Share

AKMD 07

Sudah dua hari aku menjalani bedrest total di rumah sakit, setiap malam sepulang bekerja Alma selalu datang dengan membawakanku macam macam cemilan dan buah buahan.

"Biar calon keponakan tumbuh dengan sehat" begitulah katanya saat ku larang dia membawa macam macam.

Besok aku sudah diperbolehkan pulang, Entah aku harus pulang kemana. Sedangkan media sedang heboh dengan berita pencarianku.

"ISTRI CEO DARI PT BASGA GRUB HILANG DAN MOBILNYA DI TEMUKAN MELEDAK DI DASAR JURANG".

Begitulah kira kira berita yang viral 2 hari ini, hanya saja media memblur bagian wajah pada foto yang beredar, namaku pun hanya disingkat Adinda Ayumi menjadi AA. Entah apa maksudnya. Namun orang orang yang sudah mengenalku pasti paham jika itu fotoku.

Bahkan ponsel memang sengaja aku matikan untuk menghindari kecurigaan. Aku sangat paham jika mas Hendra pasti akan menghilangkan jejak hingga ke akar akarnya. Aku juga sama sekali tidak mengabarkan kepada keluarga di kampung tentang keadaanku saat ini. Untuk mengantisipasi jika ada musuh dalam selimut, itu saja.

Malam ini aku sendiri, Alma tadi mengabarkan bahwa ia tidak dapat menemaniku karena lembur. Besok ia berjanji akan menjemputmu.

Aku menolaknya. Aku sudah terlalu banyak merepotkan Alma. Apalagi jika ia harus izin kerja karena menjemputku. Aku rasa badanku juga sudah sehat, hanya beberapa bekas luka yang masih sedikit basah.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, aku merasa jika kantung kemih ku penuh dan minta dibebaskan. Dengan bantuan tiang infus aku turun dari ranjang, bertepatan dengan terbukanya pintu ruanganku.

Ku lihat Dokter yang biasa menanganiku masuk. Seperti biasa ia selalu memakai masker dan kacamata.

"Mau kemana Bu?"

"Ingin ke kamar mandi sebentar dok".

"Mari saya bantu".

"Tidak usah dok,saya bisa sendiri".tolakku.

Bagaimana pun aku sungkan untuk ke kamar mandi dibantu oleh seorang laki laki. Meskipun itu dokter.

"Baiklah hati hati".

Saat keluar dari kamar mandi, ia masih menungguku. Ia juga membantuku saat hendak naik ke ranjang.

Degg

Tangan kami tidak sengaja bersentuhan, aku yang tidak biasa bersentuhan dengan laki laki selain mas Hendra pun buru buru menariknya.

Suasana jadi canggung.

"Silahkan kembali berbaring saya akan memeriksa nya". Ucapannya menghangatkan suasana dingin ini.

Aku menurut untuk berbaring.

"Dimana suaminya Bu? Sejak pertama kali ibu dirawat saya sama sekali belum pernah melihatnya, bahkan keadaan ibu sedang hamil muda seperti ini. Harus ekstra penjagaan. "

"Sua..mi saya em.. iya suami saya kerja di luar kota dok," jawabku entah kenapa tiba tiba gugup.

Kulihat mata sang dokter menyipit dibalik kacamatanya. Apa dia tersenyum ? adakah yang lucu dengan jawabanku?

"Benarkah ?"tanya sang dokter seperti memastikan sesuatu.

"Eh, iya benar".

"Bukan karena suami ibu adalah Bapak Hendra Bagaskara?"

Degg

Aku dengan spontan menjauh dari hadapan dokter muda ini. Perasaanku tidak enak, bagaimana jika dia ternyata dokter kiriman mas Hendra.

"Tenang Bu jangan takut. Dari kegelisahan ibu ini menunjukkan bahwa pertanyaan saya tadi benar, saya murni seorang dokter kok. Bukan penghianat atau pun mata mata."

"Darimana dokter bisa tahu kalau saya istri mas Hendra?" Aku menyesali ucapanku sendiri yang malah mengaku.

Terlihat dia melepas masker dan kacamatanya. Wajah tampan dengan hidung Bangir tersaji di depan mataku.

"Apa kamu tidak mengingat saya?"tanyanya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sugeng Sugeng
lanjutkan kembali
goodnovel comment avatar
Pipit Kurniawati
tidak jelas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status