Home / Rumah Tangga / AMBISI WANITA SIMPANAN / BAB 2. Wanita Cantik Yang Bersama Suami

Share

BAB 2. Wanita Cantik Yang Bersama Suami

Author: Mayangnoura
last update Last Updated: 2025-03-09 07:45:03

"Maaf sebelumnya ya, Cit. Tapi aku baru saja melihat suami kamu di hotel tempatku berada bersama seorang wanita cantik dan seksi."

Bagai tersambar petir Citra mendengar itu. Hatinya tersentak luar biasa. "Ka-kamu jangan bercanda, Rin! Tidak lucu tau!"

"Kenapa juga aku harus bercanda?" sahut Usi tak kalah. "Memang kenyataannya begitu. Aku melihat Mas Galih di hotel bersama seorang wanita cantik."

"Memangnya kamu sekarang berada di hotel? Kok bisa melihat Mas Galih?"

"Iya. Aku sedang menemui temanku yang datang dari luar kota di hotel ini. Tapi dia sedang berada di kamar mandi sekarang. Makanya aku menelpon kamu tanpa mampu untuk menundanya."

"Aku rasa kamu salah lihat, Us. Masak sih Mas Galih di hotel bersama wanita lain."

"Entahlah. Tapi aku yakin itu adalah suamimu. Aku kan kenal sekali dengan Mas Galih. Tidak mungkin aku salah lihat."

"E... mungkin tidak kalau dia di sana untuk menemui pelanggan?" Citra berusaha untuk berpikir positif walaupun jantungnya sekarang berdegup kencang tidak karuan. "Dan pelanggan itu ya wanita itu."

"Di dalam kamar? Pertemuan macam apa di dalam kamar?"

Citra menelan saliva. Perasaannya makin tidak karuan mendengar pertanyaan Usi barusan. "Di dalam kamar? Maksudnya kamu melihat Mas Galih di dalam kamar bersama wanita itu? Bagaimana bisa? Aduh, kamu jangan membuat aku bingung deh."

"Aku minta maaf sekali lagi sama kamu ya, Cit. Jadi ceritanya tuh begini. Waktu aku sedang nyari kamar temanku itu, tiba-tiba aku melihat suami kamu keluar dari dalam sebuah kamar. Aku kaget kan? Aku hendak memanggil tapi suamimu keburu pergi. Jadi tidak jadi. Nah, pas aku jalan lagi. Dari kamar suamimu keluar tadi, keluar juga seorang perempuan cantik dan pakaiannya cukup seksi. Aku syok dong. Langsung muncul pikiran negatif ke dia. Sebenarnya aku tidak tega mau menyampaikan apa yang aku lihat itu. Tapi kalau aku tidak menyampaikannya, aku tidak tenang. Aku tidak ada maksud buruk, Cit. Hanya berharap setelah apa yang aku lihat, kamu harus lebih berhati-hati dan tidak ada salahnya untuk mencari tahu. Ini demi kebaikan kamu. Semoga saja, ini tidak seperti yang aku pikirkan."

Citra menghela nafas berat. Mencoba menghilangkan sesak di dada. "Aku mengerti maksud kamu. Ya, aku akan lebih berhati-hati dan mencari tahu. Terima kasih sudah memberitahu. Tapi sekarang aku mau pulang dulu."

"Ya ya ya. Hati-hati di jalan ya."

Panggilan diakhiri. Tapi tak langsung melajukan mobilnya, Citra justru diam termenung. Dia syok dengan apa yang dia dengar dari Usi bahwa sahabatnya itu melihat suaminya keluar dari kamar hotel yang di dalamnya ada seorang wanita cantik. Dengan mengacu pada kedekatannya selama ini sebagai sahabat, Usi tidak mungkin mengarang cerita. Namun setelah menjalani pernikahan selama beberapa tahun, rasanya juga tidak mungkin suaminya mengkhianatinya. Galih sangat sayang dan perhatian padanya. Bahkan sampai di detik pria itu akan berangkat kerja tadi pagi. Apakah orang yang mendua masih bisa bersikap seperti itu?

