Home / Rumah Tangga / ANAKNYA MIRIP SUAMIKU / Part 2 Baju Anak Perempuan Berumur 3 Tahun

Share

Part 2 Baju Anak Perempuan Berumur 3 Tahun

last update Last Updated: 2022-07-13 21:57:47

Anaknya Mirip Suamiku

(2)

_________________________

 

Seperti biasa, aku mengontrol karyawan konveksi-ku. Setiap ada orderan, aku lah yang mengurus hingga mencatat pembukuan beberapa toko yang berhutang. Tapi masalah pembukuan toko kain, sepenuhnya kuserahkan pada mas Denis. 

 

"Bu, ini baju yang diminta Bapak," ucap Reni sambil meletakkan tiga helai baju di atas meja, tepat di samping laptop-ku.

 

"Baju? Kapan Bapak memintanya?" Aku heran menatap baju itu. Tiga helai baju anak perempuan berumur tiga tahunan. Pikiranku teringat Ayu putri ke dua Nayla.

 

"Barusan Bapak menelpon minta tiga helai baju anak perempuan berumur tiga tahun. Tadinya kubilang dijahitkan atau stok yang tersedia, Bapak bilang yang tersedia aja, Bu," jawab Reni.

 

Reni karyawan kepercayaanku. Dia bekerja dari pertama aku membuka usaha ini. Dia juga bisa menjahit, bahkan adiknya-Susi juga ikut bekerja di toko kain yang dikelola suamiku.

 

"Baiklah, nanti biar aku yang memberikannya pada Bapak." 

 

"Papa tidak bilang ini untuk siapa, Mbak?" Nana ikut bersuara sambil duduk di kursi depan mejaku.

 

"Tidak Nan," jawab Reni.

 

"Ya sudah, silahkan lanjutkan pekerjaanmu, Ren," ucapku berusaha tenang agar Reni dan Nana tidak membaca kegelisahanku.

 

Aku tersandar di kursi menatap tiga helai baju di atas meja. Entah kenapa aku berfirasat kalau baju ini untuk Ayu anak Nayla. Apakah ini bukti kalau mereka mempunyai hubungan di belakangku? Jika itu benar, aku akan bertindak. Tidak akan kubiarkan mereka mempermainkanku di belakang. 

 

"Ma, Papa minta baju ini untuk siapa?" tanya Nana. Sepertinya Nana juga curiga seperti kecurigaanku.

 

"Entahlah, biar nanti Mama tanya." Aku berusaha cuek sambil melihat layar laptop.

 

Bukan aku tidak ingin membahas ini dengan putriku. Aku belum punya bukti. Selama ini Nayla dikenal wanita baik-baik dan tidak menuntut banyak dari Jhoni. Inilah salah satu alasan kenapa Nayla disayang nenek. Dan kecurigaanku dipudarkan dengan kebaikan sikap Nayla.

 

"Kamu sebaiknya pulang, makan dan ganti baju," ucapku ke Nana.

 

"Baiklah, Ma. Oh ya, Ma, sore aku ke sini lagi setelah menyelesaikan tugas kuliah." Nana bangkit dari duduknya.

 

Aku menatap Nana berlalu dan meninggalkan toko. Kuambil baju di atas meja. Perih rasanya hatiku membayangkan perselingkuhan mereka di belakangku seandainya ini benar. Ya Allah, kuatkan hatiku.

 

Aku berusaha menghilangkan prasangka buruk itu. Menyibukkan diri memeriksa pembukuan dan orderan dari pelanggan luar daerah. Aku juga memasarkan lewat media sosial seperti F******k dan I*******m. Dari sinilah aku juga bisa melihat model baju terbaru dan banyak peminatnya.

 

Tidak lama kemudian suamiku datang. Mobil diparkir di depan toko. Pintu mobil dibuka, ternyata mas Denis datang bersama Jhoni, tidak terlihat dari luar karena kaca mobil hitam. Mereka masuk ke toko.

 

"Wah, tambah maju aja usahamu, Mbak," ucap Jhoni melihat isi toko hampir penuh dengan baju-baju hasil rancanganku.

 

Dua ruko ini kami satukan. Satu ruko untuk menjual kain, dan satunya lagi untuk usaha konveksi-ku. Lantai dua digunakan untuk gudang baju dan gudang kain.

