Beranda / Rumah Tangga / AMBISI WANITA SIMPANAN / BAB 6. Video Yang Diterima Dari Nomer Asing

Share

BAB 6. Video Yang Diterima Dari Nomer Asing

Penulis: Mayangnoura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-17 15:32:52

Citra mendengkus pelan. Dia tidak punya jawaban pasti saat ini. Lebih baik dia hentikan obrolan ini mengingat dirinya harus mengantar Manisa pergi ke sekolah.

"Aku datang untuk mengajak mas sarapan. Mungkin Manisa sudah di meja makan sekarang," ucap Citra sebelum akhirnya berbalik badan keluar dari dalam kamar itu.

"Sial!" hardik Galih pada dirinya sendiri begitu Citra menghilang di balik pintu. "Sepertinya Citra benar-benar curiga. Ini gara-gara Rini. Sudah dibilang jangan menelponku di waktu pagi seperti ini, eh, malah melakukannya. Aku harus menegurnya sebelum dia membuat masalah yang lebih besar."

Setelah memasukkan dompet dan ponsel ke saku celana serta mengambil kunci mobil, Galih keluar kamar menuju meja makan. Dia mendapati Citra dan Manisa sedang menikmati sarapan mereka tanpa suara. Citra dan Manisa sempat meliriknya. Tapi hanya sekilas sebelum kembali melanjutkan makan mereka.

Galih menipiskan bibir mendapati reaksi Citra itu. Rasanya dia ingin bersumpah sekali lagi bahwa dia tidak selingkuh walaupun kenyataannya memang selingkuh. Tapi karena ada Manisa, dia mengurungkan keinginan itu. Akhirnya dia hanya mengambil duduk di kursi yang ada di sebelah kursi yang ditempati oleh Citra dan menikmati sarapannya dengan perasaan yang kurang nyaman. Ya, bagaimana tidak, Citra bersikap dingin kepadanya. Hal yang tidak pernah dia dapati selama pernikahan mereka.

"Ma, aku sudah sarapannya." Tiba-tiba Manisa berdiri dari duduknya. "Ayo antar aku sekolah."

Manisa yang juga telah selesai dengan sarapannya, tersenyum. "Oh, oke. Kita berangkat sekarang." Manisa menoleh pada Galih. "Aku duluan ya, mas."

Galih mengangguk cepat. "Oh, i-iya. Hati-hati di jalan."

Setelah Manisa menyalami Galih, ibu dan anak itu pun meninggalkan ruang makan. Tinggallah Galih sendiri menikmati sarapannya. Tapi karena kejadian tadi, dimana Citra memergokinya sedang mengobrol dengan Rini, selera makan Galih hilang. Akhirnya, Galih pun memilih untuk berangkat ke toko saja. Di perjalanan, Galih menelpon Rini.

"Ya, mas?" tanya Rini yang berada di seberang setelah menerima panggilan dari Galih.

"Aku hanya mau memperingatkan kamu sekali lagi untuk tidak menelponku di waktu-waktu yang sudah kita sepakati. Karena ulahmu pagi ini, Citra berubah sikap kepadaku."

Mata Rini melebar mendengar pengakuan Galih barusan. "Oya? Kok bisa?"

"Kok bisa! Kok bisa! Ya bisa!" balas Galih jengkel. "Waktu kita mengobrol di telpon tadi, rupanya Citra ada di belakangku! Untung saja dia tidak bisa mendengar suara kamu karena aku tidak menyalakan mode pengeras suara! Tapi kan dia mendengar apa yang aku katakan! Dan itu membuatnya curiga!"

"Jadi tadi kalian bertengkar?" tanya Rini dengan antusias.

"Untungnya aku bisa ngeles dengan mengatakan kalau yang menelponku bukan selingkuhanku melainkan teman kuliah yang bernama Rino. Jadi tidak jadi bertengkar."

Pundak Rini langsung turun mendengar itu. Padahal dia berharap Citra memergoki Galih punya selingkuhan sehingga pasangan suami istri itu bertengkar hebat lalu memutuskan segera bercerai. "O, jadi kalian tidak bertengkar?"

