“Eh, sanaan, Mas! Aku lagi sibuk.”Jujur, Iriani benar-benar gugup. Namun juragan ini juga tak ingin berhenti. Ditempelkannya tubuh besarnya pada tubuh mungil istri mudanya ini. Membuat iriani benar-benar terkejut. Hingga mixer di tangannya hampir saja melompat keluar dari wadah berisi adonan kue itu. Bahkan mentega yang masih belum teraduk sempurna, sebagian terciprat mengenai celemek bergambar sendok garpu yang digunakan istrinya ini.“Saya juga ingin sibuk, tapi sibuknya sama kamu.”Suara berat itu semakin membuat bulu kuduk Iriani merinding. Ia benar-benar tak nyaman dengan situasi ini. Selain tangannya terkena mentega tadi, juga karna dia belum mandi, dan lelaki ini.“Sana, Mas!”Iriani menghardik pelan. Namun segera saja bibirnya itu disambar dengan cepat oleh sang juragan. Pemandangan brutal yang membuat mbok Siti menahan langkah, dan kembali mundur dengan senyum tertahan di bibir.Tuannya terlihat begitu bahagia.“Ayo ke kamar,” Juragan Darsa menarik dengan cepat pergelangan i
Darsa menatap nanar lembaran foto yang berserak diatas meja kerjanya. Ternyata firasat ibunya tentang kekasihnya itu, benar adanya. Meski lelaki ini juga sudah menduga-duga sebelumnya.Kemudian ia tersenyum miring. Menahan amarah yang hampir meledak, saat melihat foto Diani sang kekasih yang lari di hari pernikahan pernikahan mereka terlihat menggandeng tangan seorang lelaki. Seolah ia butuh perlindungan dari lelaki itu. Lelaki yang begitu Darsa kenal dengan baik. Sangat kenal.Diani rupanya sedang bersama Haidar. Sepupu tiri Darsa yang beberapa bulan ini terang-terangan ingin merebut sebagian harta warisan milik Darsa.“Fu*k! Tak tahu malu. Dasar ja**ang!”Kemarahan itu benar-benar mengganggu rasa lelaki bermata tajam ini. Ia memang sudah curiga dengan gerak gerik Haidar beberapa minggu kemarin. Namun ia tak menyangka ternyata sang kekasih hati bersekongkol dengan keparat itu.Pantas saja, mantan resepsionis hotel itu terlihat menghindari dirinya akhir-akhir ini. Tak sampai disitu,
Sesal tak pernah datang terlebih dahulu. Kehadirannya selalu terlambat. Membawa kekecewaan ataupun kebahagiaan.Entahlah.Masa yang akan menjawab semuanya.Seperti perasaan Diani yng tiba-tiba gamang. Dimana dirinya saat ini?Bahkan kebebasan yang dijanjikan padanya saat membawanya dari penjara cinta juragan Darsa. Malah membuatnya semakin tak bebas.Bahkan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya pun, tak sebebas dulu. Lalu dimana kebebasan itu.Dan rasa apa ini?Sesalkah?“Lagi melamun apa?”Haidar sejak tadi memperhatikan wanita yang dulu pernah merajai hatinya. Ia berhasil mencuri wanita ini dari lelaki yang sejak dulu masuk dalam daftar musuh yang harus ia kalahkan. Lelaki yang sejak dulu tak terkalahkan. Lelaki yang sejak dulu mendapat tempat dan tahta nomor satu di hati semua orang.Lelaki yang lahir dari istri kedua seorang juragan kaya di masa lalu.Hanya dari istri kedua.“Mas, aku nggak dengar kamu masuk.”sebab istri pertama sang juragan tak mampu memberinya seorang ketu
“Ada apa kiranya, hingga pak Bahar nekat menemuiku?”Juragan Darsa menatap cukup tajam pada lelaki paruh baya yang tertunduk dan terlihat salah tingkah.Lelaki bermata tajam ini, tak menyangka bila paman dari Iriani ini nekat datang menemuinya. “Eh, itu Juragan.” Bibir hitam lelaki ini tampak ragu untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Sebab ini menyangkut uang. Sedangkan utang yang lalu saja baru lunas. Itupun lunasnya diselesaikan dengan cara yang tak lazim.“Katakan!”Juragan Darsa tak ingin berlama-lama menghadapi lelaki licik ini. Ia tahu kedatangannya bukan untuk melihat atau sekadar menyapa keponakannya.“Saya butuh uang lagi, Juragan. Dan maaf, saya kira utang yang kemarin dengan Iriani sebagai jaminannya itu lebih dari cukup. Maksud saya, juragan bisa meminta Iriani menjadi pembantu di rumah ini tanpa perlu membayar upahnya,” katanya dengan suara dipelankan. Seolah takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.Betapa tak berperasaan seorang paman seperti Bahar ini. Harusnya
