Share

Part 4.Awal Corona.

Penulis: Anjani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-24 14:18:59

Aku Bukan Menantu Impian

Part 4.Awal Corona.

Suamiku mendapat pekerjaan merupakan kabar yang menggembirakan bagiku. Setidaknya ada sedikit harapan untuk membayar utang bank tiap bulannya, juga untuk ongkos sekolah kedua anakku, dan untuk kami makan sehari hari.

Beberapa bulan kemudian memang mas Ridwan kerja di kandang ayam seperti yang telah di katakan padaku. Sementara aku masih tetap menekuni usahaku buka salon potong rambut.

Usaha kecil kecilan.Kadang ada langganan datang satu atau dua orang.Tapi kadang tak satupun yang datang. Bahkan sampai berhari-hari.

Tak apalah.Namanya juga baru buka usaha, apalagi di tempat yang baru juga.

Cobaan belum selesai.

Wabah Corona datang menimpa seluruh penjuru dunia. Usaha kandang ayam di mana suami ku bekerja tutup. Katanya untuk sementara waktu saja. Karena ayam hasil panen tak bisa terjual ke luar daerah, akibat PPKM. Akhirnya merugi. Hasil panen di jual dengan harga yang sangat murah untuk menutupi biaya operasional. Itupun tidak tertutup semua.

Suamiku kembali menganggur. Sementara akibat dampak Corona, warga desa menerima dana BLT. Bantuan Langsung Tunai dari pemerintah.Setiap KK yang terdampak mendapat uang 600 ribu tiap bulan.Begitu juga Ibu Mertua.

Tapi tidak dengan ku. Aku belum menjadi warga desa di mana aku bertempat tinggal saat ini, karena belum selesai pengajuan pindah KK.

Bertepatan dengan bulan Ramadan, keluargaku benar benar berpuasa. Jangankan untuk membeli makanan berbuka puasa, untuk membeli sekilo beraspun kadang tak ada.

Jangan di tanya rasanya, saat ekonomi keluarga ku benar benar ada di titik nol. Sementara keluarga lain mendapatkan bantuan dari pemerintah, aku tidak mendapatkan apapun dan dari manapun. Kesulitan yang luarbiasa, yang harus keluarga kecilku alami.

Penduduk warga desa yang lain, dengan penuh semangat dan berseri seri mendatangi Balai Desa untuk mengambil uang bantuann. Kapan lagi mendapat uang sebanyak itu. Tunai dan gratis lagi. Setelahnya, mereka berbondong bondong pergi ke pasar membeli sembako dan keperluan yang lain. Begitu juga Ibu Mertua.

Tapi, Ibu tidak membawa apapun ketika pulang. Ku lihat sekilas ada yang berkilau di jemarinya.Yang berarti Ibu hanya membeli cincin dengan uang bantuan itu, karena memang Ibu tidak kekurangan kalau hanya soal sembako. Sangat kontras dengan kehidupan keluargaku.

Ya Allah, seandainya aku dapat uang sebesar itu, pasti aku akan membeli beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih dan keperluan makan untuk anak-anak ku. Sederhana.Tapi begitu mustahil untuk terwujud.

Aku masih terus berhayal.Tak terasa air mataku mengalir.

'Ya Allah, berilah aku kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan ini, doaku.

Beberapa hari kemudian, kulihat Ibu mertua membereskan dapur. Membawa meja kecil dan membawa kompor satu tungku. Juga sebuah tabung gas ukuran tiga kilo.

"Saya mau masak sendiri," ujarnya.

"Namanya juga satu orang ngelawan kalian berempat ya saya yang kalah."

Rasa tak enak kurasakan.

Bagaimana kalau tetangga melihat ini. Orang tua yang sudah cukup renta, masak aja harus sendiri, batinku. Apa yang dipikirkan orang tentang aku, menantu seperti apa aku.

Tapi sebodo amatlah. Itu maunya kok. Bukan mauku.

Tapi bilang apa dia tadi.Orang satu lawan empat ya kalah. Kalah apanya? Kalah banyak makannya? Ya Allah Bu bu. Ibu juga ngga pernah beli apa apa semenjak Mas Ridwan bekerja.Bayar listrik dan sebagainya ibu tidak pernah mau tau. Mungkin Ibu takut uangnya termakan aku atau anak anakku.

Lagi pula mereka cucumumu Nek, pikirku. Apa Kau merasa rugi?

"Ya ga papa Bu. Yang penting Ibu seneng," jawabku.

Beberapa hari kemudian, Dewi keponakan Mas Ridwan menghampiriku.

"Di beliin apa Mba sama Bu De?" tanyanya.

"Beli apa sih Wi?" aku balik bertanya.

"Kan Bude abis terima uang sewa sawah. Masa ngga di beliin apa apa?"

"Oooo. Mungkin abis buat beli kompor dan gas. Sekarang masak sendiri Wik."

"Yahhhh. Masa duit lima juta ngga ngasi cucunya. Ini bulan puasa lagi. Emang dia super pelit Mba orangnya."