Dia tak tahu. Dia sungguh bingung saat ini. Apakah dia harus menanyakannya langsung pada orang yang bersangkutan dan meminta penjelasan?

"Siapa yang menelpon mama tadi? Apa itu Tante Usi?"

Citra terhenyak dari lamunannya. Dia menoleh pada Manisa dengan senyuman yang dipaksakan. "Iya, dia Tante Usi."

"Terus dia bilang apa sama mama? Kenapa menyebut-nyebut nama papa?"

Citra menggeleng pelan. "Bukan obrolan yang menarik. Hanya obrolan biasa orang dewasa. Tidak penting untuk kamu ketahui."

Manisa menggendikkan bahunya. Lalu dia membuang pandang ke luar jendela ke samping kirinya. "Orang dewasa selalu saja begitu. Sepertinya memiliki banyak rahasia yang tidak boleh diketahui oleh anak kecil."

"Karena dunia orang dewasa tak sama dengan dunia anak kecil. Rumit. Kalau anak kecil masuk ke dunia orang dewasa, nanti tidak fokus lagi sama sekolah."

Kedua alis Manisa bergerak ke atas. "Ya, oke. Ayo kita pulang sekarang. Aku mau makan."

"Baiklah Tuan Putri."

Citra pun segera melajukan mobilnya meninggalkan tempatnya. Tapi sepanjang perjalanan pulang, perasaannya tidak karuan. Dia terus bertanya-tanya dalam hati. Ada urusan apa suaminya di hotel? Siapa wanita cantik yang keluar dari dalam kamar yang sama dengan suaminya? Mungkinkah suaminya ada main dengan wanita cantik itu di belakangnya?

***

Citra menatap Galih yang sedang menikmati makan malam. Pria itu tampak makan dengan lahap. Sampai tidak tahu kalau sedang diperhatikan olehnya.

Setelah berjam-jam memikirkan apa yang disampaikan oleh Usi, Citra memutuskan untuk mencari tahu apa kira-kira yang dilakukan Galih bersama wanita cantik yang entah siapa di hotel itu dengan cara bertanya langsung pada suaminya tanpa menuduh.

Ya, menurutnya ini adalah cara yang paling mudah. Tapi sekali lagi tanpa menuduh karena dia tidak boleh mudah terpancing emosi untuk sesuatu yang masih gamang. Keharmonisan rumah tangganya bisa hancur oleh kebodohan semacam itu. Maka, dengan berat hati dan hati berdebar-debar, dia memulainya. "Mas?"

Galih yang sedang mengunyah makanan dalam mulut langsung mengalihkan pandang dari piring ke Citra. "Ya?"

"Hari ini kamu kemana saja selain ke toko kita?"

Kening Galih mengerut mendengar pertanyaan Citra yang dirasa aneh itu. "Kemana bagaimana maksudmu? Tentu saja hanya di toko saja."

"Kalau Mas di toko saja, bagaimana bisa ada seseorang melihat mas di sebuah hotel siang ini?"

Galih terhenyak. Makanan yang sedang dikunyahnya langsung ditelan. "Siapa yang melihat aku di hotel? Orang itu salah lihat mungkin."

"Usi tidak mungkin salah lihat, mas. Dia kan sangat paham sama mas."

Galih menelan saliva. 'Sial! Kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana aku harus menjawabnya sekarang?'

"Mas? Kok diam sih? Mas ke hotel ngapain?"

"Oh eh, itu. Iya. Aku memang ke salah satu hotel tadi." Galih terpaksa mengiyakan karena kalau sudah Usi yang melihat, tidak mungkin salah mengenali dirinya.

"Ngapain mas ke sana? Dan kenapa juga sebelumnya harus menyangkal?"

