"Mas Sapta," Sapta yang tengah terduduk dengan tatapan kosongnya seketika berbinar. Dicarinya dari mana suara itu berasal, hingga tatapannya terkunci pada sosok perempuan yang berhasil menjungkir balikkan hidupnya beberapa hari ini. Perempuan yang masih saja terlihat anggun di usianya yang menginjak kepala lima. Perempuan yang sedang menggendong seorang anak kecil yang kini telah kehilangan ibunya. "Li, kamu kembali?" tanya Sapta ragu. Galih yang merasa tidak berhak mendengar pun pamit undur diri, begitu juga dengan Hardian dan Adinda. "Kami pamit ya pak," Sapta tidak menggubris, fokusnya masih kepada kedatangan istrinya. "Terimakasih ya Bapak, ibu, nak." Melihat tidak ada respon dari suaminya, akhirnya Liliana yang menjawab. Setelah Galih dan sekeluarga pulang, keadaan rumah kembali sepi. Apalagi jenazah sudah dimakamkan tadi pagi. Hanya saja kedua orang tua Laura yang belum datang sekedar melihat anaknya untuk yang terakhir kali. "Li, kamu kembali?" "Iya mas."Sapta menub
TinggSebuah pesan masuk di ponsel mas Hendra. Karena penasaran aku sedikit meliriknya, siapa yang mengirim pesan sepagi ini.(Semua sudah siap bos, tinggal anda tentukan saja kapan nyonya pergi sendirian, maka semuanya beres.)Ini maksudnya apa? Bukankah yang biasanya dipanggil nyonya adalah dirinya.Aku mencoba membuka ponselnya, tapi ternyata disandi. Selama ini aku memang jarang kepo dengan isi ponsel suamiku. Selain karena menghargai privasinya aku juga percaya ia tidak akan macam macam.Mas Hendra adalah suami yang baik. Meskipun kami menikah karena perjodohan tapi ia selalu memperlakukanku dengan baik. "Atau mungkin ia akan memberi kejutan untukku."batin ku berbunga bunga. Namun bunga itu sekejap berubah menjadi duri kala ada sebuah pesan lagi dari kontak bernama luv.(Mas nanti sebelum ke kantor mampir apartemen aku ya!! Udah rindu berat nih).Apalagi ini? Kepalaku hampir dibikin pecah gara gara dua pesan misterius. Ingin rasanya aku membobol sandi hp mas Hendra.Ceklek cek
Dulu aku sangat kesulitan dengan kebiasaan ini, tapi lambat laun terbiasa apalagi sudah hampir 5 bulan menjadi menantu di sini."Aku sudah selesai," ucap suamiku sambil berdiri. Aku bergegas ikut berdiri untuk mengantarkannya ke depan seperti biasa."Duduklah dulu Hendra! ada yang ingin ayah bicarakan kepada kalian!" Ucapan ayah menghentikan langkah mas Hendra begitu juga dengan aku yang mengikuti di belakangnya."Nanti saja yah, Hendra buru buru.""Buru buru? Pasti ia akan menemui pengirim pesan dengan nama luv itu." Batinku geram.Ingin rasanya aku mengikutinya, tapi tidak mungkin karena ayah dan ibu biasanya akan pergi sekitar setengah jam setelah mas Hendra. Aku tidak ingin membuat mereka curiga.Mungkin akan ku pikirkan untuk bermain cantik dan tidak tergesa gesa. Jika benar mas Hendra bermain di belakangku, maka aku tidak akan tinggal diam.Jangan kira karena aku adalah perempuan yang berasal dari desa lantas harga diriku di injak-injak begitu saja.Aku kembali ke meja makan unt
Aku terduduk dengan memeluk kedua lutut. Bahkan untuk berdiri pun serasa tidak bertulang.setegar tegarnya, aku tetaplah seorang perempuan yang akan terpuruk melihat suaminya berkhianat di depan matanya."Entah mas, bahkan otakku masih buntu untuk mengimbangi permainanmu. Tapi yang pasti aku tidak akan tinggal diam."****Aku membuka mata ketika jam menunjukkan pukul 16.00. sepertinya ia sudah tertidur cukup lama, ia berharap semua hanyalah mimpi buruk. Tapi saat mengecek galeri di ponselnya video itu benar benar ada. Video di saat suaminya sedang merencanakan pembunuhan untuknya. "Aku tidak boleh berlarut, sebentar lagi jamnya mas Hendra pulang, akan ku lihat sejauh mana ia memainkan perannya."Tidak berselang lama, suara deru mobil terdengar di halaman rumah. Aku mengintip dari balik korden kamar, memastikan jika itu memang mobil suaminya. Biasanya jam pulang suami dan mertuanya memang hampir bersamaan.Aku turun menyambutnya di depan pintu, seperti biasa ku kecup punggung tangan k