" Biarlah Wik. Aku dah mulai terbiasa ngadepinnya,"jawabku.

Itulah mungkin yang di katakan para tetangga ketika aku baru tinggal di sini. Pelitnya sudah pasti. Bahkan jajanpun di umpetin di balik bajunya. Kalau makan di dalam kamar.Tapi aku tak pernah ambil pusing. Aku tak pernah memikirkan nya. Bahkan anaku pun sepertinya sudah sangat biasa dengan kelakuan Neneknya.

Walau aku berfikir, tidak seharusnya Ibu berbuat seperti itu. Boleh benci bahkan pelit padaku. Tapi tidak dengan anak anakku. Mereka cucunya. Masih darah dagingnya. Aku takut mereka akan membenci neneknya, hingga kelak nanti dewasa.

Tapi, kembali aku ingat Ipah anak bontotnya, yang pergi meninggalkannya. Minggat kekampung suaminya karena selalu bermusuhan dengan Ibunya. Ipah anak kandungnya. Lahir dari rahimnya.

Apalagi cuma aku dan anakku, yang mungkin tak pernah ada artinya atau tak pernah di anggap siapa siapa baginya.

****

Pagi ini Ku lihat Ibu sibuk mematut baju. Sepertinya Ibu habis belanja baju baru. Ada beberapa potong. Ada juga sepasang sandal yang di kenakan sambil berjalan jalan di depan kaca lemarinya.

Sedikit banyak, aku cukup mengenal siapa mertuaku. Duniawinya masih menguasai diri.. Emosinya masih tak bisa di jaga. Sedangkan usianya telah senja. Tak ku temukan sedikit pun sifat seseorang yang punya fikiran bijaksana layaknya orang tua.

Memang. Dulu Ibu termasuk orang yang cukup berada. Orang tuanya punya banyak tanah di mana mana. Walaupun kebanyakan tanah itu di jual untuk modal nikah. Memang ayahnya Mertuaku dulu punya istri banyak. Sampai akhirnya beliau meninggal, tapi masih mewariskan rumah ini dan dua petak sawah yang kini di sewakan oleh Ibu.

Bersambung,,

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part71. Anton pulang kampung.

    Aku Bukan Menantu Impian part71. Anton pulang kampung.Mama Yani dan ayah Ridwan juga Fara menyambut kedatangan sang tamu.Tpi mereka sempat heran. Bawaan keluarga ini banyak sekali."Begini, Ridwan dan Yani, sebelumnya saya minta maaf," ucap Anton ketika mereka sudah duduk di ruang tamu. "Sebenarnya saya akan pindah kekampung ini lagi. Sejak saya kena PHK, saya sudah tidak bekerja lagi. Rumah saya sudah di jual. Jadi saya membawa keluarga saya untuk tinggal di sini."Mereka semua terkejut dengan keputusan Anton. Mereka dulu yang ngotot menjual rumah dan sawah milik orangtuanya untuk biaya kuliah anaknya dan untuk membeli mobil. Sekarang mereka sudah tak punya apa-apa lagi di kampung. Tapi malah mau tinggal di kampung. Mobil mereka juga sudah terjual."Ya, sudah. Enggak papa. Untuk sementara waktu, kalian tinggal di sini," ucap ayah Ridwan."Tapi, gimana ya. Kita nggak ada kamar lagi," tutur mama Yani ragu.Meskipun kamar Fara dan Novi akan sering kosong karena kemungkinan juga merek

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 70, Novi menikah.

    Aku Bukan Menantu Impian part 70, Novi menikah.Menyadari perubahan sifat mertuanya, hati Fara makin berbunga. Wanita itu kini memang berubah lebih perhatian pada Fara dan kedua anaknya. Seminggu sekali Bu Manda pasti datang dengan berbagai alasan. Membawa segala macam makanan untuk Galih dan Gania. Fara juga dapat jatah. Bu Manda sering membawakan Fara berbagai macam olahan ikan gurame. Kadang di asama manis, kadang di goreng, kadang juga di bakar. Bahkan sekarang, pak Angga sudah membuat kolam ikan di belakang rumah. Supaya tidak perlu membeli jika ingin masak ikan.Walau begitu memang perhatian Bu Manda lebih cenderung ke Gania. Maklumlah, Bu Manda tak punya anak perempuan. Jadi kasih sayangnya di tumpahkan untuk cucu perempuan nya. Setiap datang selalu saja membawa baju yang cantik buat Gania. Katanya modelnya lucu lucu. Sedang untuk galih, hanya sesekali Bu Manda memberikannya. Kata Bu Manda modelnya bikin bosan. Itu itu saja. Ya, memang itu adanya. Tapi sudahlah. Tak apa. Ba

