AMBIL SAJA SUAMIKU 16PoV MAYANG"Dasar pelit!"Suara Ibu membuatku berlari ke depan. Sejak pagi tadi aku menunggu Ibu pulang, ingin tahu apa hasil dari kedatangannya ke rumah Kayyisa. Jika padaku Kayyisa bersikap keras dan tak kenal kompromi, pada Ibu dan Bapak yang sudah tua, Kayyisa pastilah akan luluh. Dia orangnya nggak tegaan. Tapi, jeritan Ibu tadi membuatku terkejut."Katamu Kayyisa itu baik hati dan pemurah, ternyata bohong. Jangankan ngasih uang, minuman aja nggak."Ibu menunjuk wajahku, sementara kulihat Bapak mengusap-usap wajahnya sendiri."Jadi nggak dapat? Terus aku ke rumah sakit pakai apa, Bu? Hari ini jadwal cek, apakah tulangku sudah menyatu semua atau belum. Terus Mimi mau daftar sekolah, terus … ""Loh kok tanya Ibu? Dasar anak tol*l! Itu kan urusanmu. Makanya pinter dikit jadi orang itu. Harusnya sebelum Kayyisa tahu kalian menikah, pindahkan dulu semua harta atas namamu."Aku merengut, tak terima dikatakan tol*l."Aku nggak tol*l. Rumah ini buktinya, sudah atas
AMBIL SAJA SUAMIKU 17Sepasang tangan kekar langsung menarikku begitu aku masuk ke kamar hotel melati itu. Detik berikutnya, aku telah terperangkap, bersandar di balik pintu dengan tangan yang menekan tubuhku agar tak bisa kemana-mana. Lalu, tanpa bisa kucegah, bibir si pemilik tangan telah menyerbu bibir dan leherku hingga aku terengah-engah, sementara tangannya dengan nakal meremas pant*t.Bugh!"Hentikan, sialan!"Kakiku berhasil menendang tulang kering di betisnya. Heran, lelaki itu seperti tidak merasakan apa-apa. Dia hanya melompat menjauh sambil tertawa lebar."Ternyata perempuanku belum berubah. Masih galak dan tentunya masih cinta sama duit hingga menghalalkan segala cara, hahaha … "Aku masih terengah-engah. Mau tak mau, serbuan tangan dan bibirnya tadi menimbulkn jejak panas dalam darah. Rasanya sudah lama sekali Mas Arkan tidak menyentuhku, sejak dia menjadi terlalu sibuk dengan segala proyek yang entah kapan itu menghasilkan uang itu.Di hadapanku, berdiri sosok lelaki b
AMBIL SAJA SUAMIKU 18PoV KAYYISA"Mbak Kay, ada Pak Arkan di depan."Sejak aku dan Mas Arkan bercerai, Bik Asih memanggil Mas Arkan dengan sebutan Bapak. Dulu, Mas Arkan sendiri yang minta dipanggil Mas dan Mbak saja oleh Bik Asih, katanya biar nggak terlalu berjarak."Saya dan Kayyisa kan masih muda, Bik. Masih imut-imut, jangan panggil Bapak-lah."Ah, dulu, Mas Arkan lelaki yang baik, hingga aku dengan mudah jatuh cinta padanya. Dia juga pekerja keras. Papa langsung setuju begitu tahu aku dan Mas Arkan menjalin hubungan, meski Mas Arkan berasal dari keluarga sederhana. Menurut Papa, seorang pekerja keras adalah seseorang yang punya masa depan. Sekaya apapun keluargamu, kalau kau tidak bekerja dan hanya sibuk menghabiskan uang warisan, maka kau tak akan bertahan.Aku mengangkat kepala dari layar ponsel. "Apa katanya Bik? Datang sama siapa?""Sendirian, Mbak. Katanya ini terakhir kalinya dia datang. Mohon diizinkan."Bik Asih mengulangi kata-kata Mas Arkan. Aku berpikir sejenak. Me
AMBIL SAJA SUAMIKU 19"Apa Papa yang menyuruh Mas Arkan ke rumah dan minta maaf padaku?"Papa yang sedang ikut menyusun lego bersama Celia di atas lantai, menoleh. Beliau meletakkan lego terakhir di tangannya, hingga membentuk sebuah istana yang indah. Celia bersorak gembira dan berlari ke dalam memanggil Eyang putrinya, hendak pamer.Papa bangun dari lantai dan duduk di sebelahku. Seperti itulah Papa. Di kantor, beliau adalah bos yang dihormati. Di mata publik, Papa adalah pengusaha sukses yang disegani. Tapi di rumah, Papa adalah Ayah dan Kakek yang luar biasa."Tidak. Arkan bahkan belum pernah menemui Papa. Padahal Papa menunggunya datang."Aku terdiam sejenak. Jika memang bukan Papa yang menyuruh, dan tidak ada intimidasi dari orang lain, apakah itu berarti semua permintaan maaf dan penyesalan yang dia ucapkan kemarin malam itu tulus? Wajahnya kembali terbayang, semua kata-katanya dan sikap manisnya pada Celia. Dadaku berdebar mengingat dia terus saja berkata 'untuk terakhir kali'
