แชร์

BAB 2 KHAWATIR

ผู้เขียน: KEYCHA KEY
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-09-11 18:41:55

Malam itu, Alaska memaksa untuk tetap pulang karena keadaan hatinya yang tak lagi bisa dikondisikan akibat perihnya tak dianggap dalam kalangan mereka.

Meskipun demikian, Alaska hanyalah manusia biasa yang memiliki rasa kecewa dan juga perih. Terlebih saat menatap sahabat Yesaya yang seakan meremehkan dirinya, juga Yesaya yang tak menganggapnya sebagai pasangan seperti pria lain yang dibanggakan atau mungkin dihargai oleh pasangannya. Mungkin, karena rasa yang amat besar Alaska tak ingin memperlihatkan rasa kecewanya pada Yesaya kekasihnya itu.

"Kamu itu kenapa sih maksa banget dari tadi? Perasaan gak ada yang salah loh," bantah Yesaya terhadap ajakan Alaska yang ingin pulang.

"Aku cuma mau pulang by," lirih Alaska pelan pada kekasihnya itu, tapi tetap saja Yesaya tak mau dan bersikukuh untuk tetap berada di sana.

Hingga perdebatan mereka itu membuat seluruh pasang mata yang ada di sana serentak menatap, seakan tengah menyaksikan sinetron dalam layar lebar.

Malam itu, menjadi malam tersial bagi Yesaya. Namun, menjadi malam yang terburuk bagi Alaska. 

"Hih! Nyesel gue bawa lo!" dengus Yesaya, ia meraih tasnya yang berada di atas meja makan dengan kasar lalu berjalan ke arah mobil yang terparkir.

Melihat kejadian itu, Alaska pun juga ikut terburu mengejar Yesaya yang tampak kesal dengan tingkahnya. Terlebih seluruh pasang mata juga ikut menatapnya tajam ketika mereka berlari ke arah mobil, sementara itu acara dinner malam ini belum usai. Padahal, bukannya Alaska ingin membuat suasana kacau, akan tetapi ia berasa dijadikan badut di antara kumpulan Yesaya. 

"Yesaya, tunggu!"

"Apaan lagi sih? Belum puas lo bikin gue malu di hadapan temen-temen gue? Kapan sih lo itu bisa berubah hah? Bisa jemput gue pake mobil lo, pake baju branded kayak pasangan temen-temen gue, kapan hah? Oh gak usah itu deh, rubah aja tu pola pikir kampungan lo itu! Dan sekarang lo bikin gue malu di depan orang banyak," omel Yesaya pada Alaska yang sontak bungkam.

Yesa menangis karenanya, sementara Alaska? Hanya menahan rasa sesak di dada karena pengakuan yang dilontarkan Yesaya padanya, cukup membuat hati dan jantungnya tersayat.

Mengatakan kalimat putus, lalu mencelanya berulang kali. Hal inilah yang acap kali membuat Alaska mengutuk dirinya sendiri. 

'Andai aja Yesaya ngerti, betapa hati mencintainya. Bagaimana rasanya tersenyum di saat hati hancur berkeping-keping. Tapi tak apa, jika ini takdirnya semoga Allah segera membangunkannya dari sebuah kesalahan yang pernah ada,' batin Alaska, ia menatap sendu pada kekasihnya itu. 

Alaska tau, bagaimana rasanya di posisi Yesaya. Memiliki pasangan yang serba kekurangan, bahkan untuk pergi ke kota ini saja, hanya membawa badan saja. Sangat sukar untuk diceritakan, dan hanya dapat dirasakan.

Begitulah sekiranya. 

"Iya udah, jangan nangis lagi ya by, Alaska minta maaf udah bikin sedih," tutur Alaska seraya mengusap air mata yang telah membasahi pipi gadisnya itu, akan tetapi Yesaya menolak dan menjauhkan wajahnya dari Alaska.

Tanpa berkutik apapun lagi, akhirnya Alaska mengendarai mobil Pajero itu menuju kostnya, Alaska ingin mengantarkan gadisnya pulang. Hanya saja, ia sadar, jika pemilik mobil Pajero putih itu bukanlah dirinya, akan tetapi masih terlist dalam daftar impian yang akan ia wujudkan di masa depan.

