Home / Rumah Tangga / AMBISI IBU MERTUA / Bab 9: Wanita masa lalu Wanda.

Share

Bab 9: Wanita masa lalu Wanda.

Author: Putrisyamsu
last update Last Updated: 2025-09-24 21:13:11

Bab 9: Wanita masa lalu Wanda. 

          “Laras, ternyata kamu masih ingat dengan Mak Onah, yaaa!” 

          Mak Onah bersorak histeris saat menyambut kedatangan tamu perempuan di rumahnya. Bukan hanya terkejut, ia juga terlihat sangat senang dengan kedatangan perempuan itu. 

        Laras. Wanita yang selama ini dipuja-puja dan ia harap akan menjadi menantunya. Pacar Wanda saat masih duduk di bangku SMA. Anak orang yang cukup terpandang di kampung itu. 

       Mendapat sambutan sedemikian rupa dari Mak Onah Laras terlihat tidak begitu respek. Wajahnya terlihat kikuk hanya seulas senyum kecil yang ia berikan pada wanita tua itu. Sekedar untuk menghargainya

       “Ini, Mak Onah, saya hanya menyampaikan pesan dari mama,” ucap Laras sambil menyerahkan plastik berwarna putih. Melihat Laras membawakan sesuatu untuknya hati Mak Onah bukan main senang. Matanya berbinar-binar menatap plastik yang sudah di tangannya. 

         “Ayo, masuk. Sudah lama kita tidak ngobrol-ngobrol. Terakhir kalau tidak salah sewaktu kamu sedang hamil anak pertama,” ucap Mak Onah merasa sangat akrab dengan Laras. Dengan tidak merasa sungkan sedikitpun Mak Onah menarik tangan Laras agar masuk kedalam rumahnya. Membuat Laras merasa risih. 

        “Maaf, Mak Onah, saya tidak bisa Lama-lama disini. Kebetulan saya siang ini juga saya dan anak-anak harus kembali. Karena besok ada acara di kampus.” Laras menolaknya dengan halus. Sambil berusaha melepaskan tangan Mak Onah yang mencengkram pergelangan tangannya. 

        “Sayang sekali, padahal kamu belum bertemu dengan Wanda” sesalnya. “Apa kamu tidak kangen dan tidak ingin bertemu dengannya?” tanya Mak Onah tanpa memperhatikan sedikitpun wajah Laras yang langsung berubah. 

        Lalu perempuan itu bertanya lagi. “Apa kamu pulang bersama suamimu?” selidiknya dengan menatap lekat wajah cantik Laras. 

        “Tidak, Mak. Sudah tiga bulan ini saya tidak bersama suami,” jawab wanita yang memang tampak begitu anggun, meski hanya dengan polesan Make up seadanya. 

        “Haaaa…! Baguslah kalau begitu,” ucap Mak Onah dengan suara begitu keras. Wajahnya terlihat berseri-seri seperti orang menang undian. Membuat Laras menatapnya dengan, heran. Sementara Laras keningnya jadi berkerut begitu mendengar perkataan Mak Onah. Ia tidak paham apa maksud perempuan tua itu. 

       Namun rasa heran itu teralihkan dengan teriakan dari mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. 

       “Mamiii…! Cepat, sudah siang, nih!” 

       Mendengar teriakan seorang anak perempuan sebaya Akmal dari dalam mobil, Mak Onah menjulurkan lehernya, ia ingin tau siapa pemilik suara yang didengarnya. Ia menatap tak berkedip pada anak itu. Bukan hanya itu ia juga mengagumi mobil Laras yang dinilainya begitu bagus. 

          “Maaf, Mak Onah, anak-anak sudah menunggu, saya permisi. Assalamualaikum,” pamit Laras dan bergegas keluar dari dalam rumah Mak Onah. 

        “Eh… oh…iya.” Mak Onah yang merasa jika Laras akan bersalaman dengannya segera mengulurkan tangan keriputnya. Namun Laras yang tidak ingin berlama-lama di rumah itu, entah sengaja atau tidak, ia sama sekali tidak menggubris uluran tangan Mak Onah. 

