##BAB 55 Belajar IkhlasDokter melepas alat medis yang terpasang di tubuh Cahaya. Aku masih syok, tak percaya dengan semua ini.“Kenapa kalian semua diam saja? Kenapa kalian malah melepas semua alat itu? Kalian nggak kasian sama putriku, Cahaya? Dia bisa kesakitan hingga lemas jika kalian menghentikan memberinya obat dan cairan. Kenapa malah saling berpandangan? Kalian mau saya laporkan tak becus bekerja sebagai petugas medis? Iya?” Aku masih saja berteriak bak orang kesurupan.Suster memelukku, membawaku keluar dari ruangan.“Bu Nayla yang tenang, ya. Ikhlas, Bu. Jangan seperti ini, kasihan Adik Cahaya nanti nggak tenang perginya. Ibu yang tabah, sabar dan ikhlas.” Suster yang tak kuketahui namanya itu masih saja menenangkan ku.“Mbak, kenapa, Mbak? Kenapa nangis begitu?” tanya Carissa ketika aku berhasil keluar dari ruang ICU.Aku tak menjawab, hanya air mata yang terus mengalir dari kedua netraku.“Suster, ada apa? Semua baik-baik saja, kan?” Carissa memandang Suster dengan wajah h
##BAB 56 Mencari HendraSayup terdengar dengan merdu lantunan ayat suci di telingaku. Semakin lama semakin jelas hingga mampu membuat mataku sedikit terbuka.“Cahaya, di mana kamu, Nak?” tanyaku lirih sembari membuka mata. Di depanku sebelah kanan, sudah ada Carissa dan Ibu yang tampak cemas menatapku. Mataku beralih menatap ke sebelah kiri.Ada Bu Wak ....Wanita setengah baya itu pun turut cemas memandangku. Tatapannya nanar, tangannya perlahan diulurkan mengelus punggung tanganku.“Kamu yang sabar, ya, Nak. Ibu turut berduka cita atas meninggalnya Cahaya. Ibu nggak nyangka, semua ini tak luput dari tangan putri kandung Ibu sendiri. Ibu minta maaf yang sebesar-besarnya. Kiranya Nak Nayla masih punya kesabaran yang tak ada batasnya.” Mata Bu Wak berkaca-kaca, ada semburat kesedihan di sana.Aku tak tega, bagaimana pun ini bukanlah kesalahan Bu Wak. Tak ada hubungannya Bu Wak dengan kelakuan bejad Rosa kepada Cahaya. Bu Wak orang yang baik, dia sepenuh hati merawat ku dan sudah menga
##BAB 57 Bertemu Hendra dan Rosa“Apa, Nay?” sahut Ibu yang sedang menuangkan air panas ke dalam teko, menyiapkan refill kopi untuk para warga yang berkenan membantu.“Ibu lihat gamis kotor Nayla, nggak? Apa Ibu ada nyuci kemarin?” tanyaku tak sabaran.Ibu memandang ku heran sembari mengingat-ingat.“Nggak tuh, katamu mau dilaundry aja, Ibu takut keliru. Tapi udah Ibu masukkan semua baju kamu jadi satu di plastik besar. Ada di keranjang sebelah mesin cuci.” Ibu menunjuk mesin cuci di sebelah pintu belakang. Aku mengangguk, langsung menyeret kakiku pergi ke arah yang ditunjuk Ibu. Ada sekantung plastik pakaian, dengan sigap langsung kubongkar semua. Tak kuhiraukan tatapan Ibu yang terlihat bingung.Hingga pencarian ku berhasil, gamis yang kukenakan waktu itu ketemu. Kurogoh bagian saku bawah. Dan tara ....“Alhamdulillah, ketemu!” lirihku dengan senyum mengembang.Pakaian yang berantakan aku rapikan kembali, ku masuk kan ke dalam kantung plastik. Dengan langkah cepat, aku mengambil po
##BAB 58 Hendra bertemu Vano“Kamu apa kabar?” tanya Hendra dengan binar bahagia yang terpancar dari matanya.“Kabar ku baik ... Mas apa kabar?” tanya Rosa tampak gugup dan salah tingkah.“Ya ... seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja.”“Bagaimana bisa Mas bersama dia?” tanya Rosa seraya menunjukku.“Takdir yang mempertemukan kembali. Seperti kita saat ini ....”“Mas sengaja mencari wanita ini? Sedangkan selama ini Mas tak peduli dengan keberadaanku. Padahal aku yang sudah memberimu anak, Mas!” sentak Rosa tiba-tiba emosi.“Jangan berpikiran seperti itu. Rupanya tetap saja kamu, ya, tak berubah. Selalu menilai dan menerka semuanya menurut pandangan yang kamu pikirkan. Sampai sekarang pun aku masih belum paham, apa yang ada di kepalamu, kenapa selalu saja menilaiku negatif? Kenapa kamu selalu berprasangka buruk padaku?” tanya Hendra dengan tajam.“Aku seperti itu bukan tanpa sebab dan alasan, Mas! Instingku sebagai wanita tentu saja lebih peka dari yang kamu kira! Untuk apa datang
