/ Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 7. Perubahan Sikap

공유

Part 7. Perubahan Sikap

작가: Rizka Fhaqot
last update 최신 업데이트: 2022-07-07 21:11:30

"Tak ada siapa yang merebut siapa, pun tak ada siapa yang memilih siapa. Semua murni jalan takdir. Semua salahku karena tak bisa bertahan lebih lama setelah peristiwa itu." Aiman berusaha membujuk Sintia, bagaimana pun ia tak ingin Sintia menilai buruk Zia yang menurutnya istrinya itu sangat baik.

Isakan kecil masih terdengar dari bibir perempuan cantik, berwajah tirus dengan rambut sebahu itu. Dirinya tak terima Aiman membela perempuan lain di hadapannya.

"Untuk sementara waktu, bersabarlah. Akan kubujuk Zia agar mau menerimamu untuk tinggal bersamanya."

Akhirnya Aiman luluh dan bersedia menyanggupi permintaan Sintia. Namun, ia masih belum tau, entah bagaimana caranya menyampaikan keinginan Sintia pada istrinya.

"Makasih, Bang. Akan kutanyakan Tiara teman kantorku. Mungkin dia gak keberatan, jika aku menginap di apartemennya untuk beberapa waktu ke depan."

Aiman bisa bernafas lebih lega untuk sementara, walau akhirnya waktu menyesakkan itu akan kembali datang.

"Makasih juga, Sin, udah mau ngerti," jawab Aiman singkat.

"Semoga Zia mengizinkan, agar aku bisa memilikimu kembali secara utuh, Bang!" gumam Sintia dalam hati.

Perjuangan mungkin akan lebih sulit bagi Sintia, mengingat adanya Zia di antara mereka. Namun, seterjal apapun jalannya, keputusan gadis itu sudah bulat, untuk menjadikan dirinya satu-satunya milik Aiman, meski dengan cara yang salah karena ia tak biasa mengalah pada apa yang ingin ia miliki.

*

Setelah selesai sarapan pagi tadi orang tua Aiman pamit pulang. Sejak dari kemarin beliau berdua mengunjungi anak menantu mereka, 'rindu' jawab Ibu Ana ketika ditanya, mengapa harus mereka berdua yang mengunjungi Zia dan Aiman.

Zia dan ibu mertua memang sangat akrab. Zia kembali merasakan kasih sayang seorang ibu setelah kepergian ibunya, pada diri Ummi Hamidah dan Ibu Ana—mertuanya. Nikmat yang tak semua yatim piatu sepertinya bisa merasakannya.

Menikah dengan lelaki yang baik dan menyejukkan mata saat dipandang, tentu menjadi impian banyak perempuan, pun dengan Zia. Saat Aiman melamarnya, tentu ia tak dapat menolak. Lebih-lebih, syarat yang diajukan dipenuhi Aiman dengan baik.

Setahun hidup bersama Aiman sukses membuatnya merasa perempuan paling bahagia. Namun, semua tak berlangsung lama.

Impiannya untuk menjadi satu-satunya di hati suaminya, seakan hancur lebur seketika, saat pesan itu ia baca. Perhatian dan kasih sayang yang Aiman curahkan padanya selama ini seakan hilang hampir tak berbekas. Detik itu juga ia merasa, jika pernikahannya tengah berada di ujung tanduk.

Bukan … bukan ia membenci poligami, hanya saja ia belum sanggup. Bahkan sangat-sangat belum sanggup, jika harus berbagi suami dengan perempuan lain.

Setelah kejadian itu, rasa rindu menanti Aiman pulang setiap harinya seakan tergerus. Rasa hormat kepada seorang suami rasanya entah hilang ke mana.

Hari ini Aiman pulang dari kantor setelah Zia selesai sholat magrib. Ia tak banyak bertanya seperti biasa, baginya sekali kepercayaandihancurkan pantang untuk mengemis memintanya kembali.

"Sudah sholat, Sayang?" tanya Aiman saat menghampiri Zia yang tengah menyiapkan makan malam di meja makan. Zia hanya mengangguk.

Aiman selalu berusaha mencairkan suasana, tapi ia seakan enggan merespon lebih. Hatinya terlalu sakit jika harus bersikap biasa-biasa saja. Jika kemarin ia bersikap biasa di depan mertuanya itu wajar karena pertimbangannya pada perasaan dua orang baik yang Allah amanahkan untuk menjadi mertuanya.

Hari ini, semua kembali seperti semula, persis sebelum mertuanya berkunjung. Sekuat apa pun Aiman mencairkan suasana, ia hanya bergeming dan menjawab seperlunya.

"Sayang! Boleh Abang bicara sebentar?" tanya Aiman, saat menghampiri Zia di sofa depan tivi setelah mereka selesai makan malam.

"Katakanlah!" jawabnya tanpa menoleh. Aiman melepaskan bobot tubuhnya di samping Sang istri.

"Lihatlah Abang sebentar saja!" ucap Aiman pelan bernada memohon. Zia menoleh sekilas ke arahnya, dengan senyum dipaksakan. Lelaki itu merengkuh tubuhku, membawanya dalam pelukannya. Namun entah mengapa, rasa nyaman seakan semakin memudar, hingga Zia kembali pada posisi semula. Duduk.

"Kemarin sore rumah Sintia kemalingan," ucap Aiman hati-hati.

Zia tak menjawab. Ia memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam, berusaha mencerna maksud dan tujuan dari perkataan suaminya barusan.

"Harusnya aku iba, ketika melihat atau mendengar berita duka bertubi-tubi yang telah menimpa Sintia. Namun, luka hatiku terlalu dalam, hingga tak tersisa empati sedikit pun untuk perempuan itu." bisik Zia dalam hati.

"Sintia hanya tinggal sendiri di rumah itu, Zi." lanjut Aiman. Ada rasa menggelitik di hati Zia untuk bertanya maksud dan tujuannya menceritakan tentang perempuan itu padanya.

"Lalu?" tanya Zia dingin.

Aiman terdiam sejenak, menatap istinya itu dengan tatapan sendu, mungkin berharap Zia akan luluh dengan tatapan yang biasa ia lakukan saat membujuk Zia ketika perempuan itu tengah merajuk.

"Sebenarnya, Abang juga tak ingin menyampaikannya, tapi mungkin ini bisa jadi pertimbanganmu untuk kebaikan kita bersama."

Zia tersenyim sinis, ia mulai paham ke mana arah kalimat suaminya barusan.

"Maksudnya?" Lagi, ia bersuara dingin. Sangat dingin.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
tinggalkan suami DAJJAL
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status