Home / Romansa / AKU JUGA BISA CANTIK / Bab 1 Dianggap tak ada

Share

AKU JUGA BISA CANTIK
AKU JUGA BISA CANTIK
Author: Yunita

Bab 1 Dianggap tak ada

Author: Yunita
last update Last Updated: 2022-11-18 22:12:28

Aku juga bisa cantik

Makeover

Bagian 1

"Ratih, tolong bilangin ya, ke Adam. Besok jangan sampai lupa acara ke Uwa Haji, nanti kami jemput pagi-pagi."

"Iya Bu, nanti aku sampaikan ke Mas Adam."

Telepon pun terputus.

Aku tak pernah tau kalau ada acara kondangan ke luar kota, Mas Adam tak pernah memberitahu ku.

Malam itu, aku menyampaikan pesan Ibu pada Mas Adam suamiku, saat ia terlihat santai menonton televisi.

"Mas, tadi ibu telepon, katanya besok mereka pagi-pagi mau jemput."

"Hm..." jawabnya malas.

Lalu aku menemaninya menonton televisi, ku lihat Mas Adam fokus pada ponselnya, tanpa ia sadari ku lihat bibirnya terus menerus mengulum senyum. Entah apa yang membuatnya terlihat senang. Karena penasaran aku tak melepaskan pandanganku darinya. Tiba-tiba Mas Adam menoleh ke arahku, wajahnya kembali serius, nampak kerut di keningnya menandakan ia tak suka perhatianku.

"Kenapa kamu? Tidur sana temani anak-anak!" pintanya ketus.

"Kamu belum ngantuk Mas?"

"Belum. Udah sana tidur duluan!"

Lagi-lagi ia meminta ku untuk meninggalkannya sendirian. Tak ingin membuat suami marah aku cepat cepat bergegas menuju kamar.

Terlihat Kedua anakku sudah terlelap di tempat tidur berbeda namun masih satu kamar.

Hanif anakku yang pertama ia baru berusia Lima tahun, dan adiknya Rahma baru menginjak usia Dua tahun. Aku bersyukur memiliki mereka, ku tatap mereka satu persatu, doa terindah ku sebut satu persatu untuk mereka berdua itulah yang selama ini aku lakukan sebelum tidur.

Kemudian aku terlelap di tempat tidurku bersebelahan dengan mereka.

Adzan subuh berkumandang.

Aku segera bangun, ku lihat Mas Adam tak ada di samping ku, sudah hampir satu minggu ia selalu tidur di ruang tengah, tak tau apa alasannya, kalau ku tanya ia selalu menjawab "Tidur aja ko repot, mau di mana ke' terserah aku, yang penting aku masih tidur di dalam rumah."

Dari itu, aku tak pernah bertanya lagi padanya.

Benar saja, ku lihat ia tertidur di bangku panjang yang berada di ruang tengah.

Setelah shalat subuh, aku segera mengerjakan tugas rumah, mencuci, memasak, nyapu, ngepel, karena ku pikir hari ini kami akan pergi ke luar kota menghadiri pesta pernikahan anak uwa Haji.

Ku bangun kan Mas Adam dan anak-anak untuk bersiap-siap.

Setelah memandikan dan mendandani mereka berdua, aku segera menyuapi keduanya.

Ku biarkan Hanif menjaga adiknya sementara aku pergi mandi dan bersiap-siap.

Mas Adam menatapku heran, saat aku siap dengan tampilan rapi.

"Kamu mau kemana Tih?" tanya Mas Adam menatapku heran.

"Mau kondangan ke Uwa Haji Mas."

"Yang pergi kesana itu aku saja Ratih, kamu tidak usah ikut. Udah jaga anak-anak saja di rumah."

Hilang sudah semangatku, padahal bukan sekedar pergi bersilaturahmi pada sodara jauh, berpergian juga salah satu aku mencari hiburan bersama keluarga. Tapi tak ku sangka Mas Adam melarang ku untuk ikut.

"Sudah .... sudah, ganti lagi bajumu, aku nggak mau liat kamu kerepotan di sana."

Mas Adam pun pergi tanpa pedulikan perasaan ku.