AMBIL SAJA SUAMIKU 20"Pulang dari sini, cobalah bercermin dan mengukur siapa dirimu!"Seperti orang terkena serangan jantung, wajah Mayang pucat pasi. Aku dapat merasakan Ajeng yang gemas ingin memberi pelajaran padanya. Tapi, tentu saja, kami tidak dibesarkan untuk berbuat kekerasan. Sesakit apapun orang lain menyakiti kita, akan selalu ada cara untuk membalas sakit hati tanpa harus menyentuhnya.Tapi, sepertinya aku tak perlu lagi melakukan apa-apa. Melihat wajahnya yang pucat pasi itu, aku tahu bahwa kata-kata kami lebih dahsyat dari sekedar pukulan atau jambakan."Pulanglah, Mayang. Apapun yang terjadi padamu dan Mas Arkan, bukan lagi urusanku. Jangan pernah mempertanyakan dirinya lagi, dan jangan pernah mengadu apa-apa. Kuharap, ini terakhir kali kita bertemu."Mayang menatapku dengan bibir bergetar, lalu, tiba-tiba saja, dia berbalik dan menghambur keluar sambil menangis. Aku menahan napas, berharap para siswa dan tentor tak ada yang keluar ruangan. Ruangan kelas semuanya kedap
AMBIL SAJA SUAMIKU 21"Mimpi apa?""Mimpi Ayah. Ayah … ayah … hilang, Bunda!"Sungguh, rasanya seperti sebuah pukulan. Disaat aku sedang memikirkan Mas Arkan, Celia tiba-tiba saja menangis karena bermimpi buruk tentang ayahnya. Jika Mas Arkan tak punya lagi hubungan apa-apa denganku, maka, dengan Celia, tak ada yang bisa menyangkal. Mereka berdua dekat sekali. Dan saat-saat terakhir itu … Hingga pagi, aku tak bisa tidur. Aku berbaring miring menghadap Celia, menatap wajahnya yang akhirnya tidur lagi dengan gelisah. Satu waktu, kulihat dahinya berkerut, bibirnya berkedut dan dia terisak. Lalu ada kalanya dia meringkuk, seperti sedang masuk ke dalam pelukan seseorang.Ya Allah, apa yang terjadi? Dimana Mas Arkan? Akhirnya, aku meraih ponsel. Bimbang sejenak, kuhubungi nomornya yang telah lama tak pernah lagi kulihat. Hening, tak ada tulisan 'berdering' di layar ponselku, pertanda nomor Mas Arkan tidak aktif. Kucoba mengirimkan pesan WA, ceklis satu.Menjelang azan subuh, ketika Celia m
AMBIL SAJA SUAMIKU 22"Berhenti. Kenapa dia dulu? Dia bukan siapa-siapa lagi? Aku istrinya! Aku istrinya!"Petugas menghampiri kami, menatap kami berdua bergantian. "Siapa yang bernama Kayyisa Setyawardana?""Saya, Pak.""Maaf, tapi menurut data kami, istri Bapak Arkan adalah Ibu Kayyisa Setyawardana.""Mereka sudah bercerai, Pak. Saya istrinya!" Mayang langsung menyambar. Aku diam saja, merasa lelah untuk berdebat. Setengah hatiku ingin segera masuk dan melihat 'dia'. Setengahnya lagi, merasa enggan dan berharap ini hanya mimpi buruk belaka."Sepupu saya sedang menjalani proses perceraian dengan korban, Pak. Sementara wanita yang ini adalah istri sirinya."Rayyan yang menjelaskannya. Petugas itu mengangguk, sepertinya sudah bisa meraba apa yang terjadi."Kalau begitu, yang masuk lebih dulu tetap istri sah, karena sebelum palu hakim dijatuhkan dan akta cerai keluar, di mata hukum, Ibu Kayyisa masih istri korban.""Lalu saya bagaikan?""Apa ibu tidak tahu bahwa pernikahan siri itu tak
AMBIL SAJA SUAMIKU 23"Tolong, biarkan sekali ini saja. Celia ingin melihat ayahnya untuk yang terakhir kali."Mayang menatapku garang."Tidak! Kau yang membuat suamiku bunuh diri, jadi nikmati saja hukumanmu."Aku menggelengkan kepala."Mas Arkan tidak bunuh diri. Aku akan membuktikannya nanti. Tapi sekarang, biarkan Celia melihat ayahnya sebentar saja.""TIDAK!""Mayang, hentikan tingkahmu yang memalukan itu!"Semua orang menoleh. Ibu mertuaku, Ibu Mas Arkan, datang dan tanpa kuduga, langsung memeluk Celia sambil berlinang air mata. Dia menatap pada empat lelaki yang telah bersiap mengangkat keranda berisi jenazah Mas Arkan."Tolong, Pak, sebentar saja, cucu saya ingin melihat ayahnya. Wanita ini adalah istri sah anak saya yang terpaksa harus mengalah oleh pelakor ini." Ibu menuding wajah Mayang. Mayang hendak berteriak lagi, tapi seseorang kemudian menyeretnya masuk ke dalam, entah siapa. Keempat orang itu saling pandang dan akhirnya mengangguk. Keranda diturunkan dan dibuka kem