"Karena... karena aku takut kamu salah paham lalu curiga kepadaku. Aku ke sana bukan untuk berbuat macam-macam melainkan untuk bertemu dengan salah satu pelanggan dari luar kota yang tidak bisa datang ke toko kita."

"Pelanggan dari luar kota itu laki-laki atau wanita?"

"Ya laki-laki dong."

"Lalu siapa wanita yang Usi lihat keluar dari kamar yang sama dengan mas keluar? Makhluk gaib?"

Mati kutu! Galih tak menyangka ternyata Usi melihatnya di depan kamar hotel yang dia sewa dan bukan di area lain seperti lobby dan lainnya sehingga bisa beralasan sekehendak hati karena dia masuk dan keluar hotel tidak bersama-sama dengan Rini. Dan soalnya ternyata Rini keluar kamar itu beberapa saat setelah dia sehingga Usi masih sempat melihatnya. Sekarang dia harus menjawab apa?

"E... itu istrinya pelanggan. Pelanggan dari luar kota itu memang datang bersama istrinya. Tidak sendiri."

"Kamu yakin dia istri pelanggan dari luar kota itu? Kamu yakin tidak membohongiku kan, mas? Wanita itu bukan...." Citra melirik Manisa yang fokus dengan makanannya. Dia berharap putrinya itu tidak mengerti dengan yang sedang dia dan Galih bicarakan. "selingkuhan kamu?"

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 3. Foto Mesra Suami Bersama Wanita Lain

    "Kamu yakin dia istri pelanggan dari luar kota itu? Kamu yakin tidak membohongiku kan, mas? Wanita itu bukan.... selingkuhan kamu kan?"Galih terhenyak. Dia merasa sangat tertohok kali ini. "Ba-bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu, Cit? Kamu kan tahu kalau aku sangat menyayangi dan mencintai kamu. Jadi tidak mungkin kalau wanita itu adalah selingkuhanku."Citra tak merespon. Memilih diam sembari terus menatap Galih sebagai jawaban. Dua kali ralatan kebohongan Galih di obrolan ini membuatnya mulai merasa curiga. Galih mengerti maksud dari tatapan Citra. Dia pun mendengkus frustasi. "Ayolah, Cit. Percaya padaku. Pelanggan yang aku temui di hotel itu memang laki-laki dan wanita itu adalah istrinya. Bukan selingkuhanku seperti yang kamu pikirkan. Aku bersumpah tidak berkhianat sama kamu karena aku sangat mencintai kamu dan Manisa."Mendengar sumpah Galih, kecurigaan Citra sedikit menyurut. Biar begitu, hatinya masih tidak tenang."Kalau kamu tidak lagi ada rasa percaya kepadaku, maka

    Last Updated : 2025-03-09
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 4. Telpon Pagi-pagi Yang Membuat Curiga

    "Sayang, aku mau. Ayo kita lakukan dengan bersemangat," ucap Galih sembari memeluk Citra dari belakang. Sebenarnya dia sedang tidak berharap pada istrinya itu. Sebab hasratnya sudah terpenuhi tadi siang. Tapi gara-gara ketahuan bertemu dengan Rini, dia memaksakan diri untuk melakukannya. Tujuannya untuk menyenangkan Citra karena menurutnya kalau wanita telah dipuaskan, seluruh amarah dan kecurigaan wanita akan sirna. Kalau pun masih ada, hanya tinggal sisa-sisa.Citra yang belum bisa tidur karena merasa gamang, menjawab. "Maaf, mas. Malam ini aku capek sekali. Lain kali saja ya." Bohong! Dia berbohong. Sebenarnya dia tidak merasa capek. Tapi karena beberapa jam lalu dia melihat foto mesra suaminya itu dengan seorang wanita cantik, kecurigaannya kembali muncul. Hanya saja dia tidak mau jujur dengan rasa kecurigaanya itu karena memiliki alasan."Kenapa? Apa karena kamu masih memikirkan laporan Usi yang melihat aku bersama seorang wanita tadi? Kamu curiga? Kamu marah? Katanya kamu sudah