"Adaaam! Udah siap belum? Cepat kami menunggu di mobil," terdengar suara ibu mertuaku memanggil Mas Adam dari arah luar.

Dengan terburu-buru ia bergegas menemui keluarganya. Aku menggendong Rahma dan menuntun Hanif mengikuti langkah suamiku ke arah teras.

Mas Adam benar-benar tak peduli pada anak dan istrinya, ia berlalu begitu saja memasuki mobil.

"Kamu mau ikut juga Tih?"

"Tidak Bu! Ratih di rumah saja kasian nanti anak-anak malah kecapean," jawab Mas Adam. Sementara aku berusaha tak menampakan perasaan sedih dan kecewa di hadapan keluarganya.

"Oh begitu, ya sudah. Kamu hati-hati ya Tih, di rumah."

"Iya Bu, hati-hati ya Bu."

Ibu melambaikan tangan, ku lihat Mas Adam duduk di bangku kedua bersebelahan dengan Helen keponakanku.

"Bu, Bu, kita tidak jadi ikut Ayah Bu?" tanya Hanif saat melihat mobil berlalu membawa Ayahnya.

"Mobilnya penuh sayang, jadi kita gak kebagian tempat duduk, nanti saja ya kapan-kapan?"

Hanif mengangguk, dia memang anak shaleh yang tak pernah memaksakan kemauanya.

Aku segera membawa anak-anak kembali kedalam rumah.

Ting..

Satu pesan masuk, dan langsung ku buka. Ternyata dari Mbak Yuli, Kakak kandungku dia adalah ibunya Helen.

(Ratih, kamu ikut kondangan?)

(Tidak Mbak, cuma Mas Adam saja. Tadi aku lihat Helen ikut ya Mbak?")

(Iya, Suami kamu yang ngajak, Mbak kira kamu tau.)

Pikiran ku jadi tak enak, apa iya Mas Adam ajak Helen? Kenapa dia nggak ajak aku? Kenapa malah ponakan aku yang dia ajak?

Helen masih berstatus sebagai mahasiswi di salah satu universitas di kota kami tinggal. Wajahnya cantik, maka tak heran banyak teman lelakinya yang menyimpan hati pada dia. Namun sampai saat ini aku belum tau siapa kekasih Helen yang sebenarnya.

Sekedar menghibur anak-anak, ku ajak mereka ke pasar membeli yang mereka mau, dan menemaninya menaiki permainan yang mereka sukai. Melihat mereka tersenyum cukup membuat aku bahagia.

Setelah pulang dari pasar, aku langsung menidurkannya.

Hari beranjak sore, tak ada kabar dari suamiku. Dia sampai jam berapa? Dan pulang dari sana jam berapa? Semua pesanku hanya di bacanya saja tanpa dia balas. Padahal aku begitu khawatir dan menunggu kabarnya sekedar kabar baik sudah cukup membuatku tenang. Tapi Mas Adam sepertinya lebih suka membuat aku khawatir.

Tepat jam Sebelas malam terdengar bunyi mobil berhenti di depan rumah, sayup-sayup terdengar suara ibu mertuaku.

Aku langsung bangun untuk membukakan pintu.

Saat pintu terbuka, Mas Adam sedikitpun tak menoleh ke arahku, ia langsung menuju kamar, dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Dalam hitungan menit sudah terdengar dengkurannya. Mungkin dia kelelahan. Aku memilih tidur di sampingnya ku tatap wajah suamiku lekat, mengapa tak kurasakan lagi cinta di matanya, apakah perasaannya padaku mulai pudar?

Saat aku mulai terlelap, ku lihat ponsel milik Mas Adam menyala, tanpa mengeluarkan bunyi. Aku segera mengambilnya dan membukanya.

(Terimakasih ya Mas, atas transferannya, kalau butuh bantuan lagi, jangan sungkan untuk menghubungi Helen.)

Begitulah pesan yang ku baca, ternyata dari Helen, tapi aku tak pernah tau bantuan apa yang sudah Helen berikan pada Mas Adam.

