Beranda / Rumah Tangga / AMBISI WANITA SIMPANAN / BAB 2. Wanita Cantik Yang Bersama Suami

Share

BAB 2. Wanita Cantik Yang Bersama Suami

Penulis: Mayangnoura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-09 07:45:03

"Maaf sebelumnya ya, Cit. Tapi aku baru saja melihat suami kamu di hotel tempatku berada bersama seorang wanita cantik dan seksi."

Bagai tersambar petir Citra mendengar itu. Hatinya tersentak luar biasa. "Ka-kamu jangan bercanda, Rin! Tidak lucu tau!"

"Kenapa juga aku harus bercanda?" sahut Usi tak kalah. "Memang kenyataannya begitu. Aku melihat Mas Galih di hotel bersama seorang wanita cantik."

"Memangnya kamu sekarang berada di hotel? Kok bisa melihat Mas Galih?"

"Iya. Aku sedang menemui temanku yang datang dari luar kota di hotel ini. Tapi dia sedang berada di kamar mandi sekarang. Makanya aku menelpon kamu tanpa mampu untuk menundanya."

"Aku rasa kamu salah lihat, Us. Masak sih Mas Galih di hotel bersama wanita lain."

"Entahlah. Tapi aku yakin itu adalah suamimu. Aku kan kenal sekali dengan Mas Galih. Tidak mungkin aku salah lihat."

"E... mungkin tidak kalau dia di sana untuk menemui pelanggan?" Citra berusaha untuk berpikir positif walaupun jantungnya sekarang berdegup kencang tidak karuan. "Dan pelanggan itu ya wanita itu."

"Di dalam kamar? Pertemuan macam apa di dalam kamar?"

Citra menelan saliva. Perasaannya makin tidak karuan mendengar pertanyaan Usi barusan. "Di dalam kamar? Maksudnya kamu melihat Mas Galih di dalam kamar bersama wanita itu? Bagaimana bisa? Aduh, kamu jangan membuat aku bingung deh."

"Aku minta maaf sekali lagi sama kamu ya, Cit. Jadi ceritanya tuh begini. Waktu aku sedang nyari kamar temanku itu, tiba-tiba aku melihat suami kamu keluar dari dalam sebuah kamar. Aku kaget kan? Aku hendak memanggil tapi suamimu keburu pergi. Jadi tidak jadi. Nah, pas aku jalan lagi. Dari kamar suamimu keluar tadi, keluar juga seorang perempuan cantik dan pakaiannya cukup seksi. Aku syok dong. Langsung muncul pikiran negatif ke dia. Sebenarnya aku tidak tega mau menyampaikan apa yang aku lihat itu. Tapi kalau aku tidak menyampaikannya, aku tidak tenang. Aku tidak ada maksud buruk, Cit. Hanya berharap setelah apa yang aku lihat, kamu harus lebih berhati-hati dan tidak ada salahnya untuk mencari tahu. Ini demi kebaikan kamu. Semoga saja, ini tidak seperti yang aku pikirkan."

Citra menghela nafas berat. Mencoba menghilangkan sesak di dada. "Aku mengerti maksud kamu. Ya, aku akan lebih berhati-hati dan mencari tahu. Terima kasih sudah memberitahu. Tapi sekarang aku mau pulang dulu."

"Ya ya ya. Hati-hati di jalan ya."

Panggilan diakhiri. Tapi tak langsung melajukan mobilnya, Citra justru diam termenung. Dia syok dengan apa yang dia dengar dari Usi bahwa sahabatnya itu melihat suaminya keluar dari kamar hotel yang di dalamnya ada seorang wanita cantik. Dengan mengacu pada kedekatannya selama ini sebagai sahabat, Usi tidak mungkin mengarang cerita. Namun setelah menjalani pernikahan selama beberapa tahun, rasanya juga tidak mungkin suaminya mengkhianatinya. Galih sangat sayang dan perhatian padanya. Bahkan sampai di detik pria itu akan berangkat kerja tadi pagi. Apakah orang yang mendua masih bisa bersikap seperti itu?

Dia tak tahu. Dia sungguh bingung saat ini. Apakah dia harus menanyakannya langsung pada orang yang bersangkutan dan meminta penjelasan?