“Riani! Masya Allah. Aku, kangen banget sama kamu.”Fida memeluk sahabatnya itu dengan erat. Terakhir mereka bertemu hari tiga minggu yang lalu. Sehari sebelum Iriani dinikahi juragan Darsa. “Aku, juga kangen sama kamu, Fid!”“Kamu nikah kok nggak bilang-bilang? Sombong ya sekarang, udah jadi nyonya.” Fida menggoda kawannya ini. Berita pernikahan Iriani dan juragan Darsa tersebar begitu cepat. Pernikahan mendadak yang menimbulkan kehebohan di kalangan para pekerja. Bukan saja karna Iriani dinikahi pemiliki usaha tempat mereka mencari nafkah, tapi juga kabar tentang calon mempelai perempuan yang kabur di hari pernikahan.“Dinikahi orang kaya malah kabur.”“Apa iya juragan Darsa itu ada kelainan, makanya mbak Diani kabur?”“Kira-kira Iriani bahagia nggak sih, mendadak dinikahi sama juragan. Secara kan, kehidupan mereka bagai bumi dan langit.”Banyak komentar yang Fida dengar tentang pernikahan sahabatnya ini. Hari itu juga sebenarnya Fida mengirim pesan pada Iriani, menanyakan kabar t
Kenapa kita harus kesini, Mas?" Iriani bertanya dengan gugup. Sebab ia tak menyangka bila akan dibawa ke hotel oleh juragan Darsa. Memang tak ada masalah, sebab mereka suami istri. Namun Iriani juga tak akan lupa statusnya di hati lelaki ini. Hanya istri di atas kertas!"Mau hukum kamu!"Entahlah. Rasa-rasanya juragan Darsa ingin kembali ke hari dimana saat ia menghalalkan Iriani sebagai istrinya. Ia ingin mengulang hari itu dengan hati yang lapang. Namun ia tak ingin mengulang kata-kata pedas yang diberikannya untuk perempuan sabar ini."Hukum? Karna apa, Mas?" tanya Iriani jadi bingung. Jujur saja, selain gugup. Iriani juga begitu takjub melihat pemandangan dibawah sana.Juragan Darsa membawanya ke salah satu kamar yang terletak di lantai lima hotel ini.Dari kamar ini, Iriani bisa melihat laju kendaraan yang lalu lalang di temaram waktu magrib ini.Lampu-lampu jalan yang mulai menyala satu persatu, juga lampu kendaraan yang tampak kerlap kerlip di kejauhan sana begitu menarik m
Rasa lega yang Iriani rasakan tadi ternyata tak lama. Setelah kemarahan bertubi juragan Darsa muntahkan untuk anak buahnya di telepon tadi, malah membuat lelaki berhidung bangir itu membutuhkan sesuatu untuk melegakan amarahnya.Bayangan mantan kekasihnya bersama sepupu tiri yang berkhianat menari-nari di kepalanya. Juragan Darsa bukan cemburu, tapi lelaki ini merasakan marah dan geram. Lelaki ini merasa begitu tak berharga. Diselingkuhi sedemikian rupa oleh wanita yang mati-matian ia bela di depan ibunya.“Iriani!” panggilnya dengan suara berat dan wajah yang memerah menahan geram dan amarah.“Y-ya, Mas.” Iriani menajwab dengan gugup, sebab melihat bagaimana tadi murkanya lelaki ini. Entah apa yang disampaikan oleh anak buahnya di seberang sana, hingga segala macam umpatan keluar dari mulut lelaki ini.“Kamu istriku, kan?”Seperti orang bo doh yang bertanya, padahal ia sudah tahu jawabannya.“Ya, aku istrinya, Mas Darsa.” Iriani coba menjawab dengan lembut. Ia coba menempatkan diri
Apa tadi itu? Kebahagiaan? Atau hanya sekadar pelampiasan rasa seorang lelaki. Ah, bukankah seorang pria bisa membeli walau tanpa rasa. Mungkin Iriani yang terlalu naif. Inginkan sesuatu yang lebih dari sentuhan selembut tadi. Walau ada do’a indah yang mengawali. Namun, tak ada kecupan sayang setelahnya.Sebab juragan Darsa langsung ambruk setelahnya. “Bersih-bersihlah, lalu saya antar kamu pulang duluan,” katanya tanpa menoleh ke arah Iriani yang berusaha menahan perih dan rasa tak nyaman dibawah sana.Bahkan noda merah yang tertinggal di seprei putih itu, hanya dilihat oleh suaminya tanpa ucapan terima kasih atau ucapan apapun yang mungkin bisa menghibur hati Iriani setelah melewati hal baru sambil melepas sesuatu yang begitu berharga dalam hidupnya.Iriani bahkan yakin, tempat dimana juragan ingin membawanya, bukanlah ke hotel tadi.Benar-benar miris dan Iriani kecewa.Kecewa sebab dirinya sudah salah, menilai. Dikiranya juragan Darsa benar-benar ingin memulai hubungan ini selaya