"Tidak. Tapi sepertinya Citra mulai curiga. Tugasku sekarang adalah meyakinkannya bahwa aku tidak selingkuh. Makanya, aku meminta kepadamu untuk tidak gegabah seperti tadi pagi. Aku tidak segan-segan untuk mengakhiri hubungan kita jika hubungan kita sampai ketahuan oleh Citra. Kamu mengerti?!"

Bola mata Rini berputar ke atas. Tidak terlihat raut ketakutan sedikit pun di wajahnya mendapat ancaman itu. "Iya. Iya, aku paham. Ya sudah. Aku mau siap-siap berangkat kerja." Lalu dia mematikan panggilan Galih tanpa pikir dua kali. Selanjutnya dia tersenyum miring penuh kelicikan. "Kamu tidak akan bisa melepaskan aku, Mas. Lihat saja, bukannya berakhir, hubungan kita justru akan menjadi lebih serius. Aku yang kemudian akan menjadi istri kamu."

Rini menggerakkan jari di atas ponsel lagi. "Bagaimana jika aku mempercepat hancurnya pernikahanmu dengan istri tercintamu itu, mas?" Lalu dia mengirimkan sebuah video ke nomer Citra.

Sementara itu, Citra yang baru saja melepas Manisa berlari ke halaman sekolah, masuk ke dalam mobil ketika dia menerima sebuah pesan di ponselnya. Dia segera mengecek benda pipihnya itu dengan antusias. Tapi wajahnya seketika berubah begitu mendapati kalau itu adalah pesan video dari nomer asing yang mengirimkan foto mesra Galih dengan seorang wanita asing semalam.

"Nomer ini lagi. Dia mengirim video apa kali ini? Tidak mungkin kan video mesum antara Mas Galih dengan wanita yang ada di foto tadi malam itu?" tanya Citra pada dirinya sendiri. Tapi seketika dadanya berdebar-debar. Dia sangat takut kalau video itu adalah video mesum suaminya dengan wanita lain.

"Dibuka tidak ya? Bagaimana kalau isinya ternyata ada Mas Galihnya? Atau... tidak usah aku buka saja?"

Citra kian bimbang. Inginnya dia tidak melihat isi dari video itu. Akan tetapi, dia sangat penasaran.

"Aku harus melihatnya. Apapun isinya, aku harus tahu. Hanya orang bodoh yang takut untuk sakit hati dan tak mau menghadapi kenyataan. Tapi Mudah-mudahan isinya tidak seperti yang aku pikirkan."

Dengan jantung yang berdegup kencang, Citra membuka kolom pesan dari nomer asing itu dan memutar video yang ada di dalamnya. Wajahnya seketika pucat pasi dan tubuhnya gemetar begitu melihatnya. Ternyata isi video itu seperti dugaannya. Yaitu berisi adegan mesum antara Galih dengan seorang wanita yang tidak dia kenal.

"Astaga... apa ini? Ya Tuhan... Mas Galih.... Ternyata kamu seperti ini di belakangku...."

Tangis Citra pecah. Dunia seakan runtuh saat ini juga. Dia tidak menyangka kalau suami yang terkesan sangat mencintainya ternyata adalah seorang pengkhianat.

Citra menyudahi menonton video itu. Dia tidak sanggup untuk melihat lanjutannya. Hanya melihat sedikit saja, hatinya sakit sekali seperti dicabik-cabik. Apalagi melihat lebih jauh. Akhirnya, dia menelpon Usi.

"Halo, Cit?" tanya Uci di seberang.

"Ka-kamu a-ada di bu-butik kan sekarang?"

"Iya, aku di butik. Kenapa suara kamu gemetar begitu? Kamu baik-baik saja kan?"

"A-aku a-akan cerita nanti. Ka-kalau ka-kamu tidak sedang si-sibuk, aku mau ke sa-sana sekarang."

"Aku tidak sedang sibuk kok. Iya, kamu ke sini saja sekarang. Tapi kamu baik-baik saja kan? Bisa menyetir mobil dengan baik kan? Kalau tidak bisa, biar aku yang jemput."

"A-aku bisa kok. A-aku baik-baik saja."

"Baiklah kalau kamu yakin. Tapi pelan-pelan saja ya. Hubungi aku segera jika terjadi sesuatu dengan dirimu."

"I-iya. Sudah ya. Aku mau berangkat sekarang."