        Tidak seperti saat tiba tadi. Ketika hendak meninggalkan rumah Mak Onah wajah Laras begitu dingin. Tak ada lagi senyum manis tersungging di bibirnya. Hati wanita itu benar-benar merasa terganggu karena Mak Onah kembali mengungkit cerita lama antara dirinya dan Wanda. Namun Mak Onah sama sekali tak menghiraukan hal itu. Ia tetap saja merasa menjadi orang yang sangat dekat dengan wanita yang sudah lama tidak berjumpa dengannya. 

         Saat hendak berjalan ke arah mobil yang diparkir di tepi jalan. Wanda tiba-tiba datang dengan sepeda motornya. Seperti melihat sesuatu yang aneh lelaki itu tertegun menatap wanita yang dulu pernah ada di hatinya. Sadar dengan situasi dan kondisi yang sudah tidak sama seperti dulu Wanda berusaha menjaga sikap dengan hanya sekedar menegurnya. 

         “Lho, Laras.” Hanya dua kata itu yang terucap dari mulutnya. Meski sudah begitu lama tapi hati Wanda tak dapat memungkiri ada sedikit debaran di hatinya saat matanya bertemu dengan mata indah Laras. 

          “Mami…Cepat!” Kembali teriakan anak perempuan yang berada di dalam mobil memanggil Laras, hingga mengalihkan tatapan matanya yang tidak sengaja bersirobok dengan bola mata Wanda. 

         “Eh, iya, Bang. Maaf saya harus buru- buru,” pamitnya, dan ia merasa punya kesempatan untuk menghindar agar tidak terlibat obrolan lebih lama dengan Wanda. 

        Wanda menatap mobil yang membawa Laras hingga tak lagi terlihat di pelupuk matanya. Tak ingin terhanyut dengan cerita masa remaja nya Wanda kembali menghidupkan sepeda motornya yang tadi ia matikan saat hendak menyapa Laras dan membawanya hingga di depan rumah. 

         “Wanda, bagai mana menurutmu Laras. Dia masih cantikkan?” tanya Mak Onah sangat antusias. Ia bergegas menghampiri Wanda untuk sekedar menyampaikan isi hatinya. 

         “Wajar sajalah, Mak. Dia orang kaya,” ucap Wanda. Mendengar kalimat yang diucapkan Mak Onah, lelaki itu sudah dapat memastikan arah pembicaraan ibunya. Sudah sangat jelas ia ingin membandingkan mantan pacarnya itu dengan Nadya istrinya. Tak ingin mendengar kelanjutan ucapan Mak Onah Wanda segera membuka pintu rumah. 

        “Wanda, Laras sekarang sudah tidak bersama suaminya,” ucap Mak Onah lagi. 

Wanda yang tadinya ingin menghindar hatinya berdesir mendengar apa yang disampaikan Mak Onah. 

        “Sudahlah, Mak. Jangan berbicara yang tidak-tidak, nanti malah membuat masalah,” pinta Wanda dengan suara sedikit bergetar. 

        “Dia sendiri yang mengatakan begitu. Apa mungkin dia kesini hanya ingin bertemu denganmu? Tadi aku lihat sepertinya dia salah tingkah saat melihatmu.” sangka Mak Onah sambil tersenyum penuh arti. 

        Tak ingin mendengar kelanjutan ucapan Mak Onah, Wanda masuk kedalam rumah meninggalkan ibunya yang terlihat begitu senang. 

         “Astaghfirullah haladzim. Untung saja Nadya tidak ada di rumah dan mendengar celotehan mamak,” gumamnya. 

        “Kenapa kata mamak dia sedang tidak bersama susminyam. Apakah maksudnya dia sekarang sudah berpisah atau sudah bercerai dengan suaminya?” Wanda yang awalnya tidak ingin memikirkan Laras entah kenapa teringat dengan apa yang disampaikan ibunya. 

          “Bukankah selama ini ia sudah hidup bahagia dengan suaminya? Ah, semoga saja tidak seperti yang aku kira. Tidak mungkin dia bercerai,” harap Wanda. Ia kembali menepis pikirannya tentang perempuan yang dulu pernah mengisi hari-harinya. 