"Siapa yang menelpon mama tadi? Apa itu Tante Usi?"

Citra terhenyak dari lamunannya. Dia menoleh pada Manisa dengan senyuman yang dipaksakan. "Iya, dia Tante Usi."

"Terus dia bilang apa sama mama? Kenapa menyebut-nyebut nama papa?"

Citra menggeleng pelan. "Bukan obrolan yang menarik. Hanya obrolan biasa orang dewasa. Tidak penting untuk kamu ketahui."

Manisa menggendikkan bahunya. Lalu dia membuang pandang ke luar jendela ke samping kirinya. "Orang dewasa selalu saja begitu. Sepertinya memiliki banyak rahasia yang tidak boleh diketahui oleh anak kecil."

"Karena dunia orang dewasa tak sama dengan dunia anak kecil. Rumit. Kalau anak kecil masuk ke dunia orang dewasa, nanti tidak fokus lagi sama sekolah."

Kedua alis Manisa bergerak ke atas. "Ya, oke. Ayo kita pulang sekarang. Aku mau makan."

"Baiklah Tuan Putri."

Citra pun segera melajukan mobilnya meninggalkan tempatnya. Tapi sepanjang perjalanan pulang, perasaannya tidak karuan. Dia terus bertanya-tanya dalam hati. Ada urusan apa suaminya di hotel? Siapa wanita cantik yang keluar dari dalam kamar yang sama dengan suaminya? Mungkinkah suaminya ada main dengan wanita cantik itu di belakangnya?

***

Citra menatap Galih yang sedang menikmati makan malam. Pria itu tampak makan dengan lahap. Sampai tidak tahu kalau sedang diperhatikan olehnya.

Setelah berjam-jam memikirkan apa yang disampaikan oleh Usi, Citra memutuskan untuk mencari tahu apa kira-kira yang dilakukan Galih bersama wanita cantik yang entah siapa di hotel itu dengan cara bertanya langsung pada suaminya tanpa menuduh.

Ya, menurutnya ini adalah cara yang paling mudah. Tapi sekali lagi tanpa menuduh karena dia tidak boleh mudah terpancing emosi untuk sesuatu yang masih gamang. Keharmonisan rumah tangganya bisa hancur oleh kebodohan semacam itu. Maka, dengan berat hati dan hati berdebar-debar, dia memulainya. "Mas?"

Galih yang sedang mengunyah makanan dalam mulut langsung mengalihkan pandang dari piring ke Citra. "Ya?"

"Hari ini kamu kemana saja selain ke toko kita?"

Kening Galih mengerut mendengar pertanyaan Citra yang dirasa aneh itu. "Kemana bagaimana maksudmu? Tentu saja hanya di toko saja."

"Kalau Mas di toko saja, bagaimana bisa ada seseorang melihat mas di sebuah hotel siang ini?"

Galih terhenyak. Makanan yang sedang dikunyahnya langsung ditelan. "Siapa yang melihat aku di hotel? Orang itu salah lihat mungkin."

"Usi tidak mungkin salah lihat, mas. Dia kan sangat paham sama mas."

Galih menelan saliva. 'Sial! Kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana aku harus menjawabnya sekarang?'

"Mas? Kok diam sih? Mas ke hotel ngapain?"

"Oh eh, itu. Iya. Aku memang ke salah satu hotel tadi." Galih terpaksa mengiyakan karena kalau sudah Usi yang melihat, tidak mungkin salah mengenali dirinya.

"Ngapain mas ke sana? Dan kenapa juga sebelumnya harus menyangkal?"

"Karena... karena aku takut kamu salah paham lalu curiga kepadaku. Aku ke sana bukan untuk berbuat macam-macam melainkan untuk bertemu dengan salah satu pelanggan dari luar kota yang tidak bisa datang ke toko kita."

"Pelanggan dari luar kota itu laki-laki atau wanita?"

"Ya laki-laki dong."

"Lalu siapa wanita yang Usi lihat keluar dari kamar yang sama dengan mas keluar? Makhluk gaib?"

