Share

Kebohongan Galih Dimulai

Malam hari 21.30

Setelah pulang dari kantor dan makan malam, Galih masuk ke dalam ruang kerjanya. Raline ya percaya saja, ditambah pintu pun dikunci Galih. 

Di dalam ruang kerjanya, Galih berbaring di atas sofa, dan mengambil gawainya. Ia kembali membuka akun sosial medianya dan chatting dengan semua wanita teman dunia maya. 

"Ini pada agresif banget sih hari ini. Ngajak ketemuan. Ketemuan di hotel bintang 5?Bisa jebol dong dompet. Nggak ah!"

Galih says

"Nah, ini ngajak ketemuan juga nih. Minta beliin sepatu? Nih, apa-apaan sih? Pada minta kayak gini?! Wah, bisa kalah taruhan sama Dion nih?!Hancur dong harga diri aku. Padahal kan kalau gue menang kan bisa dapatin mobil dia. Kalau aku kalah taruhan,bisa-bisa dia ngeledekin gue terus kalau gue suami takut istri. Tapi kalau gue pakai uang gaji untuk beli permintaan cewek-cewek ini, bisa ketahuan Raline dong?!"

Galih terus mencari akal, agar bisa kembali kencan dan membeli semua permintaan teman kencannya itu tanpa harus Raline curiga. 

"Hm, kenapa nggak kepikiran dari tadi?!" gumam Galih. 

Galih pun beranjak dari ruang kerjanya.Ia menemui Raline di kamar Austin. Raline yang sedang membereskan pakaian Austin yang baru disetrika, melihat wajah Galih yang murung, sedih. Ia pun mendekati Galih yang duduk disofa. 

"Siapa tuh yang datang?" ujar Raline, menengok ke arah Austin yang sedang berbaring diboxnya.

"Sayang, Austin." Galih mengajak bicara Austin, anak bayi itu pun bereaksi saat pipi gembulnya dimainkan sang ayah. 

Raline pun melirik ke arah Galih, "Kamu kenapa, Mas?Kok wajahnya lesu gitu?"

Galih pun berdiri, membelakangi Raline. 

"Aku baru dapat kabar jelek dari kantor. Kemungkinan tahun ini bonus nggak keluar karena kondisi keuangan perusahaan lagi kurang baik," terang Galih. 

"Nggak apa-apa, Mas, kita berdoa aja ya, mudah-mudahan bulan-bulan depan kondisinya membaik, ya?" ujar Raline. 

"Iya, tapi masalahnya aku sudah investkan 30% gaji aku untuk saham. Untuk invest masa depan kita," ujar Galih. Ia beralasan, agar bisa berfoya-foya dengan gadis-gadis cantik teman dunia mayanya. 

"Ya udah, Mas, kita cukup-cukupin aja uang yang ada ya." Raline pun pasrah dan berusaha memahami kondisi suaminya. 

"Maaf ya, kamu jadi ngirit gini sekarang," ucap Galih dengan wajah memelas. 

"Nggak apa-apa, Mas," jawab Raline tersenyum. 

"Kamu juga kerjanya jangan terlalu keras ya. Jangan lembur terus. Nanti kamu sakit lo," pesan Raline. 

"Makasih ya, Sayang, kamu ini benar-benar istri yang pengertian. Aku beruntung banget punya istri seperti kamu," puji Galih. Ia pun memeluk erat Raline. 

"Aku yakin, rumah tangga kita pasti baik-baik aja," tutur Raline tersenyum. 

"Kamu nggak tahu aja, Lin, aku baru dapat bonus kemarin, tapi bonusnya aku pakai buat cewek lain," batin Galih. 

****

Pagi hari pukul 08.00

"Assalamualaikum." Ibu Mertua Raline mengetuk pintu. 

"W*'alaikumsalam." Raline yang berada di dapur, bergegas membuka pintu.

"Raline ...."

"Bu, Ibu nggak apa-apa? Aku kaget banget pas tahu kalau rumah Ibu atapnya bocor?!" tanya Raline khawatir. 

"Alhamdulillah, Ibu nggak apa-apa. Tapi ya Ibu harus ngungsi ke sini dulu deh. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya balik sang mertua. 

Raline menggeleng tanda ia tak keberatan jika mertuanya itu beberapa waktu tinggal dirumahnya.

"Masuk, Bu," ajak Raline sambil membawa koper sang mertua.

"Lagian Ibu kan bisa tinggal di sini, kapanpun Ibu mau?" tutur Raline mengajak Ibu Galih itu duduk di sofa ruang tamu. 

"Alhamdulillah," ucap ibu mertua. 