"Oke. Hati-hati ya. Aku tunggu kamu di sini."

"Iya."

Citra segera mematikan panggilannya. Dengan airmata yang mengalir dan hati yang luar biasa sakit, dia melajukan mobilnya menuju butiknya Uci. Karena letaknya tak jauh, dalam waktu kurang dari 10 menit, dia sudah sampai. Dan Usi menyambutnya dengan wajah lega.

"Syukurlah kamu sampai dengan selamat. Memangnya apa yang membuat kamu gemetaran seperti ini?"

Tak langsung menjawab, Citra justru memeluk Usi. "Katakan padaku kalau ini hanya mimpi, Us. Katakan padaku kalau ini hanya mimpi."

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 42. Turut Berduka Cita

    Kenapa kamu malah diam saja?! Kamu tidak lihat keadaan adikmu Bagaimana?! Cepat hubungin ambulance! Kita bawa Gina ke rumah sakit!""Dibawa ke rumah sakit pun percuma, bu. Gina sudah tidak ada dari beberapa jam yang lalu. Lihat, darahnya sudah kering.""Apapun itu, cepat kamu telpon ambulance! Bawa dia ke rumah sakit! Atau kamu memang tidak mau membawanya?!""Tidak, bu. Bukan begitu. Baiklah. Aku akan menelpon rumah sakit sekarang."Galih pun menelpon rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulance. Tak lama kemudian, jasad Gina dibawa ke rumah sakit. Tapi karena gadis itu memang sudah meninggal sejak beberapa jam sebelumnya, dibawa ke rumah sakit pun tidak menyelamatkannya. Hasil otopsi, Gina memang meninggal karena bunuh diri.***"Apa? Gina meninggal? Oke, kita kesana sekarang. Aku akan bersiap."Citra segera bergegas. Bersama sahabatnya Usi, dia pergi melayat ke rumah Galih."Dengar-dengar Gina meninggal karena bunuh diri," ucap Usi sembari tetap fokus menyetir.Citra terhenyak. "K

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 41. Perbuatan Nekad Gina

    "Sudah pulang?" tanya Marni begitu melihat Galih masuk ke dalam rumah sedang dirinya sendiri tengah menyetrika pakaian."Ya, bu," jawab Galih sembari mengambil duduk di sofa yang ada di ruang tengah itu. Tangannya kemudian mengambil remote dari atas meja dan mengganti channel televisi yang sebelumnya sedang ditonton oleh Marni. Acara olahraga yang dipilihnya."Bagaimana?" tanya Marni lebih lanjut."Bagaimana apanya, bu?""Perceraianmu?""Ya sudah selesai. Makanya aku pulang.""Berarti kamu dan Citra sudah resmi bercerai?""Ya. Seperti itulah.""Katanya kemarin mau mencoba merayu Citra untuk menerimamu kembali karena kamu dan Rini akan bercerai. Jadi?""Jadi. Tapi ditolak mentah-mentah.""Dia teguh pendirian juga ya.""Hum.""Berarti pulang dari pengadilan, kamu mencari pekerjaan?""Tidak. Setelah pulang dari pengadilan aku mengobrol dengan Citra dulu di kafe. Setelahnya langsung pulang.""Jadi kapan kamu mau cari kerja?""Kan sudah mencari bu. Aku sudah mencari kerja sana sini tapi b

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 40. Niat Aborsi

    Citra terhenyak. Matanya langsung melebar begitu mendengar apa yang dikatakan oleh mantan suaminya tersebut. "Ternyata kamu belum berubah ya, mas? Ternyata kamu masih jahat dan tidak berperasaan seperti dulu. Saat ini kamu masih terikat pernikahan tapi bisa-bisanya meminta wanita lain untuk menjadi istri kamu?""Aku kan sudah bilang ke kamu kalau pernikahanku dan Rini sudah di ujung tanduk. Itu sebabnya aku berani bicara seperti ini padamu," balas Galih."Tidak. Saat kita sedang dalam proses cerai pun dan di saat yang bersamaan kamu akan menikahi Rini, beberapa kali kamu memintaku untuk kembali padamu, mas. Dan sekarang di saat perceraianmu belum terjadi, kamu melakukan hal yang sama.""Itu karena aku masih mencintaimu, Cit.""Kalau kamu masih mencintaiku kenapa kamu mengkhianati aku, hah?"Galih tak langsung membalas. Wajahnya kemudian menunduk. "Aku khilaf, Cit.""Khilaf itu perbuatan spontan dan di saat itu saja, mas! Tapi kamu dan Rini melakukannya secara terus menerus! Kalau buka