    Last Updated : 2025-03-09
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 5. Antara Percaya Dan Tidak Percaya

    Beberapa saat sebelumnya."Nya, sarapan sudah siap," ucap Sumi di pintu kamar Manisa.Citra yang baru saja selesai merapikan rambut Manisa menoleh. "Iya, bi. Ini kami mau ke meja makan.""Baik, Nya. Tuan mau bibi panggilkan juga?""Biar aku saja, bi. Bibi lanjutkan pekerjaan saja.""Oh, baiklah, Nya. Kalau begitu, bibi kembali ke dapur." Sumi berbalik badan dan kemudian tubuhnya menghilang di balik tembok.Citra menatap Manisa yang sudah selesai dirias. "Kamu ke meja makan sekarang sendirian ya. Mulai sarapan saja. Mama mau memanggil papa dulu."Manisa mengangguk. "Iya, ma."Citra tersenyum. Dia kemudian meninggalkan kamar Manisa menuju kamarnya. Tapi begitu sampai di depan pintu yang sedikit terbuka, langkah Citra terhenti tiba-tiba begitu mendengar suara Galih yang sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya. Suaranya sih lirih. Tapi Citra masih bisa mendengarnya."Apa-apaan kamu menelponku Pagi-pagi begini?! Aku kan sudah bilang sama kamu untuk tidak menghubungi dan mengirim pes

    Last Updated : 2025-03-09
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 6. Video Yang Diterima Dari Nomer Asing

    Citra mendengkus pelan. Dia tidak punya jawaban pasti saat ini. Lebih baik dia hentikan obrolan ini mengingat dirinya harus mengantar Manisa pergi ke sekolah. "Aku datang untuk mengajak mas sarapan. Mungkin Manisa sudah di meja makan sekarang," ucap Citra sebelum akhirnya berbalik badan keluar dari dalam kamar itu. "Sial!" hardik Galih pada dirinya sendiri begitu Citra menghilang di balik pintu. "Sepertinya Citra benar-benar curiga. Ini gara-gara Rini. Sudah dibilang jangan menelponku di waktu pagi seperti ini, eh, malah melakukannya. Aku harus menegurnya sebelum dia membuat masalah yang lebih besar." Setelah memasukkan dompet dan ponsel ke saku celana serta mengambil kunci mobil, Galih keluar kamar menuju meja makan. Dia mendapati Citra dan Manisa sedang menikmati sarapan mereka tanpa suara. Citra dan Manisa sempat meliriknya. Tapi hanya sekilas sebelum kembali melanjutkan makan mereka. Galih menipiskan bibir mendapati reaksi Citra itu. Rasanya dia ingin bersumpah sekali lagi ba

    Last Updated : 2025-03-17
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 7. Membalas Pesan Wanita Simpanan Suami

    Kening Usi mengerut dalam mendengar ucapan Citra. Dia tidak mengerti maksudnya. Meskipun begitu, dia mencoba untuk tidak panik agar tidak memperburuk emosi Citra. Dia mengusap punggung Citra dengan lembut hingga sahabatnya itu tampak sedikit tenang. Setelah itu, barulah dia membawa Citra ke ruangannya dan menyilahkan wanita itu duduk di sofa yang ada di sana."Ceritakan padaku apa yang menyebabkan kamu seperti ini?" tanya Usi tegas. Walaupun Citra baru saja selesai menangis, dia tahu Citra seperti dirinya. Yaitu wanita yang tidak menyek-menyek. Bukan tanpa sebab dia berpikir begitu, selama mereka bersahabat, baru kali ini Citra menangis.Citra mengusap basah di wajahnya dengan tisu yang diberi oleh Usi. "Aku bingung harus cerita darimana. Tapi aku benar-benar tidak menyangka akan mendapati kenyataan ini.""Kenyataan apa?""Kenyataan kalau... Mas Galih sepertinya memang benar-benar selingkuh."Usi tersentak kaget. "Bagaimana kamu bisa mengambil kesimpulan ini? Bukankah waktu itu kamu b

