Home / Romansa / ALASKA / BAB 4 KECEWA

Share

BAB 4 KECEWA

Author: KEYCHA KEY
last update Last Updated: 2021-09-11 22:57:19

laska yang kini berada di kamarnya membenamkan wajahnya di bantal, ia menumpahkan seluruh kesedihan hatinya di atas bantal yang membuatnya kecewa dan lelah. Azka yang semakin kepo ingin menguping lalu masuk ke dalam kamar, namun sayangnya kepala Azka harus terbentur karena pintu kamar dikunci oleh Alaska yang mungkin ingin sendiri.

"Alaska, yaelah lo kunci pintu kamar, parah amat dah," omel Azka dari balik pintu kamar setengah menggerutu pada sahabatnya itu.

"Alaska buka pintunya, gue mau masuk," teriak Azka lagi.

"Gue lagi pengen sendiri, ntar aja lo masuknya," jawab Alaska dari dalam kamar dengan suara yang berat sehabis menangis.

"Tapi lo seriusan gak apa-apa kan, Ka? Kayak anak perawan aja lo masuk kamar langsung dikunci pintunya," ejek Azka dari luar kamar seraya tertawa. Tapi tak ada tanggapan dari Alaska karena ia anggap bacotan Azka itu tidak begitu penting. Yah, semacam angin lalu. Alaska pun hanya terdiam membenamkan wajahnya di balik bantal.

Hingga akhirnya, Alaska kembali di kagetkan oleh Azka yang menggedor pintu kamar sangat keras.

Toook...

Toook...

Toook...

Toook...

"Apaan sih Azka, bisa gak sih gak ganggu gue? Gue lagi pengen sendiri," geram Alaska dari dalam kamarnya dan mengomel sendiri.

"Heh, lo gak liat jam apa hah? Bentar lagi itu jadwal kuliah Langit. Emosi deh gue liat lo!" celetuk Azka emosi dari balik pintu.

"Gue gak kuliah Kamvret! Gue malas kuliah," sahut Alaska lagi.

"Gak kuliah gimana hah? Jangan ngadi-ngadi ye lu, gue geplak baru tau rasa lo," omel Azka lagi pada Alaska yang masih tak menghiraukan ceracau sahabatnya itu.

"Berisik banget sih nih orang," gerutu Alaska yang sontak berdiri dari tidurnya, dan membukakan pintu kamar untuk Azka agar ia masuk untuk bersiap ke kampus.

"Dari tadi dong, jangan cengeng jadi orang. Emang lo habis diapain sih sama Yesa, ampe jadi kegini?" tanya Azka seraya mengenakan kemejanya yang kini telah terlihat rapi ia kenakan juga celana Jenas yang membuatnya semakin berdamage. Emang sih, Azka dan Alaska dua orang yang jika dilihat sekilas laksana kulkas dua pintu. 

Keduanya memang sepakat untuk kost, tapi satu hal yang berbeda, Alaska dari keluarga sederhana, sedangkan Azka dari keluarga yang berada. Namun, Azka tak ingin mahasiswa atau mahasiswi di kampus itu tau, karena menurutnya di usia yang dewasa sekarang Azka ingin berdiri di kakinya sendiri tanpa melibatkan orang tuanya. So, itu lah hal yang membuat mereka selalu bersama, karena mereka berdua memulai semuanya itu dari nol.

"Lo gak tau diem," sanggah Azka kesal.

"Kan liat deh, heran. Masih ada ya cowok di dunia ini yang lembek banget sama pasangannya," tutur Azka lagi.

Tapi Alaska masih tak menggubris omongan Azka yang menceracau tak jelas, karena Alaska yang biasanya semangat mendengar kata kampus, tapi sekarang seperti orang yang tak berminat untuk mengejar pendidikan dan impiannya lagi, padahal Alaska adalah orang yang memiliki cita-cita paling tinggi. Hanya karena seorang Yesaya ia seperti sekarang. Azka mulai semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi diantara dua sejoli itu, sehingga Alaska yang awalnya ambisius sekarang udah tidak minat apa-apa lagi. Dan yang paling membagongkan, Alaska menangis kali ini.