Mati kutu! Galih tak menyangka ternyata Usi melihatnya di depan kamar hotel yang dia sewa dan bukan di area lain seperti lobby dan lainnya sehingga bisa beralasan sekehendak hati karena dia masuk dan keluar hotel tidak bersama-sama dengan Rini. Dan soalnya ternyata Rini keluar kamar itu beberapa saat setelah dia sehingga Usi masih sempat melihatnya. Sekarang dia harus menjawab apa?

"E... itu istrinya pelanggan. Pelanggan dari luar kota itu memang datang bersama istrinya. Tidak sendiri."

"Kamu yakin dia istri pelanggan dari luar kota itu? Kamu yakin tidak membohongiku kan, mas? Wanita itu bukan...." Citra melirik Manisa yang fokus dengan makanannya. Dia berharap putrinya itu tidak mengerti dengan yang sedang dia dan Galih bicarakan. "selingkuhan kamu?"

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 42. Turut Berduka Cita

    Kenapa kamu malah diam saja?! Kamu tidak lihat keadaan adikmu Bagaimana?! Cepat hubungin ambulance! Kita bawa Gina ke rumah sakit!""Dibawa ke rumah sakit pun percuma, bu. Gina sudah tidak ada dari beberapa jam yang lalu. Lihat, darahnya sudah kering.""Apapun itu, cepat kamu telpon ambulance! Bawa dia ke rumah sakit! Atau kamu memang tidak mau membawanya?!""Tidak, bu. Bukan begitu. Baiklah. Aku akan menelpon rumah sakit sekarang."Galih pun menelpon rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulance. Tak lama kemudian, jasad Gina dibawa ke rumah sakit. Tapi karena gadis itu memang sudah meninggal sejak beberapa jam sebelumnya, dibawa ke rumah sakit pun tidak menyelamatkannya. Hasil otopsi, Gina memang meninggal karena bunuh diri.***"Apa? Gina meninggal? Oke, kita kesana sekarang. Aku akan bersiap."Citra segera bergegas. Bersama sahabatnya Usi, dia pergi melayat ke rumah Galih."Dengar-dengar Gina meninggal karena bunuh diri," ucap Usi sembari tetap fokus menyetir.Citra terhenyak. "K

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 41. Perbuatan Nekad Gina

    "Sudah pulang?" tanya Marni begitu melihat Galih masuk ke dalam rumah sedang dirinya sendiri tengah menyetrika pakaian."Ya, bu," jawab Galih sembari mengambil duduk di sofa yang ada di ruang tengah itu. Tangannya kemudian mengambil remote dari atas meja dan mengganti channel televisi yang sebelumnya sedang ditonton oleh Marni. Acara olahraga yang dipilihnya."Bagaimana?" tanya Marni lebih lanjut."Bagaimana apanya, bu?""Perceraianmu?""Ya sudah selesai. Makanya aku pulang.""Berarti kamu dan Citra sudah resmi bercerai?""Ya. Seperti itulah.""Katanya kemarin mau mencoba merayu Citra untuk menerimamu kembali karena kamu dan Rini akan bercerai. Jadi?""Jadi. Tapi ditolak mentah-mentah.""Dia teguh pendirian juga ya.""Hum.""Berarti pulang dari pengadilan, kamu mencari pekerjaan?""Tidak. Setelah pulang dari pengadilan aku mengobrol dengan Citra dulu di kafe. Setelahnya langsung pulang.""Jadi kapan kamu mau cari kerja?""Kan sudah mencari bu. Aku sudah mencari kerja sana sini tapi b

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 40. Niat Aborsi

    Citra terhenyak. Matanya langsung melebar begitu mendengar apa yang dikatakan oleh mantan suaminya tersebut. "Ternyata kamu belum berubah ya, mas? Ternyata kamu masih jahat dan tidak berperasaan seperti dulu. Saat ini kamu masih terikat pernikahan tapi bisa-bisanya meminta wanita lain untuk menjadi istri kamu?""Aku kan sudah bilang ke kamu kalau pernikahanku dan Rini sudah di ujung tanduk. Itu sebabnya aku berani bicara seperti ini padamu," balas Galih."Tidak. Saat kita sedang dalam proses cerai pun dan di saat yang bersamaan kamu akan menikahi Rini, beberapa kali kamu memintaku untuk kembali padamu, mas. Dan sekarang di saat perceraianmu belum terjadi, kamu melakukan hal yang sama.""Itu karena aku masih mencintaimu, Cit.""Kalau kamu masih mencintaiku kenapa kamu mengkhianati aku, hah?"Galih tak langsung membalas. Wajahnya kemudian menunduk. "Aku khilaf, Cit.""Khilaf itu perbuatan spontan dan di saat itu saja, mas! Tapi kamu dan Rini melakukannya secara terus menerus! Kalau buka