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 69. Dua hari di rumah mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 69. Dua hari di rumah mertua.Besok hari Minggu. Jadi hari ini mereka akan menginap. Dari pagi hingga siang hari rumah pak Angga memang ramai. Dua orang cucunya sudah membuat kedua kakek nenek itu heboh.Galih begitu senang bisa berlarian dengan riang. Sedang Gania lebih banyak tidur. Bik Sumi uplek saja di dapur. Banyak sekali yg akan di masaknya hari ini. Gurame asam manis, goreng ayam. Soto juga sudah di siapkan bumbunya untuk besok. Semua adalah masakan kesukaan Andi dan Fara. Hari ini mereka di jadikan tamu istimewa atas perintah Bu Manda. Bu Manda juga tak pernah jauh dari Gania. Di dekapnya sepanjang hari. Hanya akan di serahkan pada Fara jika sedang ingin menyusu saja.Fara juga tidak boleh mengerjakan apapun. Setelah menoyusui Gania ia hanya boleh menonton tv dan tiduran. Kalau terlihat membantu bik Sumi, maka Bu Manda akan ngomelin bik Sumi. Pokoknya kontras dengan sikap Bu Manda beberapa waktu yang lalu.Sedang pak Angga juga sibuk dengan Gali

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 68. Bersatunya menantu dan mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 68. Bersatunya menantu dan mertua.Silih berganti hari hari datang dan pergi. Kehidupan Fara berlalu dan mengalir begitu saja. Dua bulan kini usia Gania.Dua bulan juga lamanya Bu Manda tak menampakkan diri di hadapan Fara. Sedangkan mama Yani, ayah Ridwan juga Novi hampir setiap minggu mereka menjenguk Galih dan Gania. Keduanya tumbuh dengan lucu.Suatu pagi, di mana Andi sedang menikmati hari bersama istri dan kedua anaknya.Ponsel Andi berbunyi nyaring."Asalamualaikum ayah," sapa Andi melihat nama ayah nya di layar handphone."Waalaikum salam. Andi, bisakah kamu datang dengan istri dan anak anakmu, ibumu sedang sakit. Tapi nggak mau di bawa kerumah sakit. Dia hanya ingin di tengok kamu,""Yah, maaf ya. Ibu hanya menginginkan Andi. Sementara Andi sekarang sudah beristri dan punya anak. Kalo ibu tak menginginkan keluarga Andi, berarti ibu tak perlu berharap kedatangan Andi. Andi nggak bisa ninggalin mereka, Yah. Mereka tanggung jawab Andi,""Makanya

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 67. Gania Putri Anggara

    Aku Bukan Menantu Impian part 67. Gania Putri Anggara Beberapa menit yang lalu, ponsel Andi yang di silent itu bergetar. Tapi saat itu masih jam kerja. Andi mengacuhkannya.Sekarang sudah jam istirahat. Andi sudah duduk di kantin untuk makan siang. Ia juga sudah pesan makanan yang di inginkan. Hari ini hari pertama masuk kerja sejak pulang dari rumah sakit. Kondisinya juga sudah cukup baik. Biaya rumah sakit kemarin menguras seluruh uangnya. Untung ayah Ridwan dan ayahnya ikut membantu. Kalau tidak, mungkin uangnya sendiri tidak akan cukup untuk membiayai biaya mereka berdua. Untuk saat ini, Andi memang belum mau menggunakan uang istrinya. Walau ia tau tabungan Fara juga cukup lumayan karena usahanya maju akhir akhir ini.Mengingat sekarang sudah tambah anak berarti tambah pula biaya hidupnya. Semangat kerja Andi pulih berkali lipat. Walau baru kemarin pulang dari rumah sakit ia juga tak mau berlama-lama libur.Andi mengambil ponselnya dan membukanya. Sebuah pesan wa masuk dari

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 66. Pulang.

    Aku Bukan Menantu Impian part 66. Pulang.Novi mengambil Galih dari gendongan Andi."Kak Fara sudah siuman ya?" tanya Novi."Iya. Sudah. Tau dari mana?""Ayah yang telpon,""Apa nggak papa Galih kita bawa masuk keruang ibunya?""Nggak papa kak. Sebentar saja. Kasian dia kangen ayah ibunya. Galih nanyain kalian terus. Tapi untung dia nggak rewel, pintar lho dia. Sepertinya ngerti ayah ibunya dalam kesusahan,""Oh iya. Kamu pintar ya nak? pinter lah. Kan sudah punya adik. Itu adik nak,"Andi menunjukkan pada Galih kalau di dalam sana ada adiknya. Lucunya anak itu malah tak merespon, membuat Andi gemas sendiri. Di ciumnya kembali anak sulungnya itu. Tak percaya sudah punya anak dua. Sepasang lagi. Siapa yang tak bahagia cobak?"Kita jenguk kak Fara," usul Novi."Ayok,"Di depan ruang rawat Fara mama Yani, ayah Ridwan dan pak Angga sudah ada di sana. Sepertinya mereka baru keluar dari ruangan rawat Fara."Sudah tengok kak Fara?" tanya Novi."Sudah, tapi tak boleh lama lama. Waktunya di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status