Aku masih mencoba berpikir baik. Kemudian ku buka galerinya banyak sekali photo-photo acara yang tadi mereka hadiri, namun di setiap photo suamiku selalu ada Helen di sampingnya. Hal itu membuat hatiku tak nyaman.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
kenapa siih ceritanya selalu perempuan yg disakoti dan jadi manusia terbodoh !!! memuakkannn ... dlm kenyataan gak ada perempuan sebodoh ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 29

    Ya, aku harus ikuti rencana ibu. Memang terpikir sangat ekstrim, dan beresiko. Tapi tak ada pilihan lain, aku tak mau mempunyai saingan. Tak ada pilihan lain.*****"Berapa bayarannya?" "Sepuluh juta. Gimana?""Gila, ini pekerjaan berat. Mana mau kalau gue cuma di bayar Sepuluh juta?""Tenang, lu gak bakal di penjara. Karena lu akan berperan sebagai orang gila yang masuk pesta.""Ogah! Gue mau tambahan."Heu! Sial. Ternyata tak mudah membujuk preman jalanan ini."Oke, lu mau berapa?""Dua puluh Lima juta. Gimana?""Apa?""Terserah lu, gue pastiin gak bakal ada yang mau kalau lu hanya bayar di bawah angka yang gue tawar.""Oke. Gue setuju. Ingat pesan gue. Sasaran lu pengantin yang memakai cadar.""Siaaaap gue paham."Begitulah percakapan ibu dengan orang suruhannya. "Beres Helen, sekarang kita tinggal tunggu waktunya saja. Kamu siapkan uangnya Dua Puluh Lima juta,"pinta ibu. Aku harus memutar otak untuk pengeluaran uang, takutnya Mas Adam menanyakan uangnya selama ini aku pegang.T

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 28

    "Apa maksud kamu? Memuji wanita lain di depan aku? Kamu tau Mas, Ratih memakai cadar untuk menutupi wajahnya yang luka. Sok tau kamu bilang cantik."Aku begitu murka saat Mas Adam menyanjung mantan istrinya di depanku."Meskipun wajahnya tertutup, tapi aku bisa melihat dia lebih cantik dari yang dulu,"jawabnya sambil berlalu meninggalkan aku."Berani sekali kamu Mas bicara begitu di depanku? Kamu benar-benar tidak menghargai aku!"Seketika orang sekitar memandangi ku yang tengah memarahi Mas Adam."Sudahlah Helen, kenapa kamu harus marah-marah? Aku bicara apa adanya.""Tapi kamu nyinggung perasaan aku Mas!" Pertengkaran kami hingga ke rumah. Aku benar-benar tak bisa terima suamiku terus membela mantan istrinya. Jelas-jelas aku lebih cantik dan lebihj muda dari Si Ratih!"Kalian kenapa setiap hari bertengkar terus, apa tidak capek?"tanya ibu yang melihat wajahku penuh kekesalan. "Gimana aku tidak marah Bu, tadi kami bertemu Ratih, Mas Adam malah terus memuji kecantikannya. Aku gak su

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 27

    Sebulan berlalu dari kejadian itu, aku telah resmi menjadi istri Mas Adam.Dia terlihat sangat mencintai ku, tapi lain dengan perasaan ku, aku belum bisa mencintai nya, apalagi harus menerima kehadiran anaknya. aku menikahinya hanya untuk menumpang hidup. Menikahiku adalah harapan Mas Adam dari dulu, jadi ia begituBahagia saat Ibu datang untuk menawarkan aku untuk nya. Dia suami penurut, gajinya aku yang pegang. Tak hanya itu, ku jadikan anak tiriku Rahma menjadi babu di rumah. Lumayan ngirit, gak perlu cari IRT. Meskipun awalnya susah ngajarin dia nyapu, dan nyuci yang bersih. Tapi Lambat laun dia akan menjadi gadis yang rajin.Seperti hari ini setelah Mas Adam berangkat kerja ku beri tugas dia mencuci baju. "Rahma gak bisa Bu. Ayah gak bolehin Rahma nyuci."ucapnya manja."Gak bisa, gak Bisa! Bisanya apa kamu? Makan? Jajan? Ngabisin duit? Hah? Ayahmu gak ngajarin kamu, sekarang di sini ada Ibu, jadi kamu harus nurut apa kata ibu. Paham?"Anak itu terdiam dengan wajah ketakutan."