 

"Alhamdulillah, Jhon," jawabku.

 

Mas Denis dan Jhoni duduk di toko kain. Aku menatap mereka di balik dinding kaca pembatas antara dua ruko ini. Mereka sangat akrab, apakah mungkin suamiku setega itu pada Jhoni. 

 

Ingin kutanyakan tentang baju anak perempuan ini. Tapi terhalang karena ada Jhoni, mungkin kutunggu nanti malam di rumah. Aku harus bersabar dulu.

 

Aku melanjutkan kerja menulis orderan di buku besar seperti biasa.

 

"El, aku bisa pakai uangmu dulu untuk membantu Jhoni, aku berniat membelikannya rak barang untuk toko mainannya," ucap suamiku duduk di kursi depan meja kerjaku. 

 

"Bukankah uang toko kain ada, Mas?" Tanganku berhenti menulis.

 

"Ada, tapi untuk modal membeli kain lagi, akhir-akhir ini banyak yang berhutang."

 

Aku menghela nafas. Kutatap wajah suamiku, lagi-lagi aku terbayang wajah anak Nayla.

 

"Gimana, El?"

 

"Oh, berapa Mas?" Aku sedikit terkejut karena terdiam sesaat.

 

"Lima juta aja. Hanya rak kayu yang ditempelkan ke dinding."

 

Jika kebaikan suamiku seperti ini kepada Jhoni, pantaslah aku dan Jhoni tidak mencurigai mas Denis dan Nayla. Aku tidak mempermasalahkan membantu saudara, tapi kalau membantu ada maksud lain, tidak akan kubiarkan. Usaha ini modal dari  almarhum orang tuaku. 

 

"Bukankah stok kain di gudang sudah banyak yang kosong, kok uangnya tidak ada Mas?" Aku mulai menyelidiki. Selama ini aku tidak pernah tahu tentang untung rugi toko kain. Setiap bulan mas Denis memberiku uang sepuluh juta dari penghasilan toko.

 

"Kan, sudah kubilang banyak yang berhutang. Lagian cuma lima juta kok, El. Apa salahnya membantu Jhoni, dia butuh biaya untuk anak istrinya," jawab mas Denis.

 

Perhatian sekali suamiku pada anak istri Jhoni. Mendadak aku menaruh curiga setelah melihat wajah Ayu. 

 

"Nayla, akan kucari cara agar kamu mengakui Ayu anak suamiku atau anak suamimu," ucapku di hati.

 

Kulihat ke belakang, semua karyawanku sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ini lah kesempatanku menayakan tentang baju anak perempuan yang dipesan suamiku ke Reni, dan selagi Jhoni duduk di toko kain sebelah.

 

"Mas, ini untuk siapa?" tanyaku sambil menunjuk tiga helai baju di samping laptop-ku.

 

"Maksudnya?" Mas Denis heran menatap baju itu.

 

"Ini baju yang kamu pesan ke Reni. Ini untuk siapa?" Suaraku lebih lantang.

 

Mas Denis terpana melihat baju itu. Mukanya tegang sambil melihat sekilas ke Jhoni. Dia menarik nafas dalam.

 

"Jawab Mas?"

 

Aku tidak sabaran ingin mendengar jawaban suamiku. 

 

"Ini ... ini untuk anak Jhoni," jawab suamiku pelan dan gugup.

 

Aku terkejut mendengar jawaban suamiku. Jadi benar ini untuk Ayu. Ya Allah, ternyata benar, Nayla dan suamiku berselingkuh. Dadaku sesak sambil mengepalkan tangan.

 

"Jhon! Johoni!"

 

Tiba-tiba mas Denis memanggil Jhoni. Jhoni melangkah mendekat, lalu duduk di kursi sebelah mas Denis duduk.

 

Mas Denis mengambil baju di atas meja, lalu menyodorkannya kepada Jhoni. "Ini untuk anakmu," ucap suamiku.

 

"Oh terima kasih, Mas. Alhamdulillah dapat rejeki," ucap Jhoni tersenyum menerima baju itu.

 

"Model bajunya bagus, Mbak. Tidak salah pelanggan Mbak banyak." Jhoni menatapku.

 

Aku membalas dengan senyum kecil. 

