AKU DAN BADAI PERNIKAHANKU

AKU DAN BADAI PERNIKAHANKU

By:  Leend Syahidah  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
35Chapters
4.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aini kira aku tak tahu tentang pernikahan siri yang dilakukannya bersama suamiku. Kau tahu semuanya. Mas Pras sendiri yang menceritakan padaku. Namun, air mataku terlalu berharga untuk menangisi kecurangan mereka di belakangku. Aku tak perlu menangis terlalu lama akan rasa sakit ini. Mereka berdua hanya perlu kubuat jera dengan caraku sendiri. Semua harta akan kuambil dan kubuat mereka tak bisa melupakan bekas tanganku di wajah dan tubuh suami dan sahabatku itu. Nikmati dulu bulan madu kalian! selanjutnya selamat menikmati semuanya dari nol dan rasa malu yang berlipat-lipat.

View More
AKU DAN BADAI PERNIKAHANKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Cilon Kecil
akhirnya di up disini juga ............
2024-04-08 18:27:25
0
35 Chapters
Bab. 1
Pov. Dewi***Aku mengerjap sebentar. Mengatur nafas dengan mata yang rasanya ingin kupejam lagi. Suara alarm di pukul empat dini hari ini membangunkanku yang baru saja terpejam di jam satu malam tadi.Kucari ponsel yang masih memekikkan suara alarmnya.“Benar pukul empat.”Lalu aku gegas bangkit dari pembaringan dan duduk di atas kasur yang cukup empuk ini. rasanya malas betul hari ini. Sudah kebiasaanku akan langsung menuju dapur mengecek bahan makanan untuk kubuat sarapan sebelum melaksanakan dua rakaat.Tentu sarapan untuk mas Pras dan kopi pahit kesukaannya menjadi prioritas rutinitasku di pagi hari. Lalu hampir saja aku benar-benar beranjak saat jemariku merabai bagian dari kasur ini yang kosong.“Ya Tuhan.”Aku bergumam lirih. Ini sudah hampir tiga minggu dan bayangan itu masih begitu rajin menyapaku.Kutarik lagi tanganku lalu kupalingkan wajah melihat bagian yang kosong ini, kemudian kurebahkan kembali tubuhku yang memang terasa lelah. Aku mengerjap lagi memastikan lagi bila
Read more
Bab. 2
Pov. Dewi***“Wi, aku sudah bercerai.”Dengan berlinang air mata Aini menceritakan keadaannya hari itu padaku. Aku pun tak menyangka mengapa Aini bisa ada di kota ini. Bahkan kami sudah cukup lama tak berkomunikasi. Hanya saja sesekali kami masih berbalas komentar atau sekedar menyukai postingan di media sosial yang kami punya.Lebih tepat lagi media sosial milik Aini. Hampir tiap hari ada saja quotes tentang agama atau rumah tangga ataupun kalimat-kalimat galau yang dipostingnya. Kalau aku? Boro-boro memposting status. Sekedar scrol akun tiktok saja kadang malam baru bisa kulakuka. Itupun hanya sebentar saja. Saat menjelang tidur.Sebab pekerjaanku sebagai staf keuangan di salah satu perusahaan distributor consumer goods ternama cukup menyita waktuku. Walau aku hanya sebagai staf, tapi kesibukanku di kantor dan dunia nyataku bersama mas Pras cukup menyita waktu.“Astagfirullah. Apa sebabnya kalian bisa bercerai?”Kupikir suami Aini pria yang baik sebab tak jarang ia memposting kem
Read more
Bab. 3
pov. Dewi***Selanjutnya Aini kerap datang bertamu di rumah kami.Terlebih ketika mas Pras berhasil mendapatkan sebuah lowongan pekerjaan untuknya. Meski hanya sebagai staf administrasi di koperasi karyawan milik perusahaan tempat mas Pras bekerja.Sabtu atau minggu Aini kerap datang berkunjung. Kadang-kadang mas Pras protes sebab ia ingin berdua saja denganku di hari sabtu minggu, tapi Aini yang hadir tanpa diundang tentu tak bisa kami suruh pulang."Apa kamu nggak istirahat, ini hari libur kan?""Di kost sepi. Nggak ada teman."Aku cukup kesal juga hari itu. Saat Aini terlihat memaksakan diri untuk datang ke rumahku, padahal hujan sedang deras-derasnya.Padahal tak ada hal penting juga, dia hanya akan duduk di ruang tamu sambil memainkan ponsel bila bahan pembicaraan sudah habis.Lalu aku dan mas Pras akan nonton sambil berbaring atau sambil duduk dan berpegangan tangan. Inginnya mas Pras kami berpelukan, tapi kehadiran Aini tentu membatasi gerak geriknya. Meski kadang-kadang dia n