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 39. Meminta Kesempatan

    "Aku terbawa kesal, bu. Habisnya aku merasa dia bodoh sekali sudah memberikan tubuhnya padahal laki-laki itu tidak memberikan apa-apa. Terus menyamakan aku dengan pria brengsek itu. Aku akui aku nakal, bu. Tapi aku masih menghargai wanita. Aku memakai Rini dengan imbalan yang lebih. Aku membelikannya mobil dan lain-lain walaupun sebagiannya bukan uangku.""Masalahnya sekarang itu yang harus kamu fokuskan adalah bagaimana caranya apa yang sedang dialami oleh Gina ada jalan keluarnya.""Nah, ini juga masalahnya, bu. Bagaimana mau mendapatkan jalan keluar kalau laki-laki itu saja tidak diketahui keberadaannya? Ibu dengar sendiri kan kalau Gina tidak tahu dimana rumah pria itu dan tempat kerjanya? Ibu pikir aku Intel bisa cari rumah pria brengsek itu tanpa diberitahu?""Aku mengerti maksudnya. Mencari orang yang tidak kita kenal memang tidak mudah atau bahkan rumit. Tapi tidak juga dengan cara mencela adik kamu. Adik kamu memang salah. Tapi jangan disudutkan. Saat ini dia pasti sedih, bin

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 38. Semuanya Sama Saja

    Bagai petir di siang hari. Galih dan Marni kaget luar biasa begitu mendengar cerita Gina. Mau tidak percaya tapi Gina sendiri yang bercerita. Apa ini hanya prank?"Kamu jangan main-main dengan kami, Gin," ucap Galih sembari melangkah mendekati tempat tidur.Gina mengalihkan pandang pada Galih. "Tapi aku tidak main-main, mas. Aku serius. Saat ini aku memang sedang hamil anak dia.""Kalau begitu beritahu padaku siapa namanya dan alamatnya. O ya, nomer ponselnya saja dulu. Aku akan menelponnya.""Untuk apa mas menelponnya?""Tentu saja untuk meminta pertanggungjawaban atas kehamilan kamu!" sahut Galih dengan suara meledak. "Kenapa harus ditanyakan lagi sih?!""Tapi dia sudah punya istri dan anak, mas. Tadi kan aku sudah bilang.""Mau dia punya istri sepuluh dan anak seratus sekali pun, aku akan tetap menghubungi dia! Dia harus mempertanggung jawabkan apa yang terjadi sama kamu!""Maksud mas, dia tetap harus menikahi aku meskipun sudah punya anak dan istri? Aku jadi istri keduanya begitu

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 37. Muncul Masalah Lain

    Bahu Galih mengendik. "Tidak taulah, bu. Kan Gina juga baru datang. Belum sempat nanyain ada apa. Tapi sepertinya terjadi apa-apa karena wajahnya basah dengan airmata dan rambut awut-awutan.""Duh, kenapa ya?" tanya Marni pada dirinya sendiri dengan perasaan khawatir."Baiknya ibu tanyakan langsung sekarang pada Gina. Takutnya memang sudah terjadi sesuatu sama dia.""Iya, deh." Marni pun masuk ke dalam kamar Gina disusul oleh Galih yang hanya sampai di pintu saja. Menurut Galih lebih baik ibunya saja yang bertanya karena sama-sama perempuan sedangkan dia hanya akan memperhatikan saja. Dan yang pertama kali mereka lihat adalah Gina sedang menangis dalam keadaan berbaring miring membelakangi pintu sambil memeluk bantal guling."Gin, ada apa kamu pulang dalam keadaan menangis begini?" tanya Marni sembari mengambil duduk di tepi tempat tidur. Gina tak menjawab. Gadis itu terus saja menangis. Malah tangisnya bertambah sedikit mengencang. Mendapati hal itu, Marni semakin penasaran dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status