##BAB 59 Bu Wak Murka“Ibu?” kata Hendra dengan wajah gugup.“Ngapain kamu datang ke sini? Turunkan cucuku, jangan lagi kamu berani menyentuhnya!” sentak Bu Wak seraya menarik Vano dari gendongan Hendra.“Tapi ... Vano ini anakku, Bu!” tegas Hendra masih mempertahankan Vano dalam dekapannya.“Anakmu? Apa kamu tahu kapan anak ini lahir? Hari apa, tanggal berapa dan tahun berapa? Cepat jawab!” Bu Wak memandang tajam ke arah Hendra.Tak ada jawaban.Hendra hanya diam membisu ....“Kenapa kamu diam saja? Nggak tahu, kan? Lantas, kenapa kamu nggak malu menyebut anak ini sebagai anakmu? Sana pulang! Kejar saja wanita impianmu, apa sudah kau nikahi dia?” tanya Bu Wak dengan emosi.“Wanita impian?” selaku tiba-tiba.“Iya, dia meninggalkan Rosa, membiarkan putri dan cucuku menderita demi mengejar wanita pujaan masa lalunya yang belum bisa dia lupakan. Dasar lelaki nggak punya malu kamu!” Bu Wak masih saja berusaha meluapkan emosinya.“Bu, jangan mudah percaya penjelasan dari Rosa. Aku sama sek
##BAB 60 Frengky Tertabrak“Baik, silakan berikan penanganan yang sesuai, Pak. Saya ijinkan,” jawabku akhirnya menyetujui.Sebetulnya otakku sudah malas jika harus memberi Rosa kesempatan untuk hidup, tapi nuraniku sepertinya lebih waras. Aku masih ingin melihat Rosa mendapatkan karma yang setimpal.“Terima kasih atas keputusan yang sudah dibuat, saya akhiri. Selamat sore, Bu, selamat beraktivitas kembali.” Klik.Sambungan terputus.Aku menghembuskan napas dengan lega. Entahlah, kenapa aku membiarkan ini semua mengalir layaknya air.Suara riuh terdengar dari luar, beberapa warga sibuk menata menyajikan hidangan untuk para warga yang ikut menghadiri tahlil doa bersama untuk kepergian Cahaya.Aku kembali teringat pada Hendra, kenapa juga lelaki itu tak memutuskan untuk menikah lagi? Bukankah usianya masih muda? Masih sangat pantas jika ingin merajut kasih membina rumah tangga bersama wanita pujaan hati.Apa pekerjaannya sekarang? Kenapa dia sekarang terlihat seperti orang yang sukses?
##BAB 61 kondisi Rosa“Menurut hasil Laboratorium, cairan pembersih lantai dan keramik merek tersebut yang sudah dikonsumsi saudari Rosa mengandung asam klorida (HCl) yang dapat melarutkan segala jenis material. Meski hanya mengandung HCl kurang dari 10 persen, cairan itu dapat membunuh. Apalagi kalau diminum dalam jumlah banyak, dengan sengaja. Sedangkan kena tangan saja ada efeknya karena cairan pembersih itu sangat keras,” kata Dokter menjelaskan.Aku dan Hendra saling berpandangan, kami sama-sama menebak apa yang sudah terjadi pada tubuh Rosa.“Cairan itu pun biasa digunakan untuk melebur emas. Selain emas, asam klorida dengan kandungan 90 persen juga bisa melarutkan besi. Efek cairan itu bila diminum dapat melarutkan bagian dalam tubuh. Apalagi tubuh manusia cenderung lebih rentan terhadap cairan-cairan asam. Kalau diminum, dari kerongkongan sampai pencernaan seperti terbakar. Sesudah terbakar, bisa hancur dan jadi larut juga,” kata Dokter dengan detail.Entah kenapa penjelasan D
##BAB 62 Mengerjai Frengky“Sudah, tenanglah. Aku belum kepikiran mau nyelakain kamu, setidaknya untuk sekarang,” ujarku tanpa bebas. Mas Frengky menghembuskan napas panjang, mungkin terasa lega.“Syukurlah!”Tuh, kan. Benar apa yang aku bilang?“Apa kamu sudah tahu, Mas? Kalau Rosa melakukan percobaan bunuh diri?” tanyaku memastikan. Ku ambil pisau yang tergeletak di atas meja, tepat di samping Mas Frengky terbaring lemah.“Maksud kamu? Rosa bunuh diri?” tanya Mas Frengky tak percaya.“Iya!” jawabku sembari mengacungkan pisau ke depan wajahnya.“Nay! Ngapain kamu mainan pisau seperti itu?” sentak Mas Frengky terlihat kaget.“Kenapa? Kamu takut?” ujarku seraya tersenyum. Kembali aku putar-putar pisau kecil dengan gagang berwarna hijau sembari menyeringai.“Nay, jangan macam-macam. Apa maksud kamu bilang kalau Rosa ingin bunuh diri?” “Rosa berusaha menenggak cairan pembersih lantai di kamar mandi sel. Beruntung nyawanya masih bisa tertolong. Kenapa wanita pujaanmu itu begitu bodoh, ya