terkekeh."Ada apa nih, mas Reno," tanya Donita."Mmm, Mas mau minta tolong. Temenin Mas jemput Naomi dirumah Papaku yah, rencana Mas mau ajak Naomi jalan-jalan mumpung weekend, kamu sibuk gak?" tanyaku."Gak sibuk sih, boleh, sekarang?" jawabnya."Iya, Bu, sekarang eh, Dek Donita, iya sekarang
Kami memasuki restoran seafood menjelang senja.Restoran ini tempatnya bagus. Berada di pinggiran pantai. Jadi saat duduk di kursi dan meja makan. Mata kita dimanjakan dengan pemandangan laut apalagi menjelang senja begini. Di kejauhan terlihat kelap-kelip lampu gedung-gedung tinggi menjulang. Menambah kecantikan pemandangan."Pa, tempat papa kerja, gedung yang mana, Pa? Terlihat gak Pa, dari sini?" ucap Andika."Kamu lihat itu gedung paling tengah dan ada tower runcing di ujung gedung. Itu dia," ucap Mas Reyhan. "Wah keren.""Pa, kapan-kapan, Nte Rini, Andika ajak ke kantor Papa, ya, boleh gak?" tanya Andika."Kalau Nte Rini boleh, kalau Andika gak boleh soalnya biang rusuh!" ucap Reyhan."Papa tuh yang rusuh! Mau ngerebut Nte Rini dari tangan Andika," goda Andika lagi."Sudah, sudah, jadi makan gak kita, ini? Mau pesan apa, Andika, Mas Reyhan?" ucapku."Andika mau udang goreng dan ikan hiu bakar. Ma, eh, Nte, hi hi hi," ucap Andika."Mana ada ikan hiu, Dika!" ucap Reyhan gemes."Ya
Bab 52POV ReyhanEntah kenapa Andika begitu lengket dan nurut dengan wanita itu. Yah, Rini, wanita yang kukenal waktu aku membeli sebuah rumah melalui dia dan melalui dia juga rumahku bisa laku dengan cepatnya.Entah kenapa selain Andika yang tiba-tiba menyukainya. Aku juga penasaran dengan wanita itu. Wajahnya yang ayu dan teduh membuat hatiku bergetar. Padahal aku yang memiliki relasi banyak tentu sering berjumpa dengan wanita cantik. Bahkan pegawai kantorku yang sebagian juga diisi para wanita karir juga tentu memiliki paras yang cantik.Tapi dengan Rini. Entah kenapa, kecantikannya lain. Bukan cantik sih lebih ke ayu dan manis hingga tak jemu mata memandang. Selain memiliki paras yang ayu. Andika, anak semata wayangku sangat menyukainya. ia langsung akrab dan lengket juga manja kepadanya. Mungkin rasa nyaman terasa pada diri. Andika dengan sikap dan tutur katanya. Ia tidak genit juga tidak pendiam. Ia bisa mengimbangi kejahilan Andika. Ia tidak mudah marah lebih ke sabar. Aku jad