Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 8. Kembali Terluka

Share

Part 8. Kembali Terluka

Author: Rizka Fhaqot
last update Last Updated: 2022-07-07 21:18:40

Aiman menarik napas panjang, menghembusnya perlahan. Tangannya mengusap pelan wajah Zia "Sintia ingin tinggal bersama kita, Zi!"

Mataku Zia sukses terbuka lebar, saat mendengar kalimat terakhir yang Aiman ucap barusan. Ia menggeleng kepala, satu sudut bibirnya terangkat.

"Apa sebenarnya yang kalian inginkan? Setelah kalian berhasil menikah diam-diam, kini perempuan itu ingin tinggal bersamaku. Apakah masih kurang luka yang kalian torehkan di hatiku? Apa aku harus memohon pada kalian agar jangan menambah lagi luka di hatiku?"

Zia menggigit bibir kuat-kuat, emosinya kembali meninggi, hingga matanya mengembun, mengalirkan bulir-bulir yang menganak sungai di pipi, bermuara di pangkuannya.

Aiman menangkupkan kedua tangannya di pipi istrinya. Namun dengan cepat Zia menepisnya.

"Abang juga tak menginginkan ini, Zi. Tapi ini demi kebaikan kita semua. Demi keamanan Sintia juga."

"Kebaikan bagi kita semua?" Zia tersenyum sinis, air mata tak henti membanjiri pipinya. "Ini untuk kebaikan kalian, bukan untukku!" ucapnya dengan gigi bergemelutuk. Matanya menatap tajam pada Aiman, hingga lelaki itu lebih memilik menunduk.

"Sebegitu besarkah kesalahan Abang, hingga sikap lemah lembutmu yang dulu tak penah lagi terlihat, Zi?"

Zia tersenyum sinis mendengar ucapan Aiman barusan, ternyata suaminya itu masih belum sadar sepenuhnya akan kesalahannya.

"Apa menikah diam-diam dengan perempuan lain itu kesalahan kecil menurut Abang, hah?" Zia berbisik. Namun kalimatnya mampu membuat nyali Aiman menciut.

"Jika Abang yang berada di posisiku, bagaimana Abang akan bersikap? Setelah sekian lama kuabdikan semuanya hanya untuk seseorang yang disebut suami, namun di belakangku, lelaki yang kusebut suami telah menghianatiku. Bayangkan, istrimu ini yang melakukan penghianatan atas kesetiaanmu! Bayangkan istrimu ini memiliki laki-laki lain selain kamu." Zia tergugu dengan memeluk lutut.

"Bukankah kau tahu, Zi, jika poligami itu sunnah, tapi kenapa kau menolaknya?" ucap Aiman.

"Aku bukan menolaknya! Dan sampai kapan pun aku tidak akan menolaknya."

"Lantas?" Aiman mengangkat wajah, ia merasa memiliki senjata untuk menghadapi Zia kali ini.

"Apa Abang yakin jika Abang sudah mampu memenuhi syarat untuk melakukannya sesuai tuntunan qur'an?"

"Aku akan mengusahakannya."

"Kalau begitu, silahkan cari yang bersedia untuk menjadi istri yang lain sebagai penggantiku karena aku belum siap untuk dimadi apalagi dengan cara diam-diam."

Zia semakin tak mengerti dengan sikap Aiman, hingga rasa muak di hatinya semakin mengakar.

"Jangan pernah memintaku untuk menceraikanmu, Zi, karena aku sangat mencintaimu."

"Sejak kapan cinta menghancurkan perasaan orang yang ia cintai."

"Aku tak berniat menyakitimu, Zi, mengertilah dengan posisiku sekarang. Berusahalah menerima, balasan istri yang sabar ketika di poligami adalah syurga."

Zia kembali merasa muak dengan ucapan Aiman. Dalil yang selalu kaum laki-laki ucapkan saat ingin memuluskan hasratnya.

"Bukankah, talak juga tak dilarang!" ucapnya dengan suara serak

"Zi, Abang sayang kamu, Zi. Percayalah, Abang akan berusaha adil." Aiman terlihat memohon.

"Lepaskan aku, kembalikan aku pada Ummi dan Abi. Biarkan aku bahagia dengan jalanku," ucapnya lirih di sela isak tangis.

Aiman tersentak mendengar permintaan Zia untuk berpisah. Tatapannya tepat pada wajah cantik dengan kelopak mata sedikit membengkak.

Setahun menikah, ini adalah kali pertamanya ia melihat wajah cantik itu begitu terluka dan yang lebih menyakitkan tapi lagi semua terjadi karena ulahnya.

"Jangan bercanda, Zi!"

"Apa aku seperti tengah bercanda?" Bibirnya tersenyum sinis dengan wajah basah oleh air mata.

"Aku tak ingin berpisah darimu, Zi! Aku mencintaimu!" Aiman terus menghiba dengan nada suara sedikit bergetar. Ia tak rela jika Zia akan pergi secepat ini.

"Cinta?" Zia tersenyum sinis.

"Abang hanya ingin, kau dan Sintia merasa aman. Mengapa kau tak juga mengerti?"

Aiman terdengar membentak. Hal yang belum pernah dilakukannya pada Zia sejak dulu. Hati Zia berdesir. Nyeri … semakin nyeri.

Zia tak ingin berdebat lebih lama. Melihat perubahan sikap Aiman kini menambah luka yang belum sembuh kembali bernanah.

"Baiklah! Bawalah perempuan itu untuk tinggal bersamaku, agar kalian puas!" ucapnya, seraya berlari ke kamar dengan air mata kembali deras mengurai. Tak ada lagi mata teduh yang dulu selalu membuat Zia tak sabar untuk menyambut kedatangannya, yang tersisa hanyalah rasa muak yang memenuhi relung sana.

***

Sore ini, ketika matahari mulai mendekat ke ufuk barat, beranjak menggantikan sinar teriknya menjadi sendu.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum." Suara ketukan beberapa kali terdengar dari arah pintu depan. Zia yang tengah membaca al-qur'an setelah sholat ashar tadi segera mengakhiri bacaannya, lalu bergegas berjalan ke luar dengan masih mengenakan atasan mukena yang tadi ia pakai untuk shalat.

"W*'alaikumsalaam" jawabnya, seraya memutar anak kunci untuk membuka pintu. Tangannya memutar gagang kemudian menarik daun pintu, pintu yang tadinya tertutup rapat, kini berhasil terbuka lebar.

Tatapannya ikut melebar saat melihat punggung perempuan dengan rambut tergerai sebahu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Zen Zen
bodoh kamu zia...
goodnovel comment avatar
Laili Herawati
paling males cerita yg cwoknya gk pny pendirian udh gtu NPD, buang laut sj ky gk da laki2 laen
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
nah itu pasangan DAJJAL egois dan SERAKAH RAKUS SUNDAL DAN GATEL
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status