    Last Updated : 2025-03-19
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 8. Berbalasan Pesan Dengan Wanita Simpanan Suami

    Citra menatap layar ponselnya lekat-lekat. Dia menunggu jawaban atas pesan balasan yang dia kirim pada wanita pemilik nomer asing yang mengirimkan foto dan video mesum antara suaminya dengan seorang wanita yang tidak dikenal itu. Dia begitu penasaran dengan orang ini dan siapa dirinya.Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesan balasan yang ditunggu-tunggunya datang juga. Dia langsung membaca pesan itu meskipun dengan hati yang sedikit berdebar. 'Aku telah mengirimkan foto dan video suamimu. Respon kamu seperti ini? Kamu tidak terkejut? Marah? Syok? Sakit hati? Atau yang lainnya?'Citra tersenyum miring. Jari-jarinya kemudian membalas. 'Kenapa kamu mau tahu apa yang aku rasakan? Pentingkah perasaanku buat kamu? Terus, memangnya kamu siapa mau tahu perasaanku? Bukan siapa-siapaku kan?'Jawaban Citra sontak membuat Rini menggeram kesal. Rahang wanita itu sampai mengencang dan wajahnya memerah karena sangking menahan marah. "Kurang ajar! Belum tahu saja kamu siapa aku! Nanti kalau

    Last Updated : 2025-03-20
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 9. Permintaan Citra Yang Sangat Mengejutkan

    Galih menyudahi obrolannya dengan Citra dengan senyum penuh arti. Bagaimana tidak, sepertinya istrinya itu sudah baik-baik saja meskipun tadi pagi ada kejadian yang cukup mengkhawatirkan. Tapi dia yakin, setelah pulang dari mall, keadaan akan semakin baik."Aku hanya perlu membelikan semua yang dia inginkan di mall nanti. Setelahnya, beres. Dan satu hal yang penting, aku masih bisa berhubungan dengan Rini. Soal permintaan Citra yang menyuruhku membawa satu karyawan pria ketika mau bertemu pelanggan di luar, itu mah gampang. Aku hanya perlu menyuap salah satu karyawan. Beres."Senyum Galih kian lebar. Dia merasa pintar.Singkat cerita. Galih dan Citra sudah bertemu di mall. Mereka bahkan sudah berbelanja. Semua barang yang dibelanjakan adalah barangnya Citra. Sayangnya raut wajah Citra tampak tidak sumringah. Terlihat biasa saja. Hal itu membuat Galih merasa tidak nyaman. "Kamu kenapa sih, sayang?" tanya Galih kemudian. Yaitu saat mereka sudah duduk di sebuah tempat makan dan makanan

    Last Updated : 2025-03-21
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 10. Balasan Untuk Sebuah Kebohongan

    'Kamu bisa cek pada ahlinya kalau foto dan video syur yang aku kirimkan padamu itu asli dan bukan editan.' Rini menatap pesannya yang dia kirim ke Citra sore tadi. Masih belum ada balasan. Bahkan dibaca saja tidak. Hal itu membuat Rini jadi merasa resah, gelisah, marah, penasaran bercampur aduk menjadi satu. "Ukh!" Rini melempar ponselnya. "Menyebalkan sekali sih dia! Tidak mau mundur meskipun aku sudah mengirimkan foto dan videoku dengan Mas Deni! Aku yakin dia juga tahu kalau foto dan video itu asli dan bukan editan! Dia hanya pura-pura tidak percaya karena tidak mau melepaskan hidup mewahnya! Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?! Apa aku harus mendatanginya langsung?! Tapi kalau itu aku lakukan, bagaimana kalau ketahuan Mas Galih? Nanti bukannya menjadi istri sahnya, eh malah ditinggalkan. Aduh, jadi aku harus melakukan apa?" Sementara itu, Citra menatap layar ponselnya dengan tersenyum samar. Dia sangat senang karena bisa membuat panik Galih dan selingkuhannya hari ini.