Padahal kan dia itu adalah orang terkuat yang pernah ia temui, bahkan anti banget sama yang namanya air mata.

Tapi sekarang? it's like he's not himself!

“Lo yakin gak ngampus sekarang?" tanya Azka memastikan untuk kesekian kalinya.

"Hih, lo tuh bawel banget ya, gue bilang enggak tuh ya enggak! Jadi, gue mau minta tolong nih ama lo," lirih Alaska seraya merogoh kunci motornya dari dalam saku, dan menatap Azka tajam, seakan ada sesuatu yang akan ia inginkan.

"Apa? Perasaan gue gak enak," celetuk Azka lagi.

"Udah permintaan tolong gue itu gak susah kok. Sederhana, simpel," tutur Langit.

"Iya apa bambank? Jangan bikin gue deg-degan kegini,"

"Jadi, gue minta tolong sama lo buat ceklisin absen gue, terus tanda tangannya terserah lo deh gimana, yang penting absen gue terisi," pinta Alaska dengan santainya. 

"Gak mau, enak aja lo! Kalo mau ambil absen itu datang dong! Jangan nyuruh orang," bantah Azka.

"Dasar tikus got, sahabat lo minta tolong! Kan kita itu kata orang-orang bespren, masa lo gak mau sih nolongin gue?" bujuk Alaska dengan wajah yang membuat Azka bergidik geli. 

"Gak mau, gue gak mau. Mau lo bujukkin gue gimana pun, gue tetap gak mau! Kalo lo gak mau absen, ya datanglah. Masa suruh gue sih? Jangan jadi orang yang lemes deh Ka!" tukas Azka tegas pada Alaska yang masih lesu tak berdaya, karena kegalauan hakiki yang melanda. 

Gimana enggak galau? Yesaya itu adalah wanita yang ia cintai, tempat pelabuhan hatinya.

"Tapi Alaska, di mana-mana nih ya, kalo seseorang itu pengen berhasil. Apapun rintangan yang lagi dia hadapin, jangan bikin galau dulu. Semua yang dilakukan Yesa itu pasti ada alasannya, so jangan sedih dulu okey," sementara itu, Alaska hanya menghela napas untuk bersiap ke kampus meskipun separuh hati.

Yah, Azka tau, kalo di fase ini bukan hal yang mudah bagi seorang Alaska, karena ia harus berjuang untuk berhasil, mewujudkan mimpinya, menikahi orang yang dia sayang, dan membahagiakan orang tuanya. Tak hanya itu, ia meyakinkan hatinya untuk tidak langsung mengambil keputusan terhadap apa yang ia dengar dari mulut pria tadi. Karena ini bisa aja, faktor kesengajaan supaya hubungannya sama Yesa rusak. 

Hal yang begitu sulit, jadi Azka harus memahami sahabatnya itu, seperti Alaska juga memahami dirinya. 

Galau itu adalah hal yang wajar, asalkan tidak melampiaskannya ke hal yang negatif.

"Itu gue tau! Lo mah enak, cuma bisanya bilang 'Jangan galau ya!' Kan yang ngerasain gue, yang sakit gue. Jadi lo mana bisa ngerti!" bantah Alaska kesal.

"Lah, terus mau sampai kapan lo sedih terus? Sementara yang lagi lo sedihin aja nih, lagi have fun di negeri entah berantah! Mau tua karena galau terus lo!"

"Iya enggak sih, tapi kan gue bingung dan khawatir akan Yesa, Azka! Masa lo itu aja gak ngerti sih!" -Alaska.

"Dah ah! Capek gue ngomong sama orang kayak lo, yang susah banget buat dengerin gue, padahal udah di nasehatin. Udah di kasih tau, tetap aja ngeyel! Gue juga bakal selidikkin tu orang, apa sih motifnya sampai bikin sahabat gue yang terkece ini kecewa," celetuk Azka.

"Tau deh Ka! Udah kayak detektif aja lo,"

Kali ini, mereka kembali dengan aktivitasnya masing-masing, meskipun Azka sedikit kesal dengan sikap sahabatnya itu, yang selalu saja membantah.

