Sudah dua hari aku menjalani bedrest total di rumah sakit, setiap malam sepulang bekerja Alma selalu datang dengan membawakanku macam macam cemilan dan buah buahan. "Biar calon keponakan tumbuh dengan sehat" begitulah katanya saat ku larang dia membawa macam macam.Besok aku sudah diperbolehkan pulang, Entah aku harus pulang kemana. Sedangkan media sedang heboh dengan berita pencarianku."ISTRI CEO DARI PT BASGA GRUB HILANG DAN MOBILNYA DI TEMUKAN MELEDAK DI DASAR JURANG".Begitulah kira kira berita yang viral 2 hari ini, hanya saja media memblur bagian wajah pada foto yang beredar, namaku pun hanya disingkat Adinda Ayumi menjadi AA. Entah apa maksudnya. Namun orang orang yang sudah mengenalku pasti paham jika itu fotoku.Bahkan ponsel memang sengaja aku matikan untuk menghindari kecurigaan. Aku sangat paham jika mas Hendra pasti akan menghilangkan jejak hingga ke akar akarnya. Aku juga sama sekali tidak mengabarkan kepada keluarga di kampung tentang keadaanku saat ini. Untuk mengant
Aku mencoba mengingat ngingat. Namun kemudian menggeleng saat tidak menemukan memori apapun tentang wajah itu."Saya bahkan sudah menyadari anda sejak awal, namun memang berniat menyembunyikannya, bahkan memalsukan data anda saat berita hilangnya istri dari CEO PT BASGA GRUB beredar. Apalagi ternyata anda hilang dan mobilnya meledak di dasar jurang, dikuatkan dengan keadaan anda yang terluka seperti ini. Saya paham jika anda memang berniat melarikan diri. "Aku tercengang mendengar penjelasannya. Bagaimana bisa ia secerdas ini dalam menghubungkan suatu perkara. Aku yang masih diam, kemudian menoleh saat mendengar penuturannya lagi."Jika kamu masih belum mengingat saya, perkenalkan Saya Hardian Maulana rekan kerja Bapak Hendra Bagaskara. Dulu saya pernah melihat anda saat melakukan pertemuan di mansion utama keluarga Bagaskara." Ucapnya memperkenalkan diri.Aku melirik ke nametag yang tergantung di dada sang dokter. "Dr. Hardian M S.KM"Aku juga mengingat jika dulu pernah diperkenalka
05Pagi harinya Alma menelponku, meminta maaf jika semalam tidak bisa menemani. Dia juga bilang akan menjemputku siang nanti.Tapi aku menolaknya. Aku menyuruhnya untuk berangkat kerja saja, nanti akan ku kirim alamat di mana aku tinggal. Aku berniat untuk menerima tawaran Dokter Hardian saja.Sesuai jadwal setiap jam 8 pagi, pasti akan ada suster yang memeriksa keadaanku. Tapi kali ini bukan suster tapi Dokter Hardian sendiri yang memeriksa langsung."Selamat pagi Adinda".Aku menoleh, dia ternyata sudah mengganti sapaannya padaku."Pagi juga Dok"."Silahkan berbaring dulu ya, biar saya pastikan apakah kamu boleh pulang hari ini"."Baik dok".Aku berbaring sesuai perintah. Dokter Hardian memeriksa semua luka lukaku. Menempelkan stetoskop di dadaku juga."Lukanya berangsur pulih. Sebelum pulang cek dulu ke dokter kandungannya!"Aku mengangguk."Bagaimana dengan tawaran saya yang semalam?"Pertanyaannya mengingatkan akan keputusan yang sudah aku ambil."Saya ikut dokter saja".Kulihat
Kesanku pertama ia adalah wanita setia. Ia hanya menatap kami sekilas, bahkan ketika aku sengaja memujinya cantik. Tapi responnya bukan tersanjung tapi malah menatap ke arah suaminya. Mungkin dia berharap jika Hendra akan cemburu.Padahal aku beberapa kali memergoki Hendra jalan bersama perempuan lain. Sungguh malang. Aku hanya bisa berdoa kebahagiaan untuknya.Sekarang ia datang ke rumah sakit dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Aku meminta suster untuk mengobati lukanya selagi aku mencari tahu penyebab pendarahan pada bagian bawahnya. Tidak kutemukan luka sama sekali, hingga akhirnya aku sadar jika ternyata dia sedang mengandung. Aku memintanya datang ke ruang dokter kandungan untuk memastikan. Dan benar saja, ia sedang mengandung, bahkan janinnya hampir tidak terselamatkan jika terlambat sedikit saja.Jika biasanya aku jarang mengecek pasien langsung, tapi kali ini aku benar benar menanganinya sendiri. Entah mengapa aku merasa mendapat penyemangat untuk selalu datang ke r