          Dua tahun waktu yang cukup lama bagi keduanya saling mengisi. Merangkai harapan-harapan indah untuk masa depan. Namun takdir berkehendak lain. Setelah lulus sekolah mereka harus berpisah. Laras diminta oleh orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan di Malaysia. Sedang Wanda sadar dengan segala kekurangannya dengan berat hati ia lebih memilih untuk melepaskan Laras pergi dari hatinya. Ia hanya tidak ingin perempuan yang dicintainya itu terganggu hati dan pikirannya saat menempuh pendidikannya di negri orang. 

         Perpisahan itulah yang sangat disesali Mak Onah. Padahal wanita itu sudah berangan-angan terlalu tinggi jika suatu saat jika anaknya bersanding dengan Laras ia pun akan ikut terangkat derajatnya sejajar dengan dengan orang tua Laras yang kaya dan terpandang. Dan tentunya ia juga akan merasakan menjadi orang terpandang di kampung itu. 

         Sementara Mak Onah terlihat tergesa- gesa meninggalkan rumahnya. Dari balik jendela kaca ruang tamu Wanda melihat ibunya pergi dengan wajah ceria dan berseri-seri. 

        “Pasti mamak mau bertemu dengan teman-temannya. Heh… . Apalagi yang akan diperbuatnya. 

         Melihat gelagat Mak Onah, Wanda sudah dapat memastikan kemana tujuan mamaknya. 

                              *******

                         Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 46: Nasib Mak Onah.

    Bab 46: Nasib Mak Onah. “Mak. Mamak bicara apa?” Feri mendekti Mak Onah dengan perasaan tegang. “Bang. Jangan-jangan pengaruh jimat itu berbalik ke mamak. Makanya dia sekarang seperti ini,” ucap Rina. “Bicara apa kamu, Rina.” Feri tak menghiraukan ucapan istrinya. Keadaan Mak Onah yang terasa janggal membuatnya lebih memilih untuk memperhatikan ibunya. Feri melambai-lambaikan tangannya di hadapan Mak Onah. Tetapi perempuan itu sama sekali tidak menggubris. Tatapan matanya kosong, dengan bibirnya yang terus mengoceh. “Assalamu'alaikum!” Rina dan Feri mendengar suara seseorang yang sudah tidak asing oleh telinga mereka di teras. Keduanya kemudian saling berpandangan. “Pak Asnawi,” ucap Feri begitu yakin. Tanpa meminta persetujuan Rina Feri berjalan ke ruang tamu. Sementara Mak Onah masih membuat Rina merasa bingung. Bingung yang kemudian membuatnya menjadi takut. Tapi bukan rasa takut karena merasa khawatir dengan keadaan ibu m

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 45: Ada apa dengan Mak Onah?

    Bab 45 : Ada apa dengan Mak Onah? Mak Sri dan Mak Endah berlari keluar rumah, disusul oleh Mak Yeyen yang pakaian bawahnya telah basah karena buang air kecil yang tidak bisa ditahannya. tubuh mereka gemetaran melihat lima orang polisi berpakaian preman dan berwajah menyeramkan berdiri tegap di depan tempat tidur Mak Onah. Di teras beberapa warga menghadang dan menangkap ketiga nenek itu yang mereka kira hendak melarikan diri. “Ayo, mau lagi kemana kalian!” sergap salah seorang tetangga. “Tangkap nenek-nenek jahat ini pak polisi, jangan biarkan mereka kabur!” Warga berteriak ikut melampiaskan kekesalan mereka selama ini karena ulah Mak Onah dan teman-temannya. “Masukkan mereka ke penjara biar tidak bikin onar lagi!” teriak yang lainya. Membuat ketiganya semakin ketakutan. . “Ampun, tolong, tolong jangan tangkap kami. Biarkan kami lepas. Kasihani kami sudah tua.” Mereka meratap memohon ampun di tengah kerumunan warga yang

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 44: Akhirnya semua orang tahu perbuatan gila Mak Onah dan teman-temannya.