Memang benar, rasa sayang Alaska terhadap Yesa itu teramat besar, lantas apakah itu bisa dijadikan alasan bagi Yesa untuk seenaknya mempermainkan perasaan pasangannya?

Sementara ia tau, bahwa karma tak semanis kurma!

"Cewek di luaran masih banyak cuy! Gue harap, lo bisa jatuh cinta terhadap salah satu dari mereka yang pastinya terbaik dari pada Yesa!" tutur Azka lagi pada Alaska.

"Gak akan bisa! Gue gak akan pernah bisa jatuh cinta sama cewek lain, selain Yesa! Karena bagi gue, satu udah lebih dari cukup, dan gak akan ada yang bisa gantiin dia. Meskipun banyak bikin gue kecewa!" bantah Azka lagi.

"Up to you! Gue cuma bisa berharap, selebihnya terserah lo! Karena yang menjalankan itu lo Ka!" tukas Azka lagi dan kembali ke dapur membuat roti panggang sebelum berangkat ke kampus.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ALASKA   BAB 31 KARMA IS THE REAL

    “Alaska, kok lo malah main tinggal gue aja sih sama tu orang di depan?” Dengus Azka yang berlari mengejar Alaska yang bergegas masuk ke dalam rumah."Gue gak mau bergulat dengan masa lalu yang udah bikin gue tertatih! Gue gak mau harus mengulang sejarah sama orang yang berulang kali bikin gue kecewa. Dia hadir, cuma gak mau anak yang ada dalam perutnya itu lahir tanpa ayah. Gue tau, kalo gue jahat gak mau dampingin dia, karena jujur dari hati yang paling dalam gue masih sayang sama dia Ka!” tutur Alaska seraya menyeka air mata yang ikut tumpah ketika mulutnya melontarkan kalimat yang membuatnya pilu itu.“Sayang sama orang salah! Itu karma buat dia, karena udah nyakitin perasaan orang yang tulus sama dia, dan gak mau ngerusak dia sama sekali,” timpal Azka dan menepuk pundak Alaska.“Entahlah Ka, mendingan lo suruh Yesa pulang aja. Gue gak mau nanti salah paham,” titah Alaska pada Azka yang menatapnya datar, lalu beranjak

  • ALASKA   BAB 30 CINTA ITU BERTAHAN BUKAN MENINGGALKAN

    Setiap manusia punya sisi kelemahannya masing-masing. Dan salah satu sisi kelemahan gue adalah hidup tanpa lo!••Fajar kembali menyingsing. Sesekali melihatkan diri akan satu hal yang membuat seluruh manusia di bumi melanjutkan aktivitasnya. Alaska sempat beberapa kali berdecak kagum dalam hati, ketika menatap semesta begitu bersahabat, terlebih pagi ini tampak rindang dan sejuk, juga tenang. Gak seperti biasanya.Alaska mencoba menghirup udara segar yang kali ini membuat pikirannya sedikit tenang, dari segala beban masalah yang menghampirinya. Angin sepoi-sepoi pun ikut bahagia, dengan hadirnya Alaska pagi ini yang tampak seperti Langit biru di angkasa.“Alaska!” kaget Azka yang baru saja datang dari belakang.“Lo Ka, ada apa?” tanya Alaska pada Azka lagi.“Gak ada sih, lagi pengen nyantai aja hari ini. Rasanya tenang banget ya, kalo kayak sekarang,” pungkas Azka.“Iya enak

  • ALASKA   BAB 29 PERLAHAN

    ‘Siapa bilang lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati? Nyatanya lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati!’ ujar Alaska pada dirinya sendiri yang tatkala sedang membawa motor menuju kostnya.Rasanya ia bermimpi, bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat itu hanyalah sebuah delusi yang membawanya dalam sebuah kesengsaraan, tapi ternyata salah! Itu adalah sebuah kenyataan yang harus di terima disaat semua tak satu pun berpihak pada kita.Oh ternyata begini, rasanya menjadi dewasa. Setelah bertahun, hanya mendengar kita dari orang lain yang selalu mengeluh lelah menjalani hidupnya. Meskipun tak pernah mengusik, tapi kenapa Alaska selalu di hadirkan orang yang tak pernah memberi ketenangan pada jiwanya yang tergolong lelah itu. tak terasa hampir bentar lagi Alaska sampai di rumah kostnya. Baru sebentar ia tinggal, rasa rindunya sudah menyeruak menyesakkan dada. Sama seperti halnya ketika ditinggal oleh orang yang terkasih, baru saja sebentar tapi rindunya ud

