Share

21. Akan Kehilangan

Penulis: Rumi Cr
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-15 08:00:21

"Gimana kalau Saka enggak bisa punya adik?”

"Kenapa enggak bisa?”

“Susah bikinnya.”

“Emang gimana bikinnya?”

Sialan! batin Satria. Perkiraan Kanaya benar, raut wajah Saka kini terlihat sangat penasaran, menantikan jawaban.

“Uh … tadi Papa bilang ‘kalau’, jadi ya belum tentu. Hahaha …” kilahnya cepat-cepat, jangan sampai Saka terus penasaran. Ia segera mengubah topik, “Emangnya Saka mau banget punya adik?”

“Iya, lima!” Saka kemudian teralihkan, mengeluarkan tangan dari lubang jaket ayahnya dan menunjuk. “Mama .…”

Satria menoleh, mendapati Kanaya tengah berfoto dengan beberapa perempuan yang sepertinya sebaya. Ia tidak suka situasi itu.

“Panggil, Nak, yang kencang … Mamaaa!”

Saka menuruti, “Mamaaaa!”

Kanaya sampai hampir terperanjat, namun segera mengangguk sopan, meminta permakluman saat beralih mendekati suami dan anaknya. S
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   29. Dipindahkan

    Daffa sudah curiga ada hal yang tidak beres ketika diberi tahu bahwa Kanaya akan dipindahkan ke rumah sakit pusat. Ia dan Ghea yang baru saja mendarat justru diminta mengurus barang-barang yang tertinggal di penginapan. “Saya ganti pakai cek saja ya, Pak. Repot kalau harus ganti unit,” ujar Ghea saat ditemui perwakilan pengelola, setelah diberi tahu tentang proses ganti rugi akibat kecelakaan yang merusak satu unit mobil jeep. “Oh, bukan, saya justru mau meminta informasi soal ganti ruginya. Sopir truknya sudah tertangkap dan bisa diurus untuk—” “Aduh, Mas saya enggak akan punya waktu buat urusan begini,” sela Ghea sambil memandang Daffa. “Iya, kan?” Daffa mengangguk. “Kalau bisa, sopir itu jangan sampai nongol dulu di depan mukanya. Satria kalau dendam, jelek tabiatnya.” “Ih, bener-bener,” Ghea geleng kepala. “Pak, pokoknya silakan diurus saja, ya, kasusnya. Kami mau fokus ke penyembuhan dulu.”

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   28. Kedatangan Kanzu

    “Mamaaa!” jerit Saka. “Satria! Aku akan datang ke kamu, ya ... Ghea juga,” suara Daffa terdengar meyakinkan. “Tunggu sebentar, Man ... kami akan ke sana.” Satria menyebutkan nama rumah sakit, mengakhiri panggilan, lalu menggendong Saka kembali sambil berjalan mondar-mandir di ruang tunggu operasi. “Mamaaa ....” “Iya, tunggu Mama di sini, ya.” Lengan Satria mulai nyeri. Sebelumnya, bukan cuma tangisan, putranya sempat tantrum. Menendang, menggeliat, memukul-mukul, dan semakin memberontak begitu tahu ibunya dibawa masuk ke ruangan yang tidak memperbolehkan siapa pun ikut. Beberapa pengunjung sempat membantu menenangkan, tapi tidak banyak membantu. Bahkan dokter anak yang memeriksa Saka juga tidak bisa berbuat banyak. “Mamaa ....” “Iya, tunggu Mama di sini,” ulang Satria, mengelus punggung putranya. Ia berusaha menenangkan diri, menghirup sisa aroma Kanaya yang masih tertinggal di selimut dan rambut Saka. Ia tidak tahu sudah berapa kali bolak-balik, sampai akhirnya tangis

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   27. Berita baik dan buruk

    “Selamat sore, Bu Laras.”“Sore, Sus,” sapa Laras Pradipandya, mengangguk ramah pada suster pribadi yang selama sebulan terakhir membantu menjaga Kakek Rahmat. “Ini ada kue dan jus, silakan dinikmati.”“Terima kasih, Bu.”Laras mengangguk, melihat dari balik kaca pintu ruang rawat. “Dokter Abiyu visit jam berapa, ya?”“Sekitar setengah jam lagi, Bu.”“Di dalam ada Bu Syaiba?" tanya Bu Laras pada perawat tersebut.“Ada, Bu.”Bu Laras masuk pelan, nampak Bu Syaiba menoleh ke arahnya. "Sudah sarapan belum, Mbak? tanya Bu Laras menuju wastafel lalu mencuci tangan. Ia mendekati kursi tunggu di samping ranjang. "Sudah barusan. Anak-anak lagi camping ke Yogyakarta," sahut Bu Syaiba membuka percakapan dengan adik dari besannya. "Iya, nampaknya Saka bahagia sekali bisa camping bersama mama dan papanya," balas Bu Laras. Hingga detik ini, Bunda Kanaya itu belum tahu bahwa ponakan menggugat cerai putri semata way