Read more
Bab. 4
Pov. Pras***Awalnya aku cukup terganggu dengan kehadiran Aini.Kalau dilihat-lihat teman Dewi itu seperti wanita nelangsa yang membawa beban hati.Kedatangannya yang minta dibantu mencarikan pekerjaan, membuatku sedikit prihatin sekaligus jengkel.Prihatin sebab dia seorang janda yang hidup sendiri, tapi juga membuatku jengkel sebab di hari sabtu dan minggu ia kerap datang mengganggu waktu kebersamaanku dengan Dewi.Tinggal hanya berdua saja, membuatku bebas melakukan kemesraan bersama istriku dimana saja."Eh kok malah kebablasan sih, Mas?"Terngiang saat Dewi protes atas kemesraan yang kupinta di depan tv malah membuat kami berakhir dengan mandi wajib setelahnya.Dimana saja Dewi akan pasrah pada setiap inginku. Dan sabtu minggu adalah waktu khusus untuk kami bermesraan.Sebab dua hari itu adalah hari libur kami. Walau kadang-kadang di akhir bulan Dewi kadang lembur untuk menyiapkan laporan di kantornya.Aku dan Dewi saling mencintai begitu dalam dan sedikit menggebu.Dua tahun
Read more
Bab. 5
Pov. Pras***Keberanian Aini dibalik wajah polosnya membuat darah lelakiku ikut tertantang.Aku tak menyangka, di balik penampilannya yang jauh lebih tertutup dari Dewi ternyata Aini menyimpan sesuatu sungguh berbahaya bagi seorang lelaki.Ah, aku rasa Aini sengaja memancing seekor kucing dengan ikan segar.Dan aku, ...Terpancing."Laki-laki bisa beristri dua, Mas."Aini semakin berani saja. Bahkan ia tak segan menyentuh jemari atau sekadar memukul lengan atau pundakku.Bahkan aku yang terbuai sensasi keberaniannya seolah mulai lupa dengan kekesalanku padanya di awal-awal ia datang dulu."Kenapa sudah jarang ke rumah?""Nggak kuat cemburunya, Mas.""Cemburu?""Ya. Aku cemburu kalau lihat Dewi nyender di dada kamu. Aku kan juga pengen.""Haha. Ada-ada aja kamu."Namun tak ayal wajahku memerah.Baru kali ini ada perempuan yang membuatku salah tingkah.Bahkan aku pun mulai berani, mengkhianati sedikit-sedikit kesetiaan dan kemesraan antar aku dan Dewi."Kok aku haid lagi, Mas?"Dewi
Read more
Bab. 6
POV. DEWI.***Aku menangis.Pernah menangis. Bahkan berhari-hari kuluapkan kecewa dan sakit hatiku pada Tuhan. Bantal dan sajadah biru pemberian almarhum ibunya mas Pras menjadi saksi bagaimana aku meluapkan sakit hatiku atas apa yang telah dilakukan putranya padaku.“Ijinkan aku menikahi Aini, Sayang.”Sudah kuduga. Ini sudah menjadi firasatku beberapa bulan ini. Saat kawan lamaku tak lagi datang bertamu. Suamiku juga semakin sibuk dan kerap lembur. Bahkan mas Pras pernah tak pulang semalaman. Alasannya lembur hingga pagi.Kawan yang datang bertamu. Ternyata bukan hanya sekadar ingin bertanya kabar, tapi ternyata ingin juga mencuri apa yang menjadi milikku.Mungkin aku bisa meraung marah, andai hanya perempuan itu yang memaksa. Namun, ini mas Pras sendiri yang meminta ijin.Lama aku berusaha meredam gemuruh badai yang dalam hati.Di antara kepingan hatiku yang berserak atas permintaan mas Pras. Ada satu hal yang aku sadari, bila mas Pras sudah tak nyaman denganku. Bahkan janji untuk
Read more
Bab. 7