  • ALASKA   BAB 28 ALUR TAKDIR

    Biarkan semua berjalan sesuai alurnya. Mengikuti proses sebagaimana mestinya, tak perlu berhayal tinggi dalam menjalan kan kehidupan yang nyatanya keras dan begitu kejam. Cinta bahkan tak peduli berapa besar rasa yang harus ia korbankan, bahkan luka juga tak mau tau berapa perih yang harus ia sembuhkan untuk tetap bertahan.“Bang Alaska, enak gak kuliah di Jakarta?” tanya Shania yang sedari tadi sibuk memperhatikan Alaska yang tengah berberes.“Kenapa kok nanya gitu? Emang Shania juga mau kuliah di Jakarta?” tanya Alaska lagi.“Hm, pengen tau aja bang. Karena masih takut karena belum pernah jaoh dari mama sama papa, rasanya Shania masih belum siap buat itu,” jelas adiknya yang membuat Alaska melihat kan lengkung bulan sabit di bibirnya.“Gak ada yang perlu di takutin kok Shania, semuanya juga akan jadi terbiasa. Apalagi disana, bisa lebih mandiri dari pada harus selalu tinggal sama orang tua. Tapi kalo Shania, jan

  • ALASKA   BAB 27 KEPUTUSAN TAK BERUJUNG

    Alaska berada di kamarnya dulu sewaktu masih berada di kampung. Bahkan satu pun tak ada yang berubah, hingga ia hampir saja tak ingin beranjak dari kamar itu untuk melepas kerinduan.Sementara ia harus balik ke kota untuk kembali melanjutkan hidupnya di rantau menjalani pendidikan yang hampir selesai ia tempuh. Semua rasanya terasa kembali dalam ingatan Alaska, dimana dulu ini adalah kamar pertama ia sewaktu selesai khitan. Dan ini adalah kamar dimana ia menumpahkan segala kerisauan dalam hatinya, sesekali memetik senar gitar yang hampir terlupakan olehnya. Alaska yang dulu hanya berdiam diri di kamar tanpa ada yang mau berteman dengannya, bahkan ia tidak terlalu terbuka untuk berbagai hal yang sontak membuat sekitarnya ingin menjadikan Alaska sebagai menantunya. Alaska hanya tertegun ketika mengingat semua itu, ia harus kuat tak ada lagi Alaska yang harus rapuh ketika mengingat masa lalu yang begitu menghancurkan dirinya. Flashback adalah salah satu cara terbodoh yang

  • ALASKA   BAB 26 PERDEBATAN

    “Alaska tetap gak mau buat di jodohin pa, ma!” Bantah Alaska di hadapan pak Asep yang hanya bungkam dan sesekali menatap istrinya, seakan ia bersalah atas perjanjian yang mereka lakukan dua puluh tahun silam, sejak awal anak mereka masih dalam kandungan.“Apa alasan kamu gak mau Alaska? Gak sopan banget kamu ya, lancang banget di depan pak Asep ngomong gitu!” Bantah papa Alaska dengan nada yang meninggi, sedangkan di ruang tamu para manusia yang ada disana, sangat gugup dan sontak menjadi canggung.“Pah, Alaska minta maaf ya kalo kali ini Alaska harus nolak permintaan papa sama mama buat di jodohin, Alaska sadar kok kalo itu udah bikin Alaska jadi anak durhaka. Tapi Alaska minta pengertian mama sama papa, juga pak Asep. Kali ini, Alaska pengen nikmati masa muda dulu, dan cari pekerjaan yang bener-bener bikin Alaska mapan, dan siap menanggung semuanya. Sedangkan sekarang? Alaska masih berstatus kan mahasiswa,” tutur Alaska berharap ay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status