 

Ternyata aku belum punya cara membuktikannya. Jhoni sama sekali tidak curiga kemiripan putri bungsunya dengan suamiku. Sepertinya mas Denis bermain cantik. 

 

"Akan kubuka kebusukanmu, Mas. Aku yakin Ayu putri kandungmu," bathinku. 

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Parah banget kalau sampai beneran anaknya
goodnovel comment avatar
Anggapratama
keren,semangat author up nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 44 Tamat

    Anaknya mirip suamikuPart 44 (Tamat)"Mbak El, ini laporan penjualan kain hari ini, Alhamdulillah tiga kali lipat dari bulan kemaren." Ratih menyodorkan buku penjualan dan buku orderan di mejaku."Coba kucek dulu, Rat." Kubuka kedua buku itu lalu membacanya.Lalu, Ratih duduk di kursi depan mejaku."Alhamdulillah, belum sebulan kamu di toko kain, pendapatan kita meningkat, Rat." Senang sekali aku melihat nominal angka yang tertera."Alhamdulillah, Mbak. Semua berkat rejeki dari Allah, aku hanya bekerja, Mbak." Ratih tersenyum.Ratih jujur dalam bekerja. Bahkan dalam kesibukkan ibadah salatnya tidak lupa, ia juga mengingatkanku di saat kesibukan jangan tinggalkan salat. "Assalamu'alaikum, Bunda."Kami tersentak mendengar seseorang mengucapkan salam. Kami lihat ke pintu, Vina melangkah mendekat. Aku dan Ratih menyambutnya dengan senyum sambil menjawab salamnya."Gimana kabar Bunda Elya dan Bunda Ratih?""Alhamdulillah baik, Nak," jawabku."Alhamdulillah, kami semua sehat," jawab Ratih

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 43 Akibat Nafsu

    Anaknya mirip suamikuPart 43 (akibat dari mengemukakan nafsu)Pov DenisAstaga, gadis ini putriku? Cantik dan sukses. Sejenak aku malu, ia sudah lama mencariku, bahkan bertemu pun di kondisiku seperti ini. Nuri, kenangan bersamamu tak akan terlupakan, saat itu kita dimabuk cinta dan gelora jiwa muda tak terkendali. Kutinggalkan kamu tanpa kutahu kehamilanmu. Hebat, tanpaku kamu bisa membuat anak kita sukses. Senyumnyu sejenak melintas diingatanku."Ayah kenapa menangis?" Vina duduk kursi samping tempat tidur aku berbaring."Entah lah, tiba-tiba aku rindu Nuri. Aku merasa bersalah," jawabku menyeka air mata."Ibuku selalu cerita betapa Ayah lelaki yang romantis, meskipun aku sudah punya Ayah pengganti yang juga menjagaku dan Ibu. Aku tetap ingin bertemu Ayah, kucari ke kampung dan bahkan ke rumah Bunda Elya.""E-Elya?" Mendadak mulutku tergagap menyebut nama Elya. Bayangan putriku-Nana juga melintas. Aku punya banyak anak gadis. Astaga, kenapa aku jadi cengeng?Diam. Aku malu, untuk m

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 42 Pov Susi(18+)

    Anaknya mirip suamikuPart 42 (Part khusus 18 tahun keatas!)____________________________________________Pov Susi"Su-susi, ka-kamu mau ngapain?" Suara mas Denis tergagap. Ia menatapku memegang pisau. Aku perlahan mendekatinya."Mas ..., aku melakukan semua ini demi kamu dan Mbak Reni. Aku tau kamu suka tubuhku, hubungan diam-diam itu kita jalani bertahun-tahun. Aku pasrah asalkan kamu bertanggung jawab dengan biaya ibuku di kampung. Tapi ...." Kutatap pisau di tanganku, lalu aku tersenyum sinis sambil melihat burung mas Denis. "Ta-tapi apa, Sus?" Burungnya mendadak loyo. Mau terbang nggak punya sayap, sukanya mencari sarang. Bahkan ikut bertengger dengan mbak Reni. Menjijikan!"Kenapa takut, Mas?"Kulihat mas Denis perlahan ingin mengambil celananya yang berserakan di lantai."Ja-jangan Sus, ini asetku," jawab mas Denis tetap tergagap. Aku suka melihatnya takut. "Jangan bergerak!" teriakku. Rasanya ingin segera kupotong. Seenak hati main cinta menjijikkan bersama kakakku. Dikiran

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 41 Jaga Sikap, Nay!

