Share

ANNORA
ANNORA
Penulis: Allamanda.Cathartica

1. Awal Perkenalan Baru

Jakarta, 31 - Juli - 2021

"Papa milih kamu untuk nerusin perusahaan Papa."

Cowok yang baru memasuki umur delapan belas tahun dengan seragam sekolah lengkap itu berdecih mendengar perkataan lelaki yang saat ini berada didepannya. 

"Pas kayak gini anda baru inget sama saya ? Kemarin - kemarin saat saya butuh, anda kemana saja?" ucapnya, tak mengerti bagaimana pemikiran orang didepannya ini. 

"Papa cuma mau persetujuan kamu."

"Nggak ada alasan buat saya setuju sama permintaan anda." Pria itu menatapnya tajam. 

"Bisa nggak, sih, nurut sama Papa sekali - kali?"

"Terus nasib anak anda, gimana?" tanyanya, sambil memainkan kunci motor yang ada ditangannya. 

"Kamu anak Papa, Gema."

Gema tertawa sarkas. "Anak? Emang anda memperlakukan saya seperti anak?"

"Gema, jaga ucapan kamu, ya." Pria itu menggebrak meja didepannya, menatap tajam cowok yang duduk santai didepannya. 

"Gema nggak mau ngelawan. Tapi Papa yang mancing Gema. " Ia berdiri, tidak mau tersulut emosi didepan Papanya. 

"Mending Papa pulang, pilih anak kesayangan Papa buat nerusin perusahaan itu, Gema nggak mau terlibat lagi, Gema nggak mau ada yang ngerasa nggak adil sampai akhirnya Gema lagi yang tersingkir," ujarnya, lalu berlalu dari sana. Meninggalkan pria yang merupakan ayahnya itu. 

********

Jakarta, 20 - Mei - 2019

Siang itu, langit mendung menghalangi cahaya matahari untuk menyinari dan menghangatkan bumi. 

Gadis itu menengadahkan tangannya keatas, bulir-bulir air hujan perlahan menetes membasahi bumi. Senyumnya mengembang. Senyum yang jarang ia tunjukan kepada orang-orang disekitarnya. 

Makhluk Tuhan mana yang tidak menyukai hujan? Dari mulai hewan, tumbuhan, dan manusia. Hampir seluruh kegiatan mereka bergantung pada air. 

Ia beranjak dari balkon dan menutup jendela nya, karena air mulai masuk kedalam. Dia berjalan menuju meja belajar dan mengambil sebuah buku kecil berwarna biru, lalu menuliskan sesuatu di sana. 

Lamunannya buyar ketika ada yang mengetuk pintu kamarnya. 

"Masuk aja gak di kunci. "

Seorang gadis menyembulkan kepalanya dari pintu lalu berlari menghampirinya dan memeluknya erat-erat. 

"Mandaaa, kangen banget gue sama lo!"

"Lepasin, ih, nggak bisa napas gue," gadis itu melonggarkan pelukanya lalu menarik Manda duduk di kasur. 

Itu sahabatnya, Luna Arania. Satu tahun yang lalu usai kelulusan Sekolah Menengah Pertama, Luna ikut ayahnya ke London untuk mengurus bisnis disana. Dikarenakan ibunya sudah meninggal jadi Luna hanya tinggal bersama ayahnya, kemanapun ayahnya pergi dia harus selalu ikut karena ayahnya tidak tega jika meninggalkan Luna sendirian walaupun banyak yang menjaga juga disini. 

"Kapan lo balik ke indo?"

"Kemarin."

"Gue kira udah nggak inget sini lo," ketus Manda. Pasalnya, Luna beberapa bulan belakangan ini sangat sulit sekali untuk dihubungi. 

"Enak aja. Ya,nggak lah! Eh, Man lo tau gak?"

"Gak tau. "

"Ya, iyalah orang gue belum ngomong apa-apa," sarkas Luna. 

"Gue mau pindah ke indo lagi,donggg, Kerjaannya bokap udah selesai di sana, jadi gue mutusin buat pindah sekolah juga. Di sana gak asik banget, tau. Lo kan tau gue nggak pandai nambah teman. Sahabat gue aja lo doang dari SD. "

"Terus lo sekolah dimana?"

"Ya, gue pindah,lah, di sekolah lo. Besok gue udah mulai sekolah disana. "

"Kamar lo belum berubah ya Man, masih sama kayak setahun yang lalu," ucapnya seraya indra penghlihatannya menyusuri seluk beluk kamar Manda. 

Manda dan Luna terus bercakap cakap sampai malam. Dari mulai Luna yang menceritakan kehidupannya di London yang katanya banyak bertemu dengan bule ganteng. Hingga keseharian nya disana yang membosankan. Manda hanya mendengarkan dan tertawa kala ada yang lucu. 

"Eh, gimana sekolah lo? Udah punya cowok belum?"

"Gue gak minat sama cinta," finalnya. 

"Iya, muka triplek mana ada yang mau dekatin," cibir Luna. 

"Gue udah nyaman kayak gini."

"Hidup lo itu terlalu serius Man, kesannya malah monoton gitu. Have fun dikit lah."

"Justru yang terlalu main main itu yang biasanya di permainin sama takdir," ujar Manda. 

"Ngomong sama lo mah sampek kucing akur sama tikus juga nggak bakal selesai,Man," pasrah Luna. 

"Lo gak mau pulang?" tanya Manda kepada Luna. 