Pov. Dewi***Kumatikan ponsel yang tak henti berdering. Ku­_reject berulang kali panggilan mas Pras. Ada apa lagi menelpon sore-sore begini.Bukankah dia sedang menikmati masa indahnya bersama sahabat lawasku. Bahkan aku berharap, apa yang mas Pras inginkan bisa tercapai dengan menikahi Aini.Mungkin akulah yang memang tak bisa memberinya keturunan. Dan mas Pras bosan dengan kata setia.“Mungkin kita bisa punya anak bersama.”Begitu katanya. Namun kalimat itu sungguh menyakitiku. Aku bukan perempuan ikhlas saat suamiku mendua demi mendapatkan keturunan. Kurasapun mereka bermain di belakangku bukan karna inginkan keturunan.Laki-laki dan perempuan dewasa rela berkhianat diam-diam, apalagi yang mendorong keduanya kalau bukan nafsu.Lukaku belum sembuh. Bahkan perihnya kadang-kadang masih membuatku terbangun tiba-tiba dan meneteskan air mata. Tiga minggu lamanya, hampir empat minggu. Aku dan mas Pras tak pernah bertemu. Beberapa helai pakaian kerjanya yang tertinggal di dalam lemari d
Read more
Bab. 8
Pov. Dewi*** Kuamati wajah Aini yang tiba-tiba kehilangan senyum. Bahkan keceriaan yang tadi ia tampilkan di wajah berpoles make up yang cukup tebal kini hilang berganti dengan raut terkejut.Mungkin ia tak menyangka bila aku benar-benar sudah tahu tentang pernikahannya dengan mas Pras.Perempuan yang jilbabnya semakin pendek ini kulihat diam tak berkutik. Bahkan begitu canggung senyum yang berusaha ia lemparkan.Sementara Hera menatap ke arah Aini dengan sinisnya, membuat istri muda mas Pras ini semakin pucat.Lalu bisik-bisik pengunjung di dekat kami jelas terdengar mereka mencibir Aini. Bahkan beberapa di antara mereka kudengar membandingkan wajah Aini dan wajahku. Ada pula yang mencibir pakaiannya yang tertutup tapi tak ada akhlak dengan menjadi pelakor.Walaupun aku tak menyebut Aini demikian sebab kutahu mas Pras juga menginginkan menjalin hubungan dengan kawanku ini, tapi anggapan di masyarakat tetaplah wanita kedua yang salah.“Kok diam? Jawab dong!” Hera tak tahan untuk ta
Read more
Bab. 9
Akhirnya _me time_ku bersama Hera gagal. Curahan hati yang sedari tadi telah kusiapkan akhirnya menjadi curahan omelan dan kemarahan kawanku ini.Bahkan setelah kepergian Aini, Hera masih meluapkan amarahnya dan meladeni pertanyaan beberapa pengunjung yang kepo dengan kejadian tadi.Sementara Aini yang kutohok dengan kata-kata indah tadi, semakin malu dengan air mata yang melaju deras. Perempuan perebut itu akhirnya memilih meninggalkan cefe ini dengan wajah memerah dan diiringi terikan mencemoh dari pengunjung.Bisa-bisanya ia juga datang disini dan mempermalukan dirinya sendiri.Dan apa tadi katanya mas Pras tak bersamanya.Kemana lelaki itu. Harusnya mereka menikmati masa-masa indahnya pengantin baru mereka.Bukankah mas Pras mengatakan ingin punya anak dari perempuan itu."Dasar perempuan nggak tahu diri. Nggak punya kaca apa ya?""Cepet habisin, Her. Bentar lagi suamimu datang.""Kamu kok nggak jambak dia tadi sih? Gemes tahu!"Aku tertawa kecil mendengar kemarahan Hera.Siapa bi
Read more
Bab. 10
"Dewi, tolong dengarkan aku!"Mas Pras mencengkal pergelenganku saat kuminta ia untuk pulang ke rumah istri mudanya.Tentu saja aku terkejut melihat lelakiku ini ada disini. Meski rasa rindu tak bisa kuenyahkan. Namun rasa sakit atas pengkhianatannya mampu menahanku agar tak memeluk tubuh tegapnya.Bahkan saat ia ingin membantu membawa sebagian belanjaanku, kutolaknya."Kenapa kesini, Mas? Nggak enak sama Aini. Kamu sama dia waktunya satu bulan dan aku, tahu dia nggak mau kamu datang menemuiku."Kutepis mas Pras, lalu kukeluarkan kunci dari dalam tas selempang yang tadi kugunakan.Biasanya aku dan mas Pras akan menyimpan kunci di bawah keset kaki bila kami sama-sama berangkat kerja.Agar bila salah satu di antara kami pulang duluan tetap bisa masuk ke rumah tanpa saling menunggu.Sebenarnya dulu kunci pintu ini ada dua. Namun salah satunya hilang entah kemana. Mungkin saja aku yang lupa menyimpannya dimana."Tadi mas mau masuk tapi di bawah keset nggak ada kunci."Mas Pras tak menangg
Read more
DMCA.com Protection Status