Di dalam mobil, tak ada sepatah kata pun yang keluar, entah dari Alaska atau pun Yesaya. Hening, diam dan membisu hanya itu yang terjadi di antara keduanya. Untuk bertanya pun Alaska merasa enggan karena ia tau jika Yesaya marah dengannya. Sementara itu, Yesaya memalingkan wajahnya dari hadapan Alaska, menatap ke sebelah kiri jendela, agar ia tak melihat wajah pria yang ada di sampingnya.

"Habis Alaska anter pulang, langsung pulang ya by," lirih Alaska, karena malam ini, terjadi perang dingin. Akan tetapi, ia khawatir jika gadisnya itu akan kenapa-kenapa.

Tapi nihil, tak ada jawaban dari Yesaya, hanya diam dan membisu.

Karena jarak rumah kost Alaska tak jauh lagi, pria itu sengaja memperlambat laju mobilnya, agar banyak waktu bersama dengan kekasihnya itu, yah walaupun Yesaya kesal dengannya. Tapi Alaska adalah salah satu pria yang dikenal dengan julukan 'Loyal man' dan mampu bertahan dengan semua kekurangan maupun kelebihan Yesaya.

"Jangan marah lagi ya by," lirih Yesaya lagi seraya menatap wajah Yesa yang masih datar bahkan tak memiliki raut sama sekali. Ingin rasanya memeluk Yesaya tapi rasanya mustahil.

Yesaya dan Alaska turun bersamaan untuk berganti posisi karena saat ini, Yesaya harus mengemudikan mobilnya sendiri ke rumah, sementara Alaska harus menunggunya memberi kabar.

Mobil Yesaya sudah mundur hingga hilang dari pandangan tapi Alaska tetap berada di sana, menatap lamat ke arah mobilnya, hingga ia harus tersadar ketika di kagetkan oleh Azka. 

"Heh, diem bae lo? Kenapa?" tutur Azka.

"Apaan sih Ka, nganggetin gue aja lo!" celetuk Alaska yang bergegas masuk dalam kamarnya.

"Ka, tunggu deh. Lo gak mau nikmatin kopi hangat bareng gue dulu gitu?" timpal Azka seraya memegang cangkir kopinya memeragakan pada Alaska yang masih tak peduli dengannya.

"Apaan sih Azka? Jangan ganggu gue deh! Gue mau istirahat nih!" tukas Alaska yang berjalan cepat menuju kamar.

"Gimana Dinnernya? Lancar kan?” Lagi-lagi Azka melontarkan pertanyaan yang membuat Alaska menjadi tambah bad mood. 

“Gue mau istirahat, jangan ganggu gue! Kalo lo masih belom mau tidur, sana! Di depan tv! Gue gak dianggap, puas lo!” jawab Alaska dengan suara yang lebih tinggi.

Lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.

"Gak dianggap?” lirih pria itu sendiri, namun pada akhirnya memilih bungkam, karena Alaska tampak marah dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Alaska memang dingin, namun jika marahnya yang datang, bulan pun bisa terbelah dibuatnya. 

Azka kini berada sendirian di tempat, ditemani oleh sunyi malam, ditambah juga dengan udara dingin yang mencekam membuat suasana menjadi horor. Azka masih berfikir akan peristiwa yang menimpa Alaska malam ini, bahkan ia tampak emosi dan kurang bahagia malam ini. 

Lelah teramat mematahkan raganya, bahkan rasanya tak sanggup untuk menahan luka dan remuknya jiwa.

Alaska menatap ke arah ponselnya, berharap jika Yesaya telah memberinya kabar jika ia sudah berada di rumah.

Dua puluh menit berlalu ...

Tapi masih belum ada kabar apapun dari Yesaya, yang membuat Alaska semakin gelisah. Kemana gerangan gadisnya itu, kenapa belum juga memberinya kabar. Hingga kantuk pun tiba-tiba menyerang Alaska yang merasakan lelah di seluruh tubuhnya, tapi ia berusaha untuk melawan agar tak terlelap, karena menunggu balasan dari gadisnya itu.

Namun, akhirnya Alaska dikalahkan juga oleh kantuk yang menyerangnya, hingga ia tertidur .

Satu jam berlalu ..