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 27. Ditolak

    Galih menghela nafas berat. Tujuannya datang ke sini yang belum membuahkan hasil membuatnya merasa bosan bermain dengan Manisa. Apalagi permainan yang sedang mereka lakukan adalah permainan anak perempuan."Sebenarnya ibu kamu kemana sih, sayang?" tanya Galih akhirnya. Tak sanggup lagi untuk menahan tanya."Ada di kamar," jawab Manisa enteng. Tak memindahkan pandang pada dari mainannya."Kenapa dia di kamar terus?""E... mungkin mama capek." Barulah kemudian Manisa menatap Galih. "Memang kenapa papa tanya tentang mama? Papa ingin ketemu sama mama?"Galih mengangguk. "Sebenarnya begitu. Kamu mau tidak bilang ke mama kalau papa ingin bicara?"Manisa mengangguk cepat. "Mau kok, pa."Galih tersenyum samar mendengar itu. Akhirnya, beberapa menit kemudian, dia sudah duduk di teras bersama Citra."Apa yang mau mas sampaikan kepadaku?" tanya Citra tanpa senyuman sama sekali."Jangan nodong begitu, Cit. Kita nikmati suasana malam dulu ya?""Ini sudah malam, mas. Aku mau beristirahat bukan mau

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 26. Tujuan Datang Bukan Karena Rindu Anak

    "Suka-suka ibu mau menyebut dia apa. Pelac*r kek. Ani-ani kek. Wanita simpanan kek. Yang pasti mau tidak mau lusa malam aku akan datang ke rumah orangtuanya untuk melamarnya. Dan ibu, harus ikut aku."Pandangan Marni langsung menyipit. "Kenapa ibu harus ikut kamu? Kamu kan bisa pergi sendiri?""Ya tidak bisa begitu dong, bu. Masak aku datang sendiri untuk melamar? Setidaknya aku bawa satu orang bersamaku. Orangtua Rini juga akan tersinggung kalau aku datang sendirian.""Datang hanya berdua juga akan membuat mereka tersinggung kok. Masak lamaran hanya berdua?""Setidaknya aku tidak sendiri. Masih bawa keluarga. Mereka juga maklum kenapa tidak datang membawa banyak orang. Karena aku baru keluar dari penjara, lamaran ini mendadak, dan aku masih berstatus menikah. Kalau pun memang tersinggung, itu bukan urusan aku lagi. Masak mereka tidak maklum dengan keadaanku. Sudah datang mau melamar saja sudah syukur. Besok ibu persiapkan apa kira-kira yang harus kita bawa."Marni melenguh tak senang

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 25. Permintaan Lamaran

    Pertanyaan Manisa membuat Citra membisu. Bagaimana tidak, Citra tak mampu mengungkapkan hal yang sebenarnya. Bahwa Galih di dalam penjara. Dan yang memenjarakan Galih adalah dirinya. "E... mungkin papa sedang ada kesibukan. Jadi tidak bisa ambil barang-barangnya sendiri.""Tapi bukan mama yang mengusir papa dari rumah kan?"Manisa menelan saliva. Pertanyaan Citra menyudutkannya. "E... seperti yang kamu tau kalau papa dan mama itu akan berpisah. Karena itu, kami tidak boleh tinggal bersama lagi.""Tapi kenapa mama dan papa harus bercerai? Mama selalu mengajarkan aku untuk memaafkan tapi kenapa kalian tidak mau saling memaafkan demi aku?""Ini bukan tentang kenapa kami tidak mau saling memaafkan. Papa sudah mempunyai wanita lain yang dicintainya. Jadi mama harus mengalah." Citra terpaksa mengatakan ini daripada membuat Manisa salah paham.Kening Manisa mengerut. "Siapa?""Kamu tidak perlu tahu soal itu karena nanti juga kamu bakal tahu."Manisa terdiam. Penjelasan Citra membuatnya sedih