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 26

    Pov Helen... Aku merasa kecantikan ku begitu sempurna, berawal dari Mas Adam suami Bibi ku yang tajir namun kurang menyukai istrinya, sehingga ia lebih sering mengajakku ke acara-acaranya. Bukan hanya itu, Mas Adam pun memperkenalkan aku sebagai istrinya. Sebenarnya menurut ku itu berlebihan, tapi demi uang ku setujui permintaan dia.Entah mengapa semakin dekat dengan Mas Adam, semakin aku tak peduli dengan perasaan istrinya. Aku memang sedikit menyukai Mas Adam, hanya karena ia royal memperlakukan ku, dia selalu memberi berapa pun yang ku minta. Bagusnya lagi, ibu ku mendukung kedekatan ku dengan adik iparnya ini. Karena ibupun merasakan hasil dari kedekatan ku dengan Mas Adam. Hingga hari itu benar-benar tiba. Mas Adam menceraikan Bi Ratih, malang sekali wanita gendut itu, ia harus menghidupi anaknya tanpa tempat tinggal, karena Mas Adam telah mengusirnya. Ibu selalu membujukku agar menikah dengan Mas Adam, tapi aku tolak, karena aku masih penasaran dengan lelaki tampan yang

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 25

    "Wajahkuuuu.... Bu, wajahku hancur Bu." aku terus menangis histeris, ingin meronta namun sia-sia, percuma meskipun aku teriak hingga kehabisan suaraku, wajahku tak akan kembali seperti semula dengan cepat. Bu Neni dan Mas Ridho terus menenangkan aku, dan menyemangati ku. Hingga akhirnya aku perlahan bisa menerima kenyataan ini. Luka bakar serius itu menyebabkan rambutku hilang sebagian, terpaksa aku harus memotongnya pendek.Kini aku menjalani pengobatan di rumah sakit, Mas Ridho begitu setia menemaniku siang dan malam, terkadang jika ia sedang sibuk Bu Neni yang akan bergantian menemani ku. "Ratih, apa kamu tidak curiga pada Mbak dan ponakan mu itu? Kenapa mereka tidak menolongmu? Mengapa mereka lari saat kamu meminta tolong?""Aku tidak tau Bu, waktu itu aku lihat Mbak Yuli terlihat gesit, tidak terlihat sakit. Mungkin karena ia panik Bu.""Seharusnya Tih, meskipun mereka panik, saat melihat kamu seperti itu mereka menolongmu. Aah, tega sekali mereka. Saya merasa curiga ini

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 24

    Tiga hari sudah berlalu tanpa komunikasi dengan Mas Ridho. Kadang ingin sekali aku meneleponnya , namun ingat dengan perjanjian membuatku mengurungkan niat.Ting... Satu pesan di terima, dari Helen. "Bi, bisa kerumah tidak Bi, ibu sakit. Aku tidak bisa mengurusnya."Mbak Yuli sakit apa? Aku harus menjenguknya."Ibumu sakit apa Len? Baiklah Bibi akan ke rumahmu."Akupun segera menutup telepon dan bersiap-siap pergi."Ratih, kamu mau kemana?"tanya Bu Neni."Mau ke rumah Mbak Yuli Bu, katanya dia sakit.""Ibunya Helen sakit? Sakit apa? Ratih, biar saya temani kamu.""Tidak usah Bu, hari ini tidak ada jadwal kerja, jadi lebih baik ibu istirahat saja di rumah.""Tapi Tih, perasaan ibu, kenapa tiba-tiba saja gak enak. Kenapa ya?""Nah, itulah akibat ibu kurang istirahat. Sudah, ibu tenang saja, aku itu mau nengok Mbak kandung aku, bukan musuh aku Bu. Jadi ibu tidak perlu khawatir ya?'"Ya sudah, kamu hati-hati ya Tih.""Iya, Bu." Ku salami tangannya sebelum berlalu pergi. Satu jam lebih,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status