"Lalu saya harus panggil apa?""Panggil nama juga boleh, atau apalah yang penting jangan dokter."****"Hendra bagaimana dengan istrimu? Apa sudah ditemukan jasadnya?" tanya Pak Sapta kepada putranya yang kini sedang duduk berdua di ruang kerjanya. "Belum yah, ini masih berusaha?""Ayah sama sekali tidak melihat usahamu? Kamu bahkan masih sanggup berbeda leha di rumah?" "Tapi aku benar-benar sedang mencarinya yah, bahkan sampai mengerahkan semua orang ku,""(Mencari untuk memastikan bahwa istri si*lan itu sudah tiada)." Ucap Hendra dalam hati. "Ini bukan rencanamu kan?" ujar pak Sapta sambil menatap tajam ke arah Hendra. "Maksud ayah apa bicara seperti itu?" jawab Hendra yang sedikit gelisah. "Ayah tidak bermaksud apa apa, hanya ayah tahu bagaimana kamu membenci perjodohan ini." Ucapnya sambil masih mengawasi perubahan peraupan Hendra. "Aku sama sekali tidak tahu. ""Jika ini memang rencanamu, maka akan ayah pastikan kamu menyesal suatu saat nanti. "Hendra terdiam, ia sama seka
Sapta menoleh mendengar pertanyaan sang istri. "Apa maksud mama berbicara seperti itu?""Tidak bermaksud apa apa, hanya misalkan. Apa yang akan papa lakukan jika semua kejadian ini ada kaitannya dengan putra kita?" ucap Liliana mengulangi pertanyaannya. Sapta terdiam. "Aku akan membersihkannya dari media, jika benar Hendra adalah dalang di balik semua ini, aku akan membuatnya menyesal telah menyia-nyiakan wanita pilihanku. Tapi bukan dengan menjatuhkan citranya di hadapan media. Mau bagaimana pun keberlangsungan perusahaan ada di tangan Hendra"Liliana tersenyum getir mendengar jawaban suaminya. Uang adalah segalanya, meskipun untuk membeli hukum sekalipun. ****Hari, bulan, tahun berganti. Tidak terasa ini sudah tahun ke empat sejak peristiwa hilangnya istri CEO BASGA GRUB. Nyatanya tidak ada kesedihan yang berarti untuk keluarga besar Bagaskara. Bahkan tiga bulan setelahnya Hendra sang CEO telah mempersunting gadis pujaannya. Laura Henina. Gadis yang menjadi alasan Hendra teg
Kedatangan Dinda dan kedua anaknya, di sambut dengan suka cita oleh kedua orang tua Hardian. "Aaa cucu omaa, sudah besar besar sekali yaa"." Padahal baru satu minggu kita gak kesini, emang udah tumbuh seberapa?"ucap Reyhan dengan nada datarnya. "Rey, tidak boleh seperti itu. Oma itu merindukan kalian." Adinda menasehati putranya. "Rey cuma bertanya kok Bun, lagian oma emang suka lucu. Tapi Reyhan juga rindu oma kok" Jawabnya. Dinda meringis mendengar jawaban putranya. Bagaimana bisa ia bilang rindu dengan nada lempeng seperti itu. "Gak papa, udah udah ayo masuk kalian tetap cucu kesayangan oma"."Ena mau digendong opa aja" Ucap Reina berlari ke arah sang opa yang baru keluar. Galih seketika merentangkan tangan mendengar rengekan cucunya "siap princessnya opa"Mereka duduk di ruang tamu, sedangkan si kembar Reyhan dan Reina langsung berlari ke arah taman belakang yang pasti sudah di sulap menjadi teman bermain. "Din, ada yang ingin kami bicarakan kepadamu".ucap Alina memulai p
"Putriku kembali..... "Semua yang menyaksikan tidak dapat menahan haru. Pertemuan antara ibu dan anak yang sudah sekian lama. Adinda bangkit dan menuntun ibunya masuk, ia mendudukkan raga sepuh itu di sofa. "Ayumii... Ini benar kamu nak? Atau ibu sedang bermimpi?"ucap Sofiyah mengamati wajah putri tunggalnya. Bahkan sampai memanggilnya dengan panggilan kesayangan saat putrinya masih kecil. "Iya bu, ini Adinda Ayumi putri ibu. Dan ibu juga tidak sedang bermimpi".Sofiyah langsung berhambur ke pelukan Adinda. " Ya Allah terimakasih engkau telah mengabulkan doa ku, untuk mempertemukan dengan putriku lagi. Bagaimana kabarmu nduk? Kenapa mereka bilang jika kamu sudah meninggal"ucap Sofiyah yang masih sesenggukan. "Panjang ceritanya bu, sekarang Dinda mau ambil minum dulu ya, itu tamunya belum dibikinin minum".Mendengar ucapan putrinya Sofiyah lantas menoleh ke arah kanan. Dimana ada 5 orang yang tidak dikenalinya. Dari pakaiannya ia bisa menebak jika mereka bukan orang sembarangan.