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 24. Menyingkirkan Barang-Barang Suami

    "Syukurlah." Citra meninggalkan meja makan menuju ruang tamu. Dia tidak mau pembicaraannya didengar oleh Manisa. "Kalau begitu, kamu angkut barang-barangnya Mas Galih hari ini juga.""Kalau soal barang Mas Galih nanti saja, mbak. Biarkan saja di sana. Kapan-kapan saja mengambilnya.""Oh, tidak bisa. Kalau barang-barang Mas Galih masih ada di sini semua, otomatis Mas Galih jadi punya alasan untuk sering datang ke sini selain ingin bertemu Manisa. Aku sudah tidak mau satu rumah dengan Mas Galih lagi. Jadi silahkan ambil semua barangnya. Kalau barang-barang Mas Galih masih ada di sini, aku belum mau menarik gugatan. Jadi silahkan pikirkan. Kalau mau Mas Galih cepat keluar dari penjara, berarti harus cepat pula barang-barang Mas Galih diambil.""Oh, baiklah kalau begitu. Mungkin nanti malam aku ke sana untuk mengambil barang-barang Mas Galih.""Ya. Jangan sampai lupa ya agar aku cepat mencabut gugatan.""Iya iya, mbak."Sementara itu di tempat lain, Gina menarik ponselnya dari telinga den

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 23. Sebuah Pilihan

    "Ya Tuhan, kenapa harus bercerai sih? Kalian itu sudah punya Manisa. Kasihan dia kalau kedua orangtuanya berpisah. Suami istri itu harus saling memaafkan. Manusia tidak luput dari kesalahan.""Aku sudah memaafkan Mas Galih. Tapi bukan berarti tetap mau menjadi istrinya Mas Galih. Keputusanku untuk bercerai dari Mas Galih sudah bulat.""Kamu itu diam-diam egois, Cit. Mudah sekali menceraikan suami.""Kalau aku egois, Mas Galih apa, bu? Yang selingkuh dan korupsi uang toko itu dia bukan aku.""Iya, ibu tau itu. Tapi kan Galih semalam sudah minta maaf. Dia juga sudah berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Kenapa sih kamu tidak mau memberinya kesempatan?""Karena selingkuhannya sudah hamil. Mas Galih harus mempertanggungjawabkannya.""Galih tetap bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya pada wanita itu tanpa harus menceraikan kamu kok.""Maksud ibu, aku harus mengizinkan Mas Galih menikah lagi sementara aku masih jadi istrinya?""Ya tidak masalah kan?""Jelas masalah, bu. Dia i

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 22. DIsalahkan

    Apakah masih ada yang ingin kalian sampaikan?" tanya yang memecah sunyi itu, Citra tujukan pada Galih, Marni, Gina, dan Marni. Tapi semuanya membisu. "Kalau tidak ada, aku akan pulang karena ini sudah malam. Oya, Din." Pandangan Citra beralih pada Dina. "Karena mulai malam ini Mas Galih tidak akan tinggal denganku lagi, tolong kamu ambil barang-barangnya di rumah secepatnya."Dina tak menjawab. Dia yang masih bingung dengan apa yang sedang terjadi, memilih diam."Karena sepertinya memang tak ada lagi yang ingin kalian tanyakan, aku akan pulang sekarang." Citra beranjak dari duduknya sebelum akhirnya melangkah pelan keluar dari ruangan yang menyesakkan itu. Jelas menyesakkan. Karena meskipun bukan dia yang sedang bermasalah, usai melihat suami bersama wanita lain di dalam kamar hotel adalah perkara yang menyakitkan. Kalau bisa memilih, dia tidak mau mengalami peristiwa buruk ini. Karena sejak awal menikah dengan Galih, dia berpikir kalau suaminya itu adalah pria yang setia dan berkarak