"Lo ngusir gue?"

"Iyaa!"

"Kok lo jahat, sih, man? padahal kan niatnya gue mau nginep."

"Besok sekolah ,Lunn," geram Manda. 

"Dih, Orang rumah gue aja depan rumah lo."

"Ditungguin ayah lo. "

"Iya iya gue pulang nih." 

Luna beranjak keluar dari kamar Manda menuju ruang bawah untuk pulang. 

******

Gerombolan siswa dan siswi keluar dari kelas untuk menuju tempat tujuan mereka masing-masing. Entah itu kantin, perpustakaan,atau taman sekolah.

Saat ini Manda dan Luna sedang berada di kantin. Tiba tiba ada dua orang laki laki yang duduk di samping mereka.

"Tumben lo ke kantin Man biasanya juga ke perpus," ujar cowok yang duduk di samping Manda. 

"Diajak anak baru," ujarnya santai. Cowok itu menatap cewek yang duduk di depan Manda. 

"Kok gue kayak pernah liat, ya?" gumam cowok itu, Luna yang merasa familiar dengan suara cowok itu pun mendongak. 

"Oh, si Luna Lovegood. Udah balik dari London ternyata," ujar cowok itu sambil tertawa. 

"Sepupu laknat lo masih hidup aja,Man, heran gue," Luna menatap cowok yang berada di samping Manda dengan sinis. 

"Enak aja, lo do'ain gue mati, hah?"

"Iya, biar tenang hidup gue gak ketemu lo terus. "

Devano Bagaskara, Sepupu Manda. Devan dan Luna sedari dulu memang tidak pernah akur, kalau bertemu pasti ada saja sesuatu yang diributkan. 

Manda hanya menatap malas Devan dan Luna yang terus beradu Argumen. Lalu tatapan nya tertuju pada cowok yang menatap bingung kearah mereka bertiga, dia cowok yang bersama Devan tadi. 

Cowok itu menyenggol lengan Devan, membuat Devan menatapnya lalu tertawa. 

"Oh, ya, gue sampai lupa. Kenalin, ini Gema. Temen gue, sekelas sama gue, sih, cuma nggak pernah bareng aja," ucap Devan memperkenalkan Gema. 

"Gema," ujar cowok itu, mengulurkan tangannya kearah Manda. Manda hanya menatap uluran tangan itu tanpa niat untuk membalas. 

"Manda," ucapnya lalu mengalihkan tatapan nya ke makanannya. 

Gema menurunkan uluran tangannya. Lalu melanjutkan makanya. 

"Kok jadi canggung gini, sih?" ujar Luna memperhatikan Manda dan Gema. 

"Makan Luna Lovegood. Ngomong mulu lo," ucap Devan lalu menyuap makanan ke mulutnya sampai penuh. 

"Lo jorok banget, sih, Van!" ucap Luna lalu melempar tisu bekasnya kearah Devan. 

"Hehh, nggak boleh membuang sampah sembarangan, ya!" 

"Terserah gue." 

Manda tak menggubris teman dan sepupunya. Ia memilih fokus memakan makanannya. Tapi dari ekor matanya dia bisa melihat Gema yang sedari tadi memandangnya.

Manda hanya mengabaikannya. Ia pun berdiri dari kursinya, membuat Luna dan Devan menatap kearahnya. 

"Kenapa, Man?" tanya Luna. 

"Balik ke kelas, yuk. Bentar lagi bel," Luna pun berdiri tanda dia setuju dengan ajakan Manda. 

"Yuk!" mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas mereka menyisakan Devan dan Gema di tempat itu. 

"Itu cewek emang judes gitu, ya?" tanya Gema kepada Devan. 

"Siapa? Si Luna Lovegood? Orang ngomong mulu dari tadi judes dari mananya, coba?"

"Bukan, yang duduk di samping lo tadi."

"Oh, Manda?"

"Kagak Van, Setan!"

"Yaiyalah, siapa lagi coba yang duduk di samping lo selain, tuh, cewek," sarkas Gema. 

"Hahaha, Iya. Manda emang gitu orangnya. Paling anti sama orang asing yang pengen deket sama dia. Nggak peduli itu cewek ataupun cowok, dari kelas sepuluh juga dia nggak punya teman. Cuma sama gue doang. Yang dipeduliin cuma belajar mulu, " jelasnya. 

"Lah itu tadi punya temen?"

"Itu sahabat dia dari SD. Manda sama Luna itu sama-sama nggak pandai sosialisasi. Dari dulu ya berdua terus kayak gitu. Gue pikir dia bakal berubah pas Luna pindah ke London, Tapi nggak."

"Bukannya lo udah kenal?" tanya Devan, tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan yang disantapnya. 

"Maksud lo?"

"Gue tau dari dulu lo sering mandangin Manda, tapi gak pernah lo deketin."

"Ternyata lo merhatiin gue ya, haha." Devan menoleh. 

"Dih, Jangan kepedean lu, ya! waspada gue kalo masalah sepupu gue satu itu." 

"Gue boleh nanya nggak?"

"Apaan?"

"Dia pernah cerita soal sahabat cowok di masa kecilnya nggak ke elo?"

Devan menatap Gema serius. "Kok lo tau soal Radit?"

"Temen, lo?" tanya Devan lagi. 

"Nggak," balasnya sambil mengaduk - aduk minuman didepannya. 

"Terus?"

"Cuma nanya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status