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   26. Jangan pergi

    “Nay! Naya!” panggil Satria dengan kalut. Kedua mata Kanaya memejam rapat, helaan napas dan denyut di pergelangan tangan yang Satria pegang nyaris tak teraba.“Tidak! Jangan! Jangan pergi!” raung Satria, air matanya semakin deras membanjiri wajah. Ia tidak bisa menerima situasi ini. Istrinya harus tetap hidup, harus tetap bersamanya.“Pak, tolong minggir dulu!” seru petugas polisi yang kemudian mendekat. Di belakangnya ada tiga petugas medis yang berlari membawa peralatan pertolongan pertama.“Kanaya! Kanaya!” Satria nyaris terjungkal ketika petugas polisi memaksa menjauhkannya dari tubuh sang istri.“Kanaya!” teriaknya penuh amarah, menolak dijauhkan.Petugas polisi yang menahan menghela napas pendek, lalu mengguncang bahu Satria dengan tatapan tajam. “Dengar! Bapak harus sadar dengan situasinya! Istri Bapak perlu pertolongan pertama, dia harus segera dibawa ke rumah sakit! Bapak juga punya anak yang harus diperhatikan!”Anak?Satria mengerjap. Saka! Dia belum memastikan keadaan anak

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   25. Detik Kehidupan Berubah

    Hanya karena tidak memiliki pandangan yang sama, bukan berarti itu konyol. Bisa jadi mereka yang memilih begitu justru benar-benar merasakan cinta terbaik dari pasangannya.” Suara Kanaya terdengar tenang, meskipun ada nada penekanan dalam kalimatnya, seolah membela suatu kebenaran yang hanya ia dan segelintir orang pahami.Satria tidak menyahut segera. Mereka sedang dalam perjalanan kembali setelah menghabiskan akhir pekan di luar kota. Saka, putra semata wayang mereka, tidur nyenyak di pangkuan Kanaya, menikmati guncangan pelan mobil mewah mereka.“Jadi kamu pilih pasangan dibanding anak?” tanya Satria. Suaranya mengandung sedikit ejekan yang sulit ia hilangkan, meski ia berusaha keras. Ini adalah topik sensitif bagi mereka. Kesetiaan Kanaya yang absolut pada dirinya, bahkan melebihi segalanya.Kanaya menoleh, tatapannya lekat tanpa sedikit pun keraguan. “Aku akan selalu pilih Saka. Tentu saja. Dia prioritasku."“Sudah jelas,” sahut Satria sambil

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   24. Pilih Saka

    “Siap ya, hitungan ketiga ... senyum.”Satria melakukannya, tersenyum sebagaimana Saka dan Kanaya. Usai menandaskan makanan, mereka mengambil foto bersama dibantu seorang pegawai restoran. Saka tergelak saat menyadari pipinya dicium bersamaan oleh sang ayah dan ibu. Biasanya, hal seperti itu hanya terjadi saat ulang tahunnya. Dokumentasi liburan kali ini sungguh membuatnya senang.“Bapak sama Ibu mau gantian foto berdua saja?” tanya pegawai itu setelah menurunkan kamera.“Oh, eng—”“Boleh,” potong Kanaya, tersenyum pada Saka. “Ka, Mama foto berdua sama Papa dulu ya?”“Iya. Aku main baling-baling lagi ya, Ma,” jawab Saka.Satria menurunkan anaknya yang langsung berlari mengambil mainan baling-baling di meja dan memainkannya. Ia berusaha tetap santai ketika Kanaya bergeser merapat, dua lengan istrinya terangkat memeluk pinggangnya. Satria mendadak menahan napas. Setiap kedekatan yang tidak mengarah pada tujuan untuk bermesraan sebelum berhubungan, membuatnya canggung.“Bapak, kenapa jad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status