Aku bingung mendengar ucapannya yang hanya dua patah kata. Apa maksudnya?Ku beranikan untuk bertanya "maksud ibu apa ya?""Tidak bermaksud apa apa, saya hanya ingin kamu berhati-hati".Setelah mengatakan itu beliau beranjak pergi meninggalkan tanda tanya besar di benakku."Dinda, apa yang kau obrolkan bersama ibu?"Aku kaget, sejak kapan mas Hendra berada di situ? "Eh, tidak ada mas. Aku hanya bertanya beliau sedang apa, tapi ibu malah beranjak pergi." ucapku berbohong."Jangan dengarkan kalau ibu bicara yang aneh aneh."Eh, apa maksud suamiku itu. Apakah memang seperti ini hubungan dia dengan ibunya."Iya mas, sebenarnya aku juga mau ke dapur kok, ambil minum. "Aku kemudian beranjak ke dapur untuk menghindari pertanyaan2 mas Hendra.Pun begitu, selama makan malam berlangsung ibu mertua hanya terdiam bahkan sma sekali tidak menatapku."Apakah kalian sudah berusaha program hamil?"Aku menoleh mendengar pertanyaan tiba tiba papa mertuaku.Ku lirik mas Hendra yang sepertinya tidak ter
Aku merasa semua tubuhku tergores semak belukar. Tapi itu tidak sebanding daripada harus meledak di dalam mobil.Tadi saat mobilku meluncur bebas ke jurang, aku sudah bersiap dengan melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Seketika aku loncat begitu saja. Dan berakhir di dalam semak semak. Memang di kedalaman jurang ini banyak ditumbuhi pepohonan dan rumput yang tinggi tinggi. Jadi aku yakin mereka yang di atas tidak mungkin melihat jika aku keluar dari mobil. Aku harus segera naik untuk mencapai jalan raya,jangan sampai orang orang suruhan mas Hendra menemukanku di sini. Tadi sudah ku minta temanku untuk menunggu di pinggir jalan agak jauh dari kejadian. Entah kenapa aku merasa perutku sangat sakit, seperti kram. Padahal tadi pagi aku sudah sarapan. Dengan memegangi perut yang semakin sakit, aku terus berusaha naik sampai di jalan raya. Ku lihat mobil avanza terparkir di sana, itu Alma temanku. Akhirnya aku sampai juga. Ku ketuk jendelanya pelan, tenagaku sudah terkuras un
Aku benar benar bingung harus bagaimana? disaat seperti ini, kenapa nyawa kecil ini harus hadir. Memikirkan nasib diri sendiri pun sulit. Haruskah aku pulang memberitahu bapak dan ibu di kampung. Tapi bagaimana dengan mas Hendra jika tahu ternyata aku selamat dari kecelakaan ini."Ya ampun Din, terus bagaimana? apakah suamimu tahu?""Tidak Al, dan aku tidak akan memberi tahunya. Biarkan aku merawatnya sendiri kelak.""Maksudmu apa Din?"Aku memang belum memberi tahu Alma tentang kejadian ini. Dan mengalirlah ceritaku dari saat memergoki mas Hendra berselingkuh sampai tahu jika ia juga merencanakan pembunuhan untukku.Alma menutup mulutnya mendengar ceritaku. Mungkin ia juga tidak menyangka jika suamiku setega itu, sebab selama ini aku selalu bercerita tentang kebaikan mas Hendra. "Yang sabar ya Din, aku yakin kamu bisa melewati ini." Ucap Alma menenangkanku. "Aku hanya bingung bagaimana akan melewati hari hari kedepannya, aku bahkan tidak bekerja. Jika harus kembali ke kampung pun
Sudah dua hari aku menjalani bedrest total di rumah sakit, setiap malam sepulang bekerja Alma selalu datang dengan membawakanku macam macam cemilan dan buah buahan. "Biar calon keponakan tumbuh dengan sehat" begitulah katanya saat ku larang dia membawa macam macam.Besok aku sudah diperbolehkan pulang, Entah aku harus pulang kemana. Sedangkan media sedang heboh dengan berita pencarianku."ISTRI CEO DARI PT BASGA GRUB HILANG DAN MOBILNYA DI TEMUKAN MELEDAK DI DASAR JURANG".Begitulah kira kira berita yang viral 2 hari ini, hanya saja media memblur bagian wajah pada foto yang beredar, namaku pun hanya disingkat Adinda Ayumi menjadi AA. Entah apa maksudnya. Namun orang orang yang sudah mengenalku pasti paham jika itu fotoku.Bahkan ponsel memang sengaja aku matikan untuk menghindari kecurigaan. Aku sangat paham jika mas Hendra pasti akan menghilangkan jejak hingga ke akar akarnya. Aku juga sama sekali tidak mengabarkan kepada keluarga di kampung tentang keadaanku saat ini. Untuk mengant