Ia menatap ke arah jam dinding yang berputar, alangkah terkejutnya ia ketika ia menatap jam waktu udah menunjukkan pukul 00.00 namun Yesaya masih juga belum ada kabar. Saat di liat, Azka pun juga sudah terlelap di sebelah Alaska yang tampak nyenyak. Berbanding terbalik dengan dirinya yang masih sibuk memikirkan Yesaya yang entah kemana belum memberinya kabar.

Alaska juga khawatir jika kalimat yang dilontarkan oleh kekasihnya tadi itu adalah nyata, jika Yesaya benar-benar meninggalkannya. 

Pikiran buruk itu semakin berkecamuk dalam diri Alaska hingga akhirnya ia kembali melacak ponselnya.

___________

Chat

By udah di mana?|Alaska

Namun centang abu tak bertanda dua, melainkan satu. Sementara Alaska tau, Yesaya tak pernah mematikan ponselnya. Dan itu membuat Alaska semakin khawatir, ingin rasanya menghampiri Yesaya, tapi ini sudah terlalu larut untuk dirinya menghampiri gadis itu ke rumahnya. Namun Alaska berharap agar pagi segera datang, ia ingin menemui cintanya.

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • ALASKA   BAB 31 KARMA IS THE REAL

    “Alaska, kok lo malah main tinggal gue aja sih sama tu orang di depan?” Dengus Azka yang berlari mengejar Alaska yang bergegas masuk ke dalam rumah."Gue gak mau bergulat dengan masa lalu yang udah bikin gue tertatih! Gue gak mau harus mengulang sejarah sama orang yang berulang kali bikin gue kecewa. Dia hadir, cuma gak mau anak yang ada dalam perutnya itu lahir tanpa ayah. Gue tau, kalo gue jahat gak mau dampingin dia, karena jujur dari hati yang paling dalam gue masih sayang sama dia Ka!” tutur Alaska seraya menyeka air mata yang ikut tumpah ketika mulutnya melontarkan kalimat yang membuatnya pilu itu.“Sayang sama orang salah! Itu karma buat dia, karena udah nyakitin perasaan orang yang tulus sama dia, dan gak mau ngerusak dia sama sekali,” timpal Azka dan menepuk pundak Alaska.“Entahlah Ka, mendingan lo suruh Yesa pulang aja. Gue gak mau nanti salah paham,” titah Alaska pada Azka yang menatapnya datar, lalu beranjak

  • ALASKA   BAB 30 CINTA ITU BERTAHAN BUKAN MENINGGALKAN

    Setiap manusia punya sisi kelemahannya masing-masing. Dan salah satu sisi kelemahan gue adalah hidup tanpa lo!••Fajar kembali menyingsing. Sesekali melihatkan diri akan satu hal yang membuat seluruh manusia di bumi melanjutkan aktivitasnya. Alaska sempat beberapa kali berdecak kagum dalam hati, ketika menatap semesta begitu bersahabat, terlebih pagi ini tampak rindang dan sejuk, juga tenang. Gak seperti biasanya.Alaska mencoba menghirup udara segar yang kali ini membuat pikirannya sedikit tenang, dari segala beban masalah yang menghampirinya. Angin sepoi-sepoi pun ikut bahagia, dengan hadirnya Alaska pagi ini yang tampak seperti Langit biru di angkasa.“Alaska!” kaget Azka yang baru saja datang dari belakang.“Lo Ka, ada apa?” tanya Alaska pada Azka lagi.“Gak ada sih, lagi pengen nyantai aja hari ini. Rasanya tenang banget ya, kalo kayak sekarang,” pungkas Azka.“Iya enak

  • ALASKA   BAB 29 PERLAHAN

    ‘Siapa bilang lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati? Nyatanya lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati!’ ujar Alaska pada dirinya sendiri yang tatkala sedang membawa motor menuju kostnya.Rasanya ia bermimpi, bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat itu hanyalah sebuah delusi yang membawanya dalam sebuah kesengsaraan, tapi ternyata salah! Itu adalah sebuah kenyataan yang harus di terima disaat semua tak satu pun berpihak pada kita.Oh ternyata begini, rasanya menjadi dewasa. Setelah bertahun, hanya mendengar kita dari orang lain yang selalu mengeluh lelah menjalani hidupnya. Meskipun tak pernah mengusik, tapi kenapa Alaska selalu di hadirkan orang yang tak pernah memberi ketenangan pada jiwanya yang tergolong lelah itu. tak terasa hampir bentar lagi Alaska sampai di rumah kostnya. Baru sebentar ia tinggal, rasa rindunya sudah menyeruak menyesakkan dada. Sama seperti halnya ketika ditinggal oleh orang yang terkasih, baru saja sebentar tapi rindunya ud

