Share

Indira kerja

Indira Kerja

Hari ini langit terlihat cerah setelah beberapa hari cuaca mendung seperti hati Indira. Kicau burung saling bersahutan  menyambut segarnya udara pagi. Bias keemasan tampak berkilauan di ufuk timur.

 

Wanita berhijab itu harus menjalani hidupnya hanya berdua dengan anaknya meski sebenarnya tak pernah dia duga sebelumnya.

 

 Mencari pekerjaan adalah hal yang harus dia lakukan, setelah mantan suaminya menceraikannya belum lama ini. Setidaknya ia memiliki penghasilan agar tidak merepotkan siapa pun.

 

Ah, biarlah kujalani dulu garis takdirku ini sendiri, berjuang meski jalannya tak akan mudah,” dalam hatinya.

 

Indira ingin memperjuangkan masa depan anaknya, agar kelak dia bisa hidup bahagia. Memberikan kasih sayang dan perhatian penuh meski jadi single parent.

 

Tidak seperti dirinya yang tak pernah merasakan kasih sayang dan belaian lembut dari orang tuanya.

 

***

Keesokan harinya.

“In, kamu sudah bangun,?” tanyanya sambil mengucek matanya yang masih sayup.

“Iya, dari tadi,” jawab Indira dengan senyum yang menyungging.

“Kamu, jadi hari ini mau kerja?” ujarnya.

“Iya, jadi dong!” jawabnya dengan semangat.

“Oke, aku mandi dulu ya! Mumpung hari ini aku sif siang nanti ngantar  kamu dulu ke sana!” sambil berlalu dan masuk kamar mandi.

 

Setelah selesai semua, mantan istri dari Revan itu bersiap untuk menemui calon majikannya yang diantar Sinta.

 

Dengan mengendarai motor matiknya, mereka meluncur menuju rumah Ibu Dian. Rumahnya tak terlalu jauh, hanya saja kalau jalan kaki terasa jauhnya dan juga capek.

 

Akhirnya mereka sampai di rumah tujuan, rumahnya yang tidak terlalu besar, lebih besar daripada rumah mantan suaminya. Tapi rumahnya terawat sehingga enak dipandang mata. Lalu mereka memencet bel yang ada di samping pintu dan tak lupa mengucapkan salam. Tidak lama kemudian yang punya rumah keluar. Seorang wanita cantik yang masih kelihatan muda dengan penampilan yang berkelas layaknya sosialita, rambutnya digulung ke atas, lalu menyapa.

 

“Sinta, ada apa pagi-pagi datang kemari?” dengan senyum yang ikhlas.

“Ini, Bu, katanya Ibu mencari orang untuk kerja, saya bawakan orangnya. Kebetulan ini sahabatku sedang mencari pekerjaan, mudah-mudahan Ibu masih membutuhkan,” jawab Sinta dengan penuh harap.

 

Sinta sudah lama mengenal Ibu Dian, kebetulan wanita cantik itu menjadi owner di tempatnya bekerja. Menurutnya, Beliau orangnya baik, ramah, dan tidak sombong.

“Oh, ya, memang saya lagi butuh orang, kebetulan ART saya mendadak berhenti. Kalau kamu siap menggantikan, kamu boleh kerja sekarang. Nanti saya tunjukkan kamar kamu dan kasih tahu tugas-tugasnya,” ujarnya dengan ramah.

“Iya, Bu, saya siap kalau harus kerja sekarang, tapi apa boleh saya kerja sambil bawa anak?” tanya Indira sedikit gugup dengan raut muka yang tegang.

 

“Boleh, gak papa, yang penting kamu kerjanya hati-hati dan jangan lengah,” tukasnya lembut.

“Iya, Bu, saya ngerti,” dengan senyum riang sambil menjabat tangan Ibu Dian sebagai ucapan terima kasih.

 

Lalu sang Nyonya rumah mengajaknya masuk dengan diikuti Indira dan Sinta dan menunjukkan kamar yang nantinya dia tempati. Dan juga memberitahu tugas-tugasnya, serta menceritakan siapa saja orang yang tinggal di situ.

 

Wanita sosialita itu seorang ibu dengan dua orang anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah. Memiliki suami seorang Nakhoda yang pulangnya gak nentu, dia bernama Mike Hardi.

 

Setelah semua dikasih tahu, Sinta pamit pada Indira dan Ibu Dian untuk pulang.

 

“In, aku pulang dulu ya, kamu dan manaf baik-baik ya, di sini, kamu kerjanya hati-hati, kalau ada apa-apa kabari aku!” pesan Sinta sambil menyemangati sahabatnya.

 

“Iya, Sin, terima kasih ya, atas semua bantuanmu. Aku tak akan melupakan budimu yang sangat berharga ini,” balas Indira sambil memeluk sahabatnya dengan erat.

 

“Iya, sama-sama, kita ini sudah seperti saudara harus saling membantu. Deritamu, deritaku juga, dan bahagiamu, bahagiaku juga,” balasnya.

 

“Bu Dian, terima kasih ya sudah menerima sahabatku untuk kerja di sini. Pokoknya Ibu tidak usah takut dan khawatir, sahabatku ini orang baik,” ujar Sinta.

 

“Iya, sama-sama Sin. Ibu percaya sama kamu,” balasnya dengan senyum manisnya.

Sejak hari ini, Indira sudah mulai bekerja dengan mengikuti arahan dari majikannya. Pekerjaannya dilakukan dengan penuh semangat.

 

Belum lama majikannya pergi ke butiknya, katanya sih, Beliau pemilik butik yang besar di depan jalan raya. Ibu Dian seorang desainer ternama, dan rancangannya banyak dipakai kaum sosialita di kota-kota besar.

 

Jam dua siang, kedua anak majikannya pulang sekolah, sebelum mereka bertanya tentang dirinya. Indira memperkenalkan diri sebagai ART di rumahnya, keduanya menerima dengan senang hati.

 

Setelah semua selesai, wanita berhijab itu menemani anaknya di kamar untuk tidur. Kamarnya dengan ukuran yang lumayan besar, dengan kipas angin yang menempel di dinding, TV berwarna, dan satu set tempat tidur. Membuat mereka merasa nyaman.

 

Setiap hari, mantan istri dari Revan menjalankan tugasnya seperti biasa. Anak-anak dari majikannya juga sudah mulai akrab dengan Manaf, bahkan mereka kerap kali mengajaknya main sudah seperti adiknya sendiri. Sehingga membuat Indira senang dan tenang dalam bekerja.

 

Saat sedang bersih-bersih ruangan, tak sengaja netranya membola menatap pada sebuah foto di dinding yang ukurannya lumayan besar...

Kok, bisa ada fotonya di rumah ini? Ada hubungan apa mereka??

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status