"Ohya, Raline, tapi Ibu mau minta tolong sama kamu, nanti tolong bayarin biaya renovasi rumah ya," ujar sang Ibu mengenggam tangan Raline. 

Raline berusaha tersenyum

"Duh, gimana nih? Uang bulanan dari Mas Galih kan lagi berkurang. Tapi aku nggak mungkin nolak permintaan Ibu. Apa aku pakai dana darurat aja ya? Tapi itu ku sisihkan buat Austin. Kalau-kalau terjadi sesuatu. Mau minta sama Mas Galih juga aku nggak tega. Apalagi semalam Mas Galih terpukul banget gara-gara nggak dapat bonus tahunan," batin Raline. 

Malam hari, pukul 20.00

Di kamar Raline dan Galih

Galih termenung, sambil memandangi ponsel pintar miliknya. 

"Duh, saldo tinggal segini lagi. Padahal profile aku lagi di atas banget. Sedikit lagi, aku pasti bisa ngalahin Dion. Kalau aku menang taruhan, aku bisa dapatin mobil dia. Aku harus dapat modal lagi nih. Untuk bisa menggaet cewek lebih banyak. Gimana caranya ya?" gumam Galih. 

Sesaat kemudian, ia melirik ke sebuah lemari yang letaknya ada di sisi ranjang. 

"Ohya ...."

Galih pun membuka salah satu laci lemari itu. Ia mengeluarkan sebuah kotak perhiasan. Satu set perhiasan mewah milik Raline. 

"Nah, ini dia, perhiasan aku sama Raline. Ini aku bisa jual semua nih," kata Galih mengecek satu persatu perhiasan sang istri. 

"Tapi aku harus cari cara, biar Raline nggak curiga, kalau perhiasan dia hilang. Gimana ya?" pikir Galih. 

"Oh iya .... " Galih pun mengambil ponsel, dan memanggil sebuah nama. 

[Hallo, Bang. Bang, bisa bikinin perhiasan imitasi nggak? Sama persis dengan perhiasan saya. Nanti saya kirim fotonya]

[Oke, bisa]

[Wah, mantap. Bang, kalau bisa secepatnya ya]

[Oke, Bang. Saya tunggu ya]

Galih pun mematikan sambungan teleponnya dan mengirim gambar perhiasan milik Raline itu melalui aplikasi chat berwarna hijau. 

"Wah, mantap!" Galih pun tersenyum bahagia. 

"Nanti setelah perhiasannya udah jadi, aku tukar dengan yang imitasi. Lalu setelahnya, aku jual dan aku ganti setelah aku dapat bonus. Dan Raline nggak akan tahu," pikir Galih. 

Ibu Galih memanggil dari luar, "Galih!"

Galih pun panik. Ia segera mengembalikan kotak perhiasan itu keempat semula.

"Ibu .... "

Sang Ibu mengetuk pintu lagi, kali ini dengan sedikit keras karena sang putra tak kunjung membuka. 

"Galih!"

Galih pun membuka pintu. 

"Iya, Bu. Ada apa, Bu?" jawab Galih yang kini ada dihadapan sang Ibu. 

"Ini, besok kan Ibu harus bayar renovasi rumah. Kamu ada uangnya kan? Cuma 5 juta aja kok," ujar sang Ibu tersenyum. 

"Ibu minta sama Raline aja, Bu. Soalnya uang gaji aku sudah aku kasih sama Raline semua," jawab Galih ngeles.

Sang Ibu menarik nafas, dengan wajah kesal, "Ya udah deh, besok Ibu minta sama Raline aja."

"Iya,Bu." Galih pun bernafas lega. 

Sang Ibu pun kembali ke kamarnya. 

Keesokan harinya

"Raline, kamu kemarin kan janji mau bantu biaya renovasi rumah. Ingat nggak? Nah, sekarang Ibu harus bayar. Cuma 5 juta aja kok, ada kan?" tutur sang ibu mertua, membuat Raline kembali pusing. 

"Maaf, Bu, sekarang uangnya belum ada. Kalau minggu depan gimana?" ujar Raline memelas. 

"Kamu ini gimana sih?! Mana bisa tukang-tukang itu nunggu! Kalian itu kan udah lama berumah tangga, masa nggak ada sih tabungan sedikitpun?" ujar Ibu Galih yang langsung memarahi dan mencaci sang menantu. 

Raline hanya terdiam 

"Ya Allah, aku nggak mungkin membuka aib Mas Galih, kalau lagi ada masalah dikantornya. Aku pasrah aja deh dimarahi sama Ibu," batin Raline yang tertekan. 

bersambung .... 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Gila bener2 gila si galih itu blgnya tkt klo kehilangan anak istri tp malah makin menjadi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status