    Bab 44: Akhirnya semua orang tahu perbuatan gila Mak Onah dan teman-temannya. “Mamak sudah sadar!” jerit Rina. Mereka berlari ke dalam ingin mengetahui keadaan Mak Onah. Hanya Wanda yang masih bertahan berdiri di halaman meratapi kepergian istrinya. Seperti anak kecil yang tidak tahu malu lelaki bertubuh tegap itu terus berteriak memanggil nama istrinya. Membuat tetangga yang terusik dengan kehebohan itu keluar rumah dan mendatangi kediaman Mak Onah. “Nadya…jangan pergi… maafkan abang…!” lulungnya begitu dramastis. Membuat Orang-orang yang sudah berkumpul memandangnya keheranan. “Nadya…!” jeritnya lagi. Suaranya sangat mengenaskan. Sepintas orang yang mendengar akan ikut terhanyut merasakan kepiluan hatinya “Akh… !” “Wanda, kenapa kamu ini? Apa kamu sudah gila?!” teriak salah seorang dari mereka ketika melihat Wanda menghantamkan kepalanya di tiang penyangga

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 43: Keputusan akhir Nadya.

    Bab 43 : Keputusan akhir Nadya. Tubuh Mak Onah tergeletak pingsan di di tempat tidur yang sudah dipindahkan anak-anaknya di ruang tengah. Tampak tubuh kurus wanita tua renta itu terbaring lemah dengan kepala dan kaki diperban. “Kenapa mamak bisa ditabrak mobil, memangnya kalian dari mana?” tanya Feri sangat cemas dengan keadaan Mak Onah. Begitu juga dengan Danur. Mendengar kabar Mak Onah mengalami kecelakaan mereka bergegas menyusul ke kerumah sakit. Mak Onah mengalami patah tulang akibat benturan benda keras yang menghantam kakinya. Sementara kepalanya harus dijahit karena koyak. “Mereka memutuskan untuk tidak merawat Mak Onah berobat di rumah sakit. Karena pihak rumah sakit menyarankan agar kaki Mak Onah dioperasi. Karena faktor usia, semua anaknya memilih melanjutkan pengobatan alternatif patah tulang. “Mamak sebenarnya tidak ditabrak tapi mamak yang menabrakkan diri,” jawab Wanda. “Apa?! Masak mamak mau bunuh diri

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 42: Penyesalan betujung bencana.

    Bab 42 : Penyesalan berujung bencana. “Pak polisi, jangan masukkan saya ke penjara…” raung Mak Onah. Perempuan itu dengan sisa-sisa kekuatannya merangkak ke arah lelaki berseragam polisi. Membuat pemandangan di ruangan itu semakin menggemparkan. “Siapa nenek ini, Kak Alifa?” tanya lelaki itu dengan sorot mata kebingungan. Bagaimana dia tidak bingung, baru saja datang, seorang nenek tua memeluk kakinya sambil meraung-raung seperti orang kesurupan, hingga ia kesusahan untuk berdiri. Sedangkan Wanda yang merasa nyawanya sudah melayang ke langit hanya termangu. Otak nya sudah tidak dapat berpikir dengan jernih. “Ada apa sebenarnya ini, Kak? tolong jelaskan,” pinta lelaki itu. Matanya menatap pada semua orang yang berada di ruangan itu meminta penjelasan. “Tidak ada masalah bukan dengan acara pernikahanya?” tanyanya lagi dengan cemas. Dengan hati yang masih diliputi rasa bingung ia berusaha melepas tangan Mak Onah yang memeluk kakinya

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 41: Menerima kenyataan

    Bab 41: Menerima kenyataan. “Iya, memang sudah beberapa bulan ini Syarif tidak di sini. Sedang ada urusan di Malaysia. Makanya, setiap Mak Onah datang kemari tidak pernah bertemu denganya,” terang Bu Anggraini. Dengan sangat santun Syarif menyalami Wanda dan Mak Onah. Saat tangan mereka bersentuhan Syarif merasakan tangan kedua orang yang baru dikenalnya itu terasa begitu dingin. “Tapi bukankah Laras dan suaminya sudah bercerai?” tanya Mak Onah dengan suara bergetar. Seluruh tubuh perempuan tua itu terasa panas dingin. Begitu juga dengan Wanda. Bukan hanya terkejut. Lelaki itu merasa sangat malu hingga tidak sanggup mengangkat wajahnya. “Siapa yang mengatakan begitu pada Mak Onah?” tanya Laras dengan kening berkerut. Ia lalu memandang Alifa dan adik iparnya yang saat itu hanya tersenyum. Kecil. “Tempo hari. Laras sendiri yang mengatakannya padaku saat mengantar oleh-oleh dari tanah suci.” Dengan menahan rasa malu Mak Onah mencer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status