Share

Bab 3

Panas matahari yang menyengat hari ini membuat keringat membasahi peluh Xaviera setelah tiga jam berada di ruang auditorium tanpa pendingin ataupun kipas angin.

Aletta memberikan pelukan terima kasih karena Xaviera mau menemaninya. Sebenarnya Aletta mampu mengendalikan semuanya seorang diri, hanya saja ia tidak seberani Xaviera saat melawan adik tingkat yang sedikit kurang ajar.

Bagi Xaviera, mereka adalah remaja yang baru saja tumbuh dewasa dan tentunya baru mengenal dunia perkuliahan. Dengan sikap keras dan tegas Xaviera, setidaknya membuat suasana terkendali dengan baik.

“Kerja bagus,” ujar Aletta memberikan satu kaleng minuman dingin padanya. Xaviera tersenyum hangat dan meminum beberapa tegukan.

“Kau tahu, menjadi asisten dosen tidak semudah yang dibayangkan,” ia melenguh pelan, menenggelamkan kepalanya di kedua tangannya yang bertumpu di meja kantin.

Memang benar, tidak ada yang mudah dalam melakukan segala sesuatu. Apalagi hanya mengeluh seperti yang baru saja Aletta lakukan.

“Jangan terlalu dipikirkan, ini sudah berlalu.”

Xaviera menguatkan dan menyembunyikan rasa lelahnya terhadap Aletta. Ketika mereka sedang asik bercengkrama, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang di seberang.

“Aku akan kembali ke kelas, kau jangan lupa menaruh semua laporan di meja dosen ya, ra” ujarnya yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Xaviera.

Nayra, Chloe, dan Jovanka bertanya dalam sorot mata yang tajam. Xaviera mengangkat kedua bahunya, agar mereka tidak perlu melanjutkan keingintahuan yang tidak penting ini.

“Aletta memanfaatkanmu lagi?” suara yang terdengar sinis itu memecah keheningan.

“Mau sampai kapan dia terus mengandalkanmu?” kalimat Chloe membuat Xaviera menghembuskan napas panjang.

Chloe tidak membenci Aletta, hanya saja ia masih tidak suka dengan sikapnya terhadap Xaviera dulu.

Bagaimana tidak, karena kecantikan yang Xaviera miliki, ia bahkan menuduhnya memiliki hubungan dengan Mr. Grey selaku dekan Fakultas yang masih melajang.

Hal itu ia lakukan karena rasa cemburu. Ia menyukai Mr. Grey tetapi perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Skandal itu menyebar cepat, menjadi tranding topic dan membuat heboh satu kampus dalam kurun waktu yang cukup lama.

"Aletta sudah meminta maaf. Jangan diungkit masa lalu,”

"Tetapi dia ular ra,” Chloe membela diri sambil memasukkan croissant ke dalam mulutnya.

“Kalau dia ular, bukankah tinggal kita kasih dia garam untuk mengusirnya?”

kali ini Jovanka angkat bicara. Memang ia akui, ia bangga memiliki sahabat yang sama gila seperti dirinya.

Xaviera memang bersahabat dengan mereka sejak pertama masuk kuliah. Pertemuan tidak sengaja saat ospek, membuat kedekatan mereka seerat lem dan perangko.

Mereka memang berbeda jurusan. Jovanka dan Chloe dari jurusan hukum, Nayra dari jurusan ekonomi, dan ia dari jurusan seni dan sastra.

Meskipun berbeda jurusan, mereka berdua selalu kompak dan menyempatkan waktu berkumpul bersama di tengah kesibukan tugas kuliah masing-masing.

"Kita cabik-cabik lalu potong tubuhnya menjadi beberapa bagian,” kali ini Nayra terlihat serius sambil menggenggam pisau mangundang gelak tawa.

Xaviera tidak mampu menahannya, jadi ia ikut tertawa lagi, jenis tawa yang setengah gembira dan setengah merana. Mungkin karena lelah lebih mendominasi dirinya.

