Ares menatap sendu ke sebuah layar di depannya. Sepertinya dia sudah terlambat untuk mencegah perbuatan Mike."Ares?" panggil Michael."Sudah saatnya kita pergi," lanjutnya."Baiklah," balas Ares.Ares berjalan mengikuti Michael. Hari ini mereka akan membuat pengampunan. Ares merasa dia sudah tidak pantas menjadi seorang malaikat dengan semua yang telah dia lakukan di bumi. Semua perasaan yang menyelimuti hatinya akhir-akhir ini."Apakah aku masih patut untuk diampuni?" monolog Ares."Tentu saja, Ares. Kau malaikat yang bisa melakukan apapun, tidak seperti aku yang hanya mengurusi kematian seseorang," ujar Michael."Tapi, kau dapat membuat mereka seperti kembali hidup. Sedangkan aku, aku hanya mengetahui sifat-sifat manusia dan apa yang dikerjakan mereka.""Janganlah berpikir seperti itu, Ares. Derajatmu lebih tinggi dariku, ayahmu keturunan dewa. Kau harus ingat itu, kau pasti akan diampuni. Lagian kau juga tidak melanggar aturan yang lebih berat. Kau hanya menggunakan perasaanmu di
"Peter, sepertinya aku memiliki perasaan itu. Aku akan kembali."Michael keluar dari kamar Peter. Tanpa sepengetahuan Michael, Peter merasakan seseorang keluar dari kamarnya.Michael memutuskan untuk pergi dari rumah Peter, dia tidak tega melihat Peter kesakitan saat detik-detik terakhir hidupnya. Saat ini, Michael memilih untuk duduk di taman yang tidak jauh dari rumah Peter."Tuhan, maafkan aku," gumamnya."Aku tidak memenuhi perintah-Mu, aku tidak mengerti ada apa dengan diriku saat ini. Tapi, aku akan berusaha untuk memenuhi perintah-Mu." Michael terus memohon ampun kepada Tuhannya.Tidak terasa hari mulai sore dan Michael masih nyaman duduk di taman itu. Michael melihat sekeliling, dia melihat orang-orang bersenang-senang di sana. Ada yang sedang bermain bersama anak-anaknya, sepasang kekasih yang sedang bermesraan, dan anak-anak kecil yang hanya duduk sembari makan es krim. Sampai mata Michael menemukan sosok yang dilihatnya beberapa jam yang lalu. Peter, dia duduk di kursi roda
Hidup di dunia yang menyedihkan ini memang sulit, bahkan sangat sulit. Aku bahkan merasakannya sendiri, aku hidup sendiri tanpa ada yang menemani. Aku baru saja kehilangan orang yang selalu menyayangiku, Kakakku. Kakakku meninggal karena kecelakaan beberapa waktu lalu. Tan, itu nama kakakku. Mungkin semua orang mengira dia bukan kakakku, karena umur kami hanya terpaut 1 tahun. Banyak yang berpikir dia kekasihku, bahkan satu-satunya temanku berpikir seperti itu."May!" Panggil seseorang sedikit berteriak."Apa?" Jawabku."Aku ingin jalan-jalan." Ucapnya."Pergilah, aku akan tetap di sini." Ujarku."May, ayolah. Aku ingin bersamamu." Ajaknya sedikit memohon."Baiklah." Pada akhirnya aku tidak bisa menolaknya.Kami akhirnya pergi jalan-jalan seperti yang diinginkan temanku. Temanku, mungkin banyak orang berpikir dia gila, karena dia tidak ta
"Ini Kak, pesanannya. Semuanya jadi 100 ribu.""Terimakasih, Mbak." Aku memberikan 2 lembar uang 50 ribuan untuk membayar pesananku."Terimakasih kembali, Kak." Ujar pelayan cafe itu sambil tersenyum.Aku keluar dari cafe dengan membawa bungkusan berisi es krim kesukaan Ares. Aku memutuskan kembali ke apartemen, namun aku tak sengaja melihat Ares tertidur di bangku luar cafe tempatku membeli es krim tadi. Ternyata Ares masih menungguku, aku bahkan tidak percaya bahwa dia menungguku. Aku pun membangunkannya untuk mengajaknya pulang ke apartemen."Ares, bangun. Pulang yuk." Lirihku membangunkan Ares.Ares mulai terusik dari tidurnya, dia membuka mata perlahan dan menatapku."May?" Panggilnya dengan suara khas orang bangun tidur."Aku di sini, pulang yuk." Ajakku dan dia mengangguk.Aku menggandeng tangannya, karena dia