  • ALASKA   BAB 28 ALUR TAKDIR

    Biarkan semua berjalan sesuai alurnya. Mengikuti proses sebagaimana mestinya, tak perlu berhayal tinggi dalam menjalan kan kehidupan yang nyatanya keras dan begitu kejam. Cinta bahkan tak peduli berapa besar rasa yang harus ia korbankan, bahkan luka juga tak mau tau berapa perih yang harus ia sembuhkan untuk tetap bertahan.“Bang Alaska, enak gak kuliah di Jakarta?” tanya Shania yang sedari tadi sibuk memperhatikan Alaska yang tengah berberes.“Kenapa kok nanya gitu? Emang Shania juga mau kuliah di Jakarta?” tanya Alaska lagi.“Hm, pengen tau aja bang. Karena masih takut karena belum pernah jaoh dari mama sama papa, rasanya Shania masih belum siap buat itu,” jelas adiknya yang membuat Alaska melihat kan lengkung bulan sabit di bibirnya.“Gak ada yang perlu di takutin kok Shania, semuanya juga akan jadi terbiasa. Apalagi disana, bisa lebih mandiri dari pada harus selalu tinggal sama orang tua. Tapi kalo Shania, jan

  • ALASKA   BAB 27 KEPUTUSAN TAK BERUJUNG

    Alaska berada di kamarnya dulu sewaktu masih berada di kampung. Bahkan satu pun tak ada yang berubah, hingga ia hampir saja tak ingin beranjak dari kamar itu untuk melepas kerinduan.Sementara ia harus balik ke kota untuk kembali melanjutkan hidupnya di rantau menjalani pendidikan yang hampir selesai ia tempuh. Semua rasanya terasa kembali dalam ingatan Alaska, dimana dulu ini adalah kamar pertama ia sewaktu selesai khitan. Dan ini adalah kamar dimana ia menumpahkan segala kerisauan dalam hatinya, sesekali memetik senar gitar yang hampir terlupakan olehnya. Alaska yang dulu hanya berdiam diri di kamar tanpa ada yang mau berteman dengannya, bahkan ia tidak terlalu terbuka untuk berbagai hal yang sontak membuat sekitarnya ingin menjadikan Alaska sebagai menantunya. Alaska hanya tertegun ketika mengingat semua itu, ia harus kuat tak ada lagi Alaska yang harus rapuh ketika mengingat masa lalu yang begitu menghancurkan dirinya. Flashback adalah salah satu cara terbodoh yang

  • ALASKA   BAB 26 PERDEBATAN

    “Alaska tetap gak mau buat di jodohin pa, ma!” Bantah Alaska di hadapan pak Asep yang hanya bungkam dan sesekali menatap istrinya, seakan ia bersalah atas perjanjian yang mereka lakukan dua puluh tahun silam, sejak awal anak mereka masih dalam kandungan.“Apa alasan kamu gak mau Alaska? Gak sopan banget kamu ya, lancang banget di depan pak Asep ngomong gitu!” Bantah papa Alaska dengan nada yang meninggi, sedangkan di ruang tamu para manusia yang ada disana, sangat gugup dan sontak menjadi canggung.“Pah, Alaska minta maaf ya kalo kali ini Alaska harus nolak permintaan papa sama mama buat di jodohin, Alaska sadar kok kalo itu udah bikin Alaska jadi anak durhaka. Tapi Alaska minta pengertian mama sama papa, juga pak Asep. Kali ini, Alaska pengen nikmati masa muda dulu, dan cari pekerjaan yang bener-bener bikin Alaska mapan, dan siap menanggung semuanya. Sedangkan sekarang? Alaska masih berstatus kan mahasiswa,” tutur Alaska berharap ay

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status