“Kedengarannya sesuatu yang menarik,” Xaviera menambahkan dengan senyum jahil yang menyungging di bibirnya.

****

Urusannya di kampus hari ini telah selesai, saatnya ia pulang. Sambil menunggu sahabatnya keluar ruangan mereka masing-masing, Xaviera menunggu di parkiran dan meneduh di bawah pohon rindang yang ada di sana.

Pandangannya bergerak ke sana kemari memandangi teman-teman kampusnya yang juga bersiap untuk pulang.

“Murung banget wajahnya,”

Seorang laki-laki datang menghampiri sambil menempelkan satu kaleng minuman bersoda yang dingin ke pipi Xaviera.

“Ouch, dingin!” pekik Xaviera kaget. Laki-laki itu tertawa kemudian mencoba duduk di sebalahnya.

Namanya Jeffran Marchel Bagaskara.

Ia adalah salah satu orang pertama yang mengajaknya berkenalan dan pas sekali, satu jurusan dengannya. Perawakannya tinggi semampai dengan bola mata berwarna coklat. Bisa dibilang bahwa Jefrran ini adalah laki-laki paling tampan di jurusan seni dan sastra.

Ia berbanding terbalik dengan ciri khas anak sastra yang memiliki rambut panjang sebahu atau rambut ikal yang diikat. Rambut model Relaxed Quiff yang lebih menonjolkan dahi yang lebar, terkesan elegan dan menambah aura ketampanan Jeffran. Tentu saja, ia menjadi incaran para gadis dari jurusan lain.

“Belum pulang?” Jeffran membuka kaleng minuman dingin itu, kemudian diberikannya kepada Xaviera.

“Kalau masih di sini, berarti belum pulang ‘kan?”

Xaviera meneguk minuman itu beberapa tegukan. Mereka masih tidak menyadari bahwa Jovanka, Chloe, dan Nayra sudah berjalan mendekat dari arah belakang.

“Mau pulang bareng?” ajakan Jeffran berhasil membuat Jovanka mengetuk kepala laki-laki itu dengan buku di genggamannya. Alhasil, membuat Jeffran kaget dan mengeluh kesakitan.

“Nggak usah cari kesempatan dalam kesempitan,”

Sebenarnya semua orang tahu, bahwa Jeffran berhubungan baik dengan Xaviera meski setiap kali bertemu, selalu saja bertengkar untuk hal kecil seperti kartun tom and jerry.

“Hanya mengajaknya pulang jo, that’s it.”

“Bilang aja sekalian modus, ‘kan?” kali ini Nayra angkat bicara

“Emang ya, playboy kampus modusnya beda,” Chloe tak mau kalah.

Jika dalam situasi seperti ini, Jeffran tidak bisa apa-apa. Ia lebih baik diam daripada harus berdebat dengan tiga nenek lampir.

“Sudah, jangan berantem. Seperti anak kecil saja kalian ini.”

Xaviera mencoba melerai pertengkaran sengit yang hampir saja terjadi. Dari kejauhan, terdengar suara klakson motor Kawasaki Ninja H2R dari teman-teman Jeffran.

“Yakin, nggak mau pulang bareng?”

Jeffran mencoba kembali mengajak Xaviera. Melihat tatapan tajam dari sahabatnya, ia menggeleng pelan.

“Ya sudah, aku pulang duluan ya, bye nenek lampir!” ledek Jeffran puas sambil menjulurkan lidahnya.

“JEFFRAN!” pekik mereka bersamaan karena sudah berhasil dibuat naik pitam oleh Jeffran.

"Suka heran deh, kenapa semua perempuan di kampus ini suka sama dia? Apa yang bisa dibanggakan coba?" Chloe menggerutu seperti anak kecil, membuat Xaviera terkekeh geli.

"Tampan dan kaya, mungkin?"

"Excuse me?" Nayra sukses mengernyitkan kedua alis tipisnya, membuat Xaviera kini benar-benar tertawa lepas. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status