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 39. Meminta Kesempatan

    "Aku terbawa kesal, bu. Habisnya aku merasa dia bodoh sekali sudah memberikan tubuhnya padahal laki-laki itu tidak memberikan apa-apa. Terus menyamakan aku dengan pria brengsek itu. Aku akui aku nakal, bu. Tapi aku masih menghargai wanita. Aku memakai Rini dengan imbalan yang lebih. Aku membelikannya mobil dan lain-lain walaupun sebagiannya bukan uangku.""Masalahnya sekarang itu yang harus kamu fokuskan adalah bagaimana caranya apa yang sedang dialami oleh Gina ada jalan keluarnya.""Nah, ini juga masalahnya, bu. Bagaimana mau mendapatkan jalan keluar kalau laki-laki itu saja tidak diketahui keberadaannya? Ibu dengar sendiri kan kalau Gina tidak tahu dimana rumah pria itu dan tempat kerjanya? Ibu pikir aku Intel bisa cari rumah pria brengsek itu tanpa diberitahu?""Aku mengerti maksudnya. Mencari orang yang tidak kita kenal memang tidak mudah atau bahkan rumit. Tapi tidak juga dengan cara mencela adik kamu. Adik kamu memang salah. Tapi jangan disudutkan. Saat ini dia pasti sedih, bin

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 38. Semuanya Sama Saja

    Bagai petir di siang hari. Galih dan Marni kaget luar biasa begitu mendengar cerita Gina. Mau tidak percaya tapi Gina sendiri yang bercerita. Apa ini hanya prank?"Kamu jangan main-main dengan kami, Gin," ucap Galih sembari melangkah mendekati tempat tidur.Gina mengalihkan pandang pada Galih. "Tapi aku tidak main-main, mas. Aku serius. Saat ini aku memang sedang hamil anak dia.""Kalau begitu beritahu padaku siapa namanya dan alamatnya. O ya, nomer ponselnya saja dulu. Aku akan menelponnya.""Untuk apa mas menelponnya?""Tentu saja untuk meminta pertanggungjawaban atas kehamilan kamu!" sahut Galih dengan suara meledak. "Kenapa harus ditanyakan lagi sih?!""Tapi dia sudah punya istri dan anak, mas. Tadi kan aku sudah bilang.""Mau dia punya istri sepuluh dan anak seratus sekali pun, aku akan tetap menghubungi dia! Dia harus mempertanggung jawabkan apa yang terjadi sama kamu!""Maksud mas, dia tetap harus menikahi aku meskipun sudah punya anak dan istri? Aku jadi istri keduanya begitu

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 37. Muncul Masalah Lain

    Bahu Galih mengendik. "Tidak taulah, bu. Kan Gina juga baru datang. Belum sempat nanyain ada apa. Tapi sepertinya terjadi apa-apa karena wajahnya basah dengan airmata dan rambut awut-awutan.""Duh, kenapa ya?" tanya Marni pada dirinya sendiri dengan perasaan khawatir."Baiknya ibu tanyakan langsung sekarang pada Gina. Takutnya memang sudah terjadi sesuatu sama dia.""Iya, deh." Marni pun masuk ke dalam kamar Gina disusul oleh Galih yang hanya sampai di pintu saja. Menurut Galih lebih baik ibunya saja yang bertanya karena sama-sama perempuan sedangkan dia hanya akan memperhatikan saja. Dan yang pertama kali mereka lihat adalah Gina sedang menangis dalam keadaan berbaring miring membelakangi pintu sambil memeluk bantal guling."Gin, ada apa kamu pulang dalam keadaan menangis begini?" tanya Marni sembari mengambil duduk di tepi tempat tidur. Gina tak menjawab. Gadis itu terus saja menangis. Malah tangisnya bertambah sedikit mengencang. Mendapati hal itu, Marni semakin penasaran dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status