    Anaknya mirip suamikuPart 41 (Jaga sikap, Nay!)Pov Nayla"Kamu apaan sih, Mas? Aku tu bicara ama Ratih, kok kamu menariku? Ia adikku! Jadi kalau ia coba-coba menceramahiku biar kugampar," cerocosku kesal. Aku ini lebih tua dari Ratih, tapi seenak perut menceramahiku dan tak tahu sopan santun. Kesal!"Bukan gitu, Nay. Aku tidak suka melihatmu ikut mencaci Mbak Elya." Lagi-lagi bela perempuan tua itu. Deperti dia saja yang beri makan."Kok belain dia? Istrimu aku atau dia!" Suaraku lantang. Tak peduli orang-orang memperhatikan kami, toh jalan ini bukan milik mereka."Lah kamu lah istriku, Nay. Masak itu aja masih nanya."Kuhentikan langkah. "Makanya! Dengar aku dong, lagian apa untungnya sih, belain wanita tua itu?""Nay, lihat nih." Mas Jhoni mengeluarkan uang dari sakunya."Uang?" Mataku langsung segar melihat warna merah uang kertas pecahan seratus ribu. Rasanya bahagia ingin loncat tinggi. Tapi kutahan demi harga diri.Uang itu langsung kuambil. "Kita bisa makan enak hari ini, Mas

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 40 Kesenangan yang Menghancurkan

    Anaknya mirip suamikuPart 40 (kesenangan yang menghancurkan)Khusus 18 !!Part ini terinspirasi dari kisah nyata dalam sebuah kasus yang ditangani seorang teman. Sebelumnya juga ada part "Dilaporkan KDRT?" itu juga bentuk kasus lainnya. Selamat membaca😊----Pov DenisMau apa aku sendirian di sini. Bosan, yang ada cuma wanita penyakitan yang bucin. Tak bisa melepaskan hasrat. Kalau bukan karena butuh uang dan tempat tinggal, ogah tinggal bersama Reni."Mas! Mas! tolong aku."Terdengar Reni memanggil dari kamar. Huuuh! Mau apa lagi dia. Tidak tau aku lagi merokok dan minum kopi. Baru juga santai pulang mengantarinya berobat. Merepotkan saja!Aku bangkit dan melangkah ke kamar. Di ambang pintu kamar kulihat Reni terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan bertambah kurus. "Apa Ren?" tanyaku sambil menghisap rokok."Tolong ambilin aku minum, Mas." Reni menujuk ke meja kecil yang terletak di sudut kamar. Ada teko air dan gelas.Terpaksa deh, kalau bukan karena satu atap, malas sekal

  • ANAKNYA MIRIP SUAMIKU   Part 39 Tak Sengaja Bertemu

    Anaknya mirip suamikuPart 39 (Tak sengaja bertemu) "Maafkan aku, Bunda, aku bukan mencari keributan atau menuntut sesuatu. Aku hanya ingin bertemu Ayah kandungku, sebelum ibu meninggal hanya foto ini bukti wajah Ayahku."Aku tahu maksud Vina. Dari lahir tak pernah bertemu mas Denis, bahkan keberadaanya tidak diketahui. Entah masa muda apa yang dilakukan mas Denis dan ibu Vina hingga hamil saja tidak diketahui mas Denis."Tak masalah bagiku, lagian kami sedang proses cerai. Oh ya, Vina tinggal di mana?"Rasa penasaran membuatku bertanya. Vina terlihat gadis berpendidikan, cara pakaian dan berucap pun sangat sopan."Kebetulan ini hari ke tigaku di kota ini. Aku pindah tugas di salah satu rumah sakit. Aku ngontrak di jalan Juanda nomor 5, Bunda.""Sepertinya Nak Vina seorang dokter?" Aku menerkanya, takut juga salah makanya bertanya."Betul Bunda, aku dokter bedah." Vina tersenyum menanggapinya."Hebat, ibumu sangat hebat membesarkanmu bisa jadi dokter."Percakapan ini terasa hangat. V

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status