Aku tidak sengaja berada di bumi, tempat tinggal manusia. Aku hidup menjadi seperti manusia yang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan di bumi, bahkan hal terkecil pun. Di sini aku bisa merasakan senang, sedih, dan marah. Mungkin tanpaku sadari aku juga merasakan cinta. Aku di bumi sudah lebih 1 bulan, mungkin sekarang tepat 2 bulan, dan itu tidak boleh terjadi. Tubuhku akan semakin lemah, bahkan aku bisa menjadi manusia seutuhnya jika aku lama di bumi. Ya, aku bukan manusia. Aku adalah malaikat, mungkin banyak orang tidak percaya dengan itu. Tapi, tidak untuk gadis yang tak sengaja aku temui. Dengan mudahnya gadis itu percaya bahwa aku adalah seorang malaikat. May nama gadis itu, aku beruntung bertemu dengannya, dan menjalani hidup bersamanya. Namaku Ares, aku tidak tahu kenapa aku bisa di bumi. Tapi, sepertinya itu semua takdir untukku.2 bulan lalu..."Bumi?" Gumamku."Kenapa aku di sini? Bagaimana bisa?" Pertanyaan de
"Sore Mbak May." Seseorang menyapa May ramah."Sore Pak Jo." May membalasnya."Mukanya kenapa mbak? Kok lebam gitu?""Oh ini, biasa Pak. Orang jahat gangguin saya.""Lain kali hati-hati Mbak. Ini siapa? Pacar?""Bukan, ini teman saya. Namanya Ares.""Teman dari mana? Kok saya baru lihat, temannya Mas Tan?""Bukan temannya Kak Tan.""Saya Ares, saya dari sur-" Aku belum selesai berbicara, May sudah memotongnya."Dari Surabaya, Pak. Kalau begitu saya permisi, Pak."May menggandengku meninggalkan Pak Jo yang kebingungan. Aku terus mengikuti kemanapun May pergi. Sampai di sebuah pintu aneh, kami berhenti sebentar. Aku terkejut, sangat terkejut melihat pintu itu terbuka sendiri."MAY!" Teriakku yang membuat May terkejut."Apa? Tidak usah be
"Ares?" Panggil May."Iya?" Jawabku, aku masih sibuk mengunyah roti."Tadi, kau sedang memikirkan apa?" Tanyanya."Memikirkan diriku. Aku tidak pernah merasakan seperti ini, aku sempat terpikirkan kalau aku sudah menjadi manusia. Tapi, itu tidak terjadi. Aku masih memiliki kekuatan yang hanya dimiliki malaikat, walaupun sayapku entah kemana. Mungkin ini takdir untukku. Takdir untuk menjaga manusia lebih dekat. Aku juga tidak tahu kenapa aku tiba-tiba di bumi, seingatku aku masih menjalankan tugasku di surga, dan tiba-tiba aku di bumi. Aku juga tidak tahu jalan kembali ke surga. Aku harap ada malaikat yang menolongku nanti." Jelasku panjang lebar.Aku sudah menghabiskan suapan roti terakhir."Lalu, kenapa kau percaya aku adalah malaikat? Bahkan semua orang menganggapku orang gila.""Takdir." Jawabnya singkat."May, aku serius.""Aku juga se
Tidak lama kemudian, May datang dengan membawa dua mangkuk berisi sop ayam."Ini makanlah. Aku mau mengambil nasi dulu." Ujarnya."Aku akan menunggumu, kita makan bersama.""Baiklah kalau itu maumu."May kembali ke dapur untuk mengambil nasi dan aku menunggunya di ruang makan."Ini nasinya. Ayo makan." Ajaknya."Ayooo, aku sudah lapar." Ujarku terkekeh.Aku mulai menyuapkan sesendok sop ayam ke dalam mulutku dan rasanya luar biasa lezat. Aku sangat menyukainya."May, ini lezat sekali. Aku suka." Ucapku girang."Kalau kau suka, habiskan." May tersenyum ke arahku."Pasti."Aku menyantap sop ayam itu dengan lahap sampai habis tak tersisa. Setelah selesai makan sop ayam, aku melihat May kembali ke dapur lagi dan membawa sesuatu dari kulkas.