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 21. Syarat Untuk Tidak Dipidanakan

    Citra tersenyum geli sekaligus miris mendengar apa yang dikatakan oleh Marni barusan. Bagaimana tidak, bisa-bisanya ibu mertuanya ini memarahinya padahal belum tahu apa yang menyebabkan putranya berada di kantor polisi.“Apa tidak sebaiknya ibu tanya dulu secara baik-baik kenapa Mas Galih bisa ada di sini sebelum marah-marah?” tanya Citra kemudian.“Tanpa bertanya pun ibu tahu kenapa kamu sampai mempidanakan ini. Memangnya apa lagi kalau bukan karena uang toko?!”Citra tersenyum miring. “Ibu yakin?”“Yakin dong!”“Kalau begitu, coba ibu tanyakan dulu pada Mas Galih kenapa dia ada di sini.”Tak mendekati Galih, Marni justru tercenung bingung. Dia kemudian mengalihkan pandang pada putranya itu. “Benar kan tebakan ibu kalau kamu di sini karena masalah uang toko?”Galih menggeleng pelan. “Bukan, bu.”“Jadi karena apa?”Galih menggigit bibir bawahnya. “E... karena....”“Mas Galih tertangkap basah sedang bersama selingkuhannya di sebuah kamar hotel, bu,” sela Citra.Bagai tersambar petir Ma

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 20. Melihat Selingkuhan Suami

    Citra tersenyum miring melihat reaksi terkejut Galih. "Kenapa? Mas kaget aku bisa ada di sini?"Tak langsung menjawab, Galih justru mematung karena syok dengan apa yang terjadi. Dia benar-benar tidak menyangka kalau di hadapannya berdiri wanita yang selama ini menghidupinya tapi telah dikhianatinya."Ba-bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanya Galih dengan suara yang gemetar."Ya tentu saja untuk membuktikan apakah benar Mas atau bukan orang yang menyewa kamar ini dengan...." Citra menatap Galih tajam. "Selingkuhanmya.""Tapi dari siapa kamu tahu aku ada di sini?""Itu tidak penting. Lebih baik sekarang Mas menyingkir karena aku mau masuk."Bukannya menyingkir, Galih justru berdiri di tengah-tengah pintu dengan kedua tangan yang merentang. "Tidak. Kamu tidak boleh masuk.""Kenapa tidak boleh masuk? Apa karena di dalam kamar memang ada orang lain?""Kamu tidak perlu tahu di dalam ada orang lain atau tidak. Yang pasti, kamu tidak boleh masuk. Kamu pulanglah sekarang! Nanti aku akan menyu

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 19. Hotel X Kamar 302

    'Karena aku merasa heran. Bagaimana bisa seorang istri diam saja ketika sudah tahu suaminya selingkuh? Apa... istrinya memang tidak keberatan kalau suaminya selingkuh asalkan tetap bisa hidup mewah?''Hah? Apa maksudmu dengan mengatakan aku membiarkan suamiku selingkuh agar bisa hidup mewah? Anda harus tahu ya, nona. Bahwa tanpa suamiku pun aku bisa hidup mewah. Ada baiknya kamu mencari tahu dulu sebelum bicara.''Oya? Apa karena kamu merasa cantik sehingga bisa mendekati laki-laki kaya selain Mas Galih?''Itu hanya ada dalam pemikiranmu, nona. Begini saja, sekarang katakan apa maumu sebenarnya, nona. Jangan berbelit-belit.''Oke, kalau itu mau kamu. Aku mau kamu melepaskan suami kamu karena sudah jelas suami kamu itu lebih mencintai aku daripada kamu. Jadi, cepat atau lambat, kamu bakal dibuang juga. Jadi, sebagai sesama wanita yang punya harga diri, lebih baik kamu pergi lebih dulu sebelum dibuang.''Tidak semudah itu. Kalau hanya dengan bukti-